jpnn.com, WASHINGTON - Serangan teror 11 September 2001 (9/11) yang menyasar markas Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) Pentagon dan menara kembar World Trade Center (WTC) di New York ternyata punya kaitan dengan pejabat Arab Saudi. Hal itu terungkap dalam laporan Biro Penyelidik Federal AS yang lebih dikenal dengan sebutan FBI.
Laporan itu dituangkan dalam tanggapan atas gugatan keluarga korban 9/11 yang mempersoalkan dugaan keterlibatan Pemerintah Arab Saudi dalam serangan teror tersebut. Gugatan itu didaftarkan pada April silam, namun baru dibuka ke publik pada pekan lalu.
BACA JUGA: Donald Trump Bandingkan Wabah Corona dengan Pearl Harbor dan 9/11, Sudah Siap Perang?
Kantor berita Fars News melaporkan, investigas FBI mengarah pada seorang pejabat Kedutaan Besar Arab Saudi di Washington pada era 1999-2000. “FBI membocorkan identitas pejabat Saudi di Kedutaan Saudi Arabia di Washington yang mendukung dua operasi al-Qaeda dalam insiden tersebut,” tulis kantor berita yang berbasis di Iran itu.
Sementara kantor beritaAnadolu menyebut pejabat Saudi yang terlibat teror al-Qaeda itu bernama Mussaed Ahmed al-Jarrah. Kantor berita yang bermarkas di Ankara, Turki itu menyebut Musaaed merupakan pejabat menengah di Kementerian Luar Negeri Arab Saudi yang ditugaskan di Washington sebelum teror 9/11.
BACA JUGA: Akhirnya, Pangeran MBS Mengaku Bertanggung Jawab atas Kematian Jamal Khashoggi
Saat bertugas di Kedutaan Besar Saudi di Washington, Mussaed berkamuflase dengan menjadi penasihat bidang kebudayaan. “Dia bertanggung jawab dalam mengawasi aktivitas pegawai Kementerian Urusan Islam di masjid-masjid dan pusat-pusat keislaman di AS yang didanai Saudi,” tulis Anadolu merujuk laporan FBI.
Pihak berwenang di AS meyakini Mussaed memberikan perintah kepada dua orang yang diduga sebagai agen Saudi, yakni Fahad al-Thumairi dan Omar al-Bayoumi untuk membantu para pembajak pesawat masuk ke AS pada Januari 2000. Selanjutnya pada pembajak itu menetap di AS hingga serangan 9/11.
BACA JUGA: FBI Curiga Donald Trump Antek Rusia
Walakin, Departemen Kehakiman AS di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump belum mau membuka dokumen FBI soal 9/11 meskipun ada gugatan dari para keluarga korban. Alasannya adalah dokumen tersebut merupakan rahasia negara.
Pada 2019, sebuah laporan mengindikasikan Pemerintah AS akan membuka nama-nama kunci dalam teror 9/11. Sebuah laporan bertarikh 2012 dari FBI menyebut lembaga intelijen domestik AS itu tengah menyelidiki Fahad al-Thumairi dan Omar Ahmed al-Bayoumi yang berpaspor Arab Saudi.
Fahad merupakan mantan pejabat di konsulat Arab Saudi. Adapun al-Bayoumi dicurigai sebagai perwira intelijen Negeri Petrodolar tersebut.
Keberadaan Mussaed hingga saat ini belum diketahui. Namun, Anadolu menyebut Mussaed kini berada di Arab Saudi.
Fars dan Anadolu pun menggeber pemberitaan soal itu. Kedua kantor berita itu biasa menjadi corong bagi pemerintah di masing-masing.
Memang Iran sudah lama menjadi seteru bagi Arab Saudi. Kedua negara itu saling berhadapan dalam peperangan di Yaman dan Suriah.
Demikian pula dengan Turki yang saat ini bersitegang dengan Arab Saudi. Turki menuduh pemerintah Arab Saudi terlibat dalam pembunuhan terhadap wartawan Jamal Khashoggi di Istanbul pada 2018.
Kini Qatar yang sedang berseteru dengan Arab Saudi juga ikut menggeber berita soal keterlibatan pejabat di negeri kaya minyak itu dalam teror 9/11. Kantor berita Aljazeera yang berbasis di Doha, Qatar juga mengangkat peran pejabat Arab Saudi dalam teror melalui pembajakan pesawat tersebut.(jpost/ara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Antoni