jpnn.com, WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengucapkan selamat Idul Fitri kepada umat muslim di seluruh dunia lewat tulisan.
Sabtu waktu setempat (24/6), Gedung Putih memublikasikan pernyataan resmi taipan 71 tahun tersebut.
BACA JUGA: Keren...Ini Lukisan Selamat Idul Fitri Karya Tangan Sri Mulyani
Namun, pada era Trump, Gedung Putih tidak menyelenggarakan buka bersama seperti para pendahulunya.
"Atas nama rakyat Amerika, saya dan Melania mengucapkan selamat Idul Fitri kepada seluruh umat muslim," tulis Trump.
BACA JUGA: MNC Land Fokus Garap Proyek Kerja Sama dengan Donald Trump
Dia lantas menambahkan bahwa hari raya yang menandai berakhirnya Ramadan itu selalu mengingatkan umat manusia akan pentingnya kasih, toleransi, dan kebaikan.
Sebagai bagian dari umat manusia, dia berjanji selalu menjunjung tiga nilai tersebut dalam pemerintahan.
BACA JUGA: Wow! Trump Punya Utang Rp 4,6 Triliun di Bank
Namun, apa yang Trump tuliskan dalam ucapan hari raya itu tidak sesuai dengan praktik yang Gedung Putih lakukan.
Untuk kali pertama sejak buka bersama dibiasakan oleh mantan First Lady Hillary Clinton pada 1996, Gedung Putih tidak menggelar tradisi tersebut.
Padahal, sejak era kepemimpinan Bill Clinton sampai Barack Obama, tradisi itu tidak pernah absen dilaksanakan tiap Ramadan.
Dengan menghapuskan tradisi tersebut, Trump kehilangan kesempatan untuk membaur dengan tokoh-tokoh muslim Negeri Paman Sam.
Sebab, setiap tahun acara buka bersama yang Gedung Putih selenggarakan selalu dihadiri orang-orang penting.
Baik itu para pebisnis maupun politisi. Selain tokoh-tokoh muslim AS, para diplomat dari negara-negara muslim juga datang.
Tidak ada alasan resmi Gedung Putih tentang tidak diselenggarakannya acara buka bersama kali ini.
Namun, publik AS yang belakangan kian akrab dengan kebijakan kontroversial ayah Ivanka itu bisa memakluminya.
Sejak awal, Trump memang tidak pernah berusaha merangkul muslim yang dia anggap identik dengan ancaman keamanan.
Sampai sekarang pun, dia masih berusaha mengegolkan Muslim Ban.
Selain Trump, Menteri Luar Negeri Rex Tillerson pun meninggalkan tradisi yang tiap tahun selalu diselenggarakan departemen luar negeri.
Yakni, buka bersama atau Syawalan.
"Menteri Tillerson menolak usul divisi keagamaan dan urusan global dalam departemen luar negeri untuk mengadakan Syawalan. Padahal, sebelumnya, departemen juga tidak menyelenggarakan buka bersama," kata seorang pejabat.
Tentang kebijakan Trump dan Tillerson itu, Imam Talib Sharef dari Masjid Akbar Washington DC mengaku kecewa.
"Itu berita yang tidak menyenangkan. Sebab, tradisi yang sudah berjalan itu sangat baik," paparnya dalam wawancara dengan Newsweek.
Dia menambahkan bahwa terhentinya tradisi baik itu justru mengirimkan sinyal yang kurang baik bagi masyarakat nasional dan internasional.
Saat ini, menurut Shareef, jumlah umat muslim di AS mencapai 3,3 juta jiwa.
Umat sebanyak itu membutuhkan pengakuan dari Trump dan seluruh masyarakat AS terkait prinsip-prinsip religius yang mereka pegang. (AFP/Reuters/CNN/newsweek/hep/c6/ami/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kado Gugatan Buat Ulang Tahun Donald Trump
Redaktur & Reporter : Natalia