Dokter Bedah dari 8 Negara Berkumpul di ISPN Educational Course 2023, Ada Brazil & India 

Minggu, 18 Juni 2023 – 13:10 WIB
Ki-Ka: Ketua Komite Neuropediatrik PERSPEBSI dr. Mirna Sobana, SpBS(K), M.Kes., dan Course Coordinator ISPN Educational Course 2023 Jakarta dr. Astri Avianti, SpBS. Foto Mesya/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Komite Neuropediatrik - Perhimpunan Spesialis Bedah Saraf Indonesia (PERSPEBSI) menyelenggarakan kegiatan International Society for Pediatric Neuropediatrik (ISPN) Educational Course 2023.

Menurut Ketua Komite Neuropediatrik PERSPEBSI dr. Mirna Sobana, SpBS(K), M.Kes , dalam simposium ini pihaknya mendatangkan delapan pembicara yang berasal dari Brazil, USA, Singapore, India, Israel , Italia, Australia dan Philipina. 

BACA JUGA: Catatan Kecil Sang Sukarelawan Dokter Bedah, Siap Operasi Pasien di Atas Kapal

"Suatu kehormatan bahwa dari 8 pembicara ini adalah past, present dan future president ISPN," kata dr. Mirna Sobana kepada media di sela-sela simposium.

Course Coordinator ISPN Educational Course 2023 Jakarta dr. Astri Avianti, SpBS menjelaskan ini merupakan acara course yang diselenggarakan ISPN pusat. Education commitee yang memilih di mana tempat course akan berlangsung. 

BACA JUGA: Dokter Bedah Anak di Indonesia Minim, Unhas Buka Peluang Baru untuk Calon Mahasiswa

Dan, kata dr. Astri, untuk kedua kalinya Indonesia terpilih untuk menyelenggarakannya. Kali ini di rumah sakit dan FK Yarsi sejak 16 - 18 Juni.

Adapun misi dari ISPN adalah untuk memajukan pengobatan penyakit sistem saraf terhadap anak-anak dengan mendorong transmisi etis dan pertukaran informasi serta teknik ilmu saraf.

BACA JUGA: Dokter Bedah: Wanita Hamil Lebih Berisiko Kena Varises, Cegah dengan Cara Ini

"Dalam simposium ini para pembicara memberikan informasi tentang teknik penanganan bedah saraf terbaru di dunia yang bisa diadopsi semua negara termasuk Indonesia," terang dokter Astri.

Dia menyebutkan ISPN Educational Course 2023 terdiri dari beberapa sesi yang dimulai dengan lecture dan workshop intraventricular di RS Yarsi. 

Tercatat 25 dokter bedah saraf, 4 observer, 5 instruktur lokal dan 5 instruktur International mengikuti kegiatan simposium.

Simposium ini juga diikuti 100 peserta yang terdiri dari 40 bedah saraf, 35 dokter umum, 6 mahasiswa kedokteran, 10 other specialis, 4 perawat.

"Ini adalah educational course yang berbeda dengan educational course yang pernah ada, karena terdapat kegiatan workshop," ucap dokter Astri.

Dia bersyukur karena bedah saraf muda di Indonesia dapat mengikuti kegiatan basic workshop ini tanpa harus pergi ke luar negeri dan tentunya dengan Instruktur kelas dunia.

"Workshop ini menggunakan dry workshop dengan baby simulator yang khusus kami datangkan dari Brazil, yang secara anatomis mirip dengan keadaan real," ucap dokter Astri.

Dokter Mirna berharap setelah kegiatan ini, kerja sama bedah saraf anak di lapangan dengan mitra lain  (dokter anak, dokter rehab medik, dokter bedah, dokter saraf dan profesi lain yang erat kaitannya dengan bedah saraf anak ) akan lebih bersinergi.

Dia menyebutkan dokter bedah saraf anak di Indonesia hanya sekitar 450 orang. Oleh karena itu perlu edukasi tentang penanganan penyakit yang berhubungan dengan sistem saraf anak.

"Kolaborasi dokter bedah saraf anak dengan mitra lainnya itu penting agar tidak salah penanganan. Ingat, penanganan tidak tepat malah menimbulkan biaya tinggi yang ujungnya membuat biaya pengobatan (BPJS) membengkak," pungkas dokter Mirna. (esy/jpnn)


Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler