Dokter Erlina Burhan Ungkap Fakta Soal Omicron, Jangan Dianggap Remeh

Jumat, 04 Februari 2022 – 22:11 WIB
Dokter Spesialis Paru dari RSUP Persahabatan Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K). Foto tangkapan layar zoom

jpnn.com, JAKARTA - Dokter Spesialis Paru dari RSUP Persahabatan Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K) mengungkapkan, sejak awal Januari 2022, terjadi perkembangan kasus Covid-19 yang signifikan.

Pada awal tahun masih di bawah 200 kasus. Kemudian, meningkat hingga ribuan. Kematian akibat Omicron juga sudah dilaporkan. 

BACA JUGA: Kemenkes Imbau Pasien Omicron untuk Isoman, Begini Alasannya

Omicron ini adalah salah satu varian dari Covid-19. Salah satu karakteristik yang harus diketahui adalah Omicron ini sangat mudah menular dibandingkan Delta. Itu terlihat dari angka peningkatan kasus harian yang sangat cepat.

Dia menjelaskan, kalau sebelumnya di pertengahan Desember, kasus Omicron merupakan imported cases, yang dibawa dari orang luar negeri atau pelaku perjalanan luar negeri (PPLN).

BACA JUGA: Kasus Omicron Meningkat, Masa Karantina PPLN Dipangkas Jadi 5 Hari, Begini Alasannya

Namun, setelah berlangsungnya waktu, sekarang sudah terjadi penularan di komunitas. Diduga penularan di komunitas sudah lebih dari 20 persen.

"Asumsi saya, kalau dilakukan pemeriksaan, sebagian besar kasus yang terjadi di Indonesia sudah Omicron," kata dr. Erlina dalam diskusi kesehatan secara virtual besutan SOHO Global Health, Kamis (3/2).

BACA JUGA: Kasus Aktif Covid-19 Jakarta Terus Melonjak, Sebegini Jumlah Pasien Omicron

Dia menjelaskan kalau Omicron naiknya tinggi, terjadi lonjakan seperti pada Juli-Agustus 2021, maka kemungkinan sistem kesehatan juga akan kewalahan.

Makin banyak kasus kian banyak juga orang yang perlu dirawa, baik secara isoman mandiri di rumah maupun di berbagai rumah sakit.

“Virus ini tertular karena ada interaksi antarmanusia. Jadi, kalau tidak penting-penting banget, janganlah bepergian," ucapnya.

Dia juga menyarankan jangan makan bersama di kantor, melainkan makan sendiri-sendiri di ruangannya masing-masing. Karena pada saat makan semua buka masker dan kemungkinan penularan tinggi.

"Sementara, kita terlena bahwa kasus Omicron tanpa gejala dan ringan. Jadi, masyarakat enggak perlu panik. Saya setuju ini, tetapi waspada itu tetap harus," imbuh dr. Erlina.

Data menunjukkan penyakit yang ditimbulkan Omicron, lebih ringan daripada Delta. Namun, kata dia, perlu diwaspadai, gejala ringan terjadi pada kelompok mereka yang sehat dan muda.

Untuk kelompok tertentu, dokter Erlina mencontohkan, orang lanjut usia, anak-anak balita yang belum divaksin, orang kormobid (penyakit bawaan kronis dan tidak terkendali) menjadi tidak gejala ringan lagi, sehingga perlu dirawat di rumah sakit.

Dengan sistem imun yang turun, orang-orang dengan kelompok itu mudah sekali tertular. Apalagi, mereka yang lansia sekaligus kormobid, ditambah lagi tidak divaksinasi. 

“Jangan terlalu meremehkan, karena  ada kelompok-kelompok yang rentan yang harus kita lindungi,” papar dr. Erlina.

Dia meminta perlu ditingkatkan lagi protokol kesehatan. Selain itu, perlu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan daya tahan tubuh, seperti makan makanan bergizi, dan istirahat yang cukup.

Selain itu, konsumsi suplemen imunomodulator dan vitamin dapat dipertimbangkan untuk membantu meningkatkan imunitas. 

"Jika memungkinkan, sediakan satu kali sehari kombinasi vitamin dan imunomodulator akan lebih praktis bagi masyarakat," pungkasnya. (esy/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler