Donald Trump Kian Tak Terbendung

Senin, 07 Maret 2016 – 07:58 WIB
Donald Trump. Foto : AFP

WASHINGTON – Kandidat calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump makin tak terbendung untuk bertarung  memperebutkan kursi nomor satu di AS. Tentangan yang hadir padanya, termasuk surat terbuka dari 60 tokoh Partai Republik agar publik tidak mendukung dirinya ternyata tidak membawa efek apa pun.

Sabtu (5/3) waktu setempat Trump berhasil memenangkan primary di Louisiana dan kaukus di Kentucky. Dengan tambahan dua kemenangan tersebut, total sudah 12 negara bagian yang digenggam Trump. Sejauh ini, Partai Republik sudah melakukan pemungutan suara di 19 negara bagian. Trump hanya kalah di tujuh negara bagian. 

Di sisi lain, Ted Cruz juga mulai bangkit. Lawan Trump itu juga menorehkan dua kemenangan. Yaitu, kaukus di Maine dan Kansas. Hal tersebut menunjukkan bahwa di antara kandidat capres Republik yang lain, hanya Cruz yang mampu menyusul Trump. Sejauh ini, Cruz telah berhasil menang di enam negara bagian. 

Selain itu, kemenangan Cruz di Maine dan Kansas tidak boleh dipandang sebelah mata. Sebab, meski sama-sama menang di dua negara bagian, Cruz lebih unggul. Cruz memenangi lebih banyak delegasi daripada Trump. Dengan kata lain, Cruz lebih didukung internal partai. Total, Trump telah mengoleksi 378 delegasi dan Cruz 295 orang disusul dengan Rubio yang hanya mendapat 123 orang. Kasich hanya mendapat dukungan dari 34 delegasi.

Cruz tentunya jauh lebih baik ketimbang Marco Rubio yang hanya menang di satu negara bagian dan John Kasich yang sejauh ini tidak menorehkan kemenangan satu pun. 

Gara-gara performanya yang buruk tersebut, Marco Rubio kembali menjadi bulan-bulanan Trump. Taipan 69 tahun itu menyerukan agar Rubio mundur saja dari pertarungan menuju gedung putih tersebut. Dia juga menyatakan bahwa usaha para tokoh Partai Republik untuk mengerem laju kemenangannya sia-sia belaka. 

''Saya akan senang jika bisa bertarung dengan Ted (Cruz) satu lawan satu. Itu bakal mudah,'' tegas Trump dalam pidato kemenangannya. 

Sementara itu, di tubuh Partai Demokrat, ada tiga pemilihan sepanjang Sabtu lalu. Yaitu, kaukus di Kansas dan Nebraska serta primary di Louisiana. Hillary Clinton hanya menang di Louisiana. Namun, itu adalah kemenangan besar. Sebab, dia berhasil meraih dukungan 59 delegasi. Kemenangan tersebut juga menunjukkan bahwa mantan menteri luar negeri AS itu didukung warga Afrika-Amerika yang banyak terdapat di Louisiana. 

Clinton telah menang di sebelas negara bagian dan di wilayah Samoa. Sanders menang di Kansas dan Nebrask. Dia telah menggenggam tujuh kemenangan sejauh ini. ''Kita menggenggam momentum, energi, dan kegembiraan yang akan membawa kita menuju Konvensi Nasional Demokrat di Philadelphia,'' tutur Sanders. 

Kemenangan itu menunjukkan bahwa Sanders masih belum kalah dan bisa berjuang untuk mengejar ketertinggalannya terhadap Clinton. Namun, tentu saja, Sanders harus berjuang keras. Sebab, jaraknya dengan Clinton cukup jauh. Clinton telah mengumpulkan 1.121 delegasi, sedangkan Sanders baru 479 saja. 

Sementara itu, keresahan atas keberhasilan Trump merambah ke negara-negara tetangga. Wakil Konselir Jerman Sigmar Gabriel kemarin (6/3) menyatakan pada publik bahwa Trump merupakan ancaman terhadap perdamaian, solidaritas sosial, serta pem­bangunan perekonomian. 

Gabriel menyebut Trump sebagai seorang populis sayap kanan. Dia juga menyamakan Trump dengan Marine le Pen dari Prancis dan Geert Wilders dari Belanda. 

''Orang populis sayap kanan menjanjikan kepada para pengikutnya untuk kembali ke dunia dongeng, di mana kehidupan perekonomian hanya terjadi dalam batas-batas negara mereka,'' ujar Gabriel sebagaimana dilansir harian Welt am Sonntag(AFP/Reuters/BBC/sha/c20/ami/pda) 

BACA JUGA: Astaga, Hilang Nyawa setelah Terjebak Sebulan di Lift

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mantan Presiden Ini Ditahan Lantaran Dugaan Korupsi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler