Dongkrak Produksi Pertanian, Kementan Optimalkan Alsintan

Senin, 10 September 2018 – 13:51 WIB
Kementan mengoptimalkan alsintan untuk mendongkrak produksi pertanian. Foto: Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah telah membagikan alat dan mesin pertanian (alsintan) prapanen kepada petani untuk mendongkrak produksi padi, jagung, dan kedelai.

Sebanyak 314.188 unit alsintan sudah dibagikan sejak 2014 hingga 2017. Alsintan itu terdiri dari traktor roda dua, traktor roda empat, cultivator, pompa air, transplanter, dan hand sprayer. 

BACA JUGA: Kementerian Pertanian Sigap Atasi Kekeringan

Menurut Sekretaris Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Abdul Majid, pemerintah juga telah membagikan alsintan pascapanen sebanyak 41.816 unit.

Alsintan itu berupa combine harvester kecil, combine harvester sedang, combine harvester besar, dryer, power threseher, power thresher multiguna, corn sheller, corn combine harvester, dan rice miling unit.

BACA JUGA: Permentan Persusuan Perlu Ditambal Regulasi Lain

Menurut Abdul, banyak manfaat penggunaan alsintan ini apabila dicermati dengan saksama.

Antara lain menambah volume capaian kinerja petani, mempercepat masa kerja,  meningkatkan produksi pertanian, mengurangi biaya operasional, dan mengatasi kekurangan tenaga kerja.

BACA JUGA: Alsintan Tekan Biaya Olah Tanah Cabai Hingga 90 Persen

Selain itu, alsintan juga mendongkrak nilai gengsi bertani, mengurangi ‘loss’ hasil pertanian, meningkatkan kualitas produksi hasil pertanian, memperbaiki kualitas hasil pertanian, membantu pelaksanaan tanam serempak dan meningkatkan kesejahteraan petani.

"Pada banyak kasus, alsintan bantuan tersebut penggunaannya kurang efektif dan merata. Alsintan digunakan pada area tertentu tetapi petani lain tidak dapat menggunakan meski masih dalam wilayah pelayanan.  Ini karena penorganisasiannya belum berjalan baik atau karena hambatan akses ke alsintan tersebut," jelas Abdul, Senin (10/9).

Pengoptimalan  alsintan yang beredar di petani dapat dintensifkan bilamana memenuhi syarat.

Antara lain distribusi alsitnan merata pada kelompok tani, jumlah mencukupi sesuai kebutuhan petani,  petani mudah mengakses pemanfaatan alsintan tersebut, dan biaya pemanfaatan alsintan lebih murah daripada manual.

Selain itu, alsinta bisa optimal bila ada manajemen atau organisasi yang mengatur penggunaannya.

Petani juga harus memiliki kesadaran cukup untuk memilih penggunaan alsintan daripada manual.

Tidak hanya itu, harus ada kerja sama yang erat antara petani, Dinas Pertanian dan kelompok tani serta ada sistem pengelolaan yang profesional yang memungkinkan petani bisa memperoleh manfaat ganda dari pengelolaan alsintan.

"Alat dan mesin pertanian menjadi optimal tatkala dimanfaatkan secara maksimal.  Oleh karena itu, apabila setiap luasan sawah tertentu tersedia alsintan yang cukup, kemudian petani dapat bekerja sama dengan UPJA atau Brigade Alsintan, dan alat dapat berfungsi baik dengan organisasi pengaturnya bertindak profesional, maka pemanfaatan alsintan akan optimal," tutur Abdul.

Untuk meningkatkan optimalisasi alsintan tersebut, pemerintah telah mempersiapkan sejumlah langkah dan kebijakan.

Yakni, mendorong pembentukan UPJA di setiap gapoktan guna mengelola alsintan tersebut, menerbitkan payung hukumnya berupa permentan pengelolaan alsintan melalui  Permentan No. 25 Tahun 2008 tentang Pedoman Menumbuhkan dan Mengembangkan UPJA.

Melalui permentan tersebut, alsintan yang dibagikan kepada kelompok tani dikelola secara profesional melalui kerja sama antara Dinas Pertanian Daerah dengan Gapoktan.

Penggunaan alsintan oleh petani dikenai biaya untuk perawatan dan pemeliharaan alsin yang dilakukan oleh pengurus UPJA.

Dengan demikian, dana tersebut dari petani kembali kepada petani melalui kelompoknya.

Menurut Abdul, ada pula pola pengelolaan alsintan melalui Brigade Alsintan yang merupakan kerja sama antara Dinas Pertanian Daerah dan Kodim. 

Pada pola kedua ini, alsintan dikelola TNI dan dimanfaatkan untuk petani melalui skim yang tidak komersial.

Meskipun, petani tetap diminta memberikan penggantian biaya bahan bakar dan biaya operasional, tetapi bukan biaya sewa alsintan.

Pemerintah pusat bersama dengan TNI AD menarik alsintan yang tidak efektif dimanfaatkan di suatu daerah dan dipindahkan ke daerah lain. 

 Kementan telah memindahkan sejumlah alsintan dari suatu kabupaten di Sumsel karena kurang efektif digunakan oleh Dinas Pertanian setempat.

Optimalisasi alsintan memungkinkan lahan suboptimal yang jumlahnya sangat besar dapat dimanfaatkan dengan baik dan mampu memberikan solusi kekurangan lahan pertanian.

Hal itu terjadi di Kabupaten OKI (Sumsel), Jambi dan berbagai daerah di Kalimantan.

Optimalisasi alsintan terutama traktor roda dan roda empat memungkinkan petani di Kecamatan Bukateja, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, lebih produktif.

Petani di sana bisa panen tiga kali setahun atau IP 3 meningkat dari sebelumnya IP hanya 1,00 sampai 1,50. 

Peningkatan jumlah panen ini meningkatkan produktivitas lahan dari 4,5 ton per hektare per tahun menjadi sembilan ton GKG per hektare per tahun ditambah palawija berbagai jenis.

Optimalisasi alsintan memungkinkan petani dapat mengurangi biaya operasional. Selain itu, mengurangi ketergantungan kepada tenaga kerja pertanian yang sekarang sudah semakin sulit dicari sebagaimana dilakukan petani di di Gorontalo.

Menurut Kadis Pertanian Provinsi Gorontalo Mulyadi Mario, selama ini petani harus mengeluarkan dana Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta per hektare untuk sewa alsintan.

Pemakaian alsintan menurut petani di Kelompok Tani Rimbo Mutuih Korong Kampuang Baru, Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariama juga berhasil meningkatkan produksi karena penggunaan combine harvester mengurangi jumlah bulir padi yang terbuang.

Penggunaan combine harvester dalam panen serentak mampu memperpendek waktu panen dan meminimalkan kehilangan hasil.

Demostrasi alat ini juga diharapkan meningkatkan kemampuan petani dalam penggunaan alat mesin pertanian ini dan pemanfaatan brigade alsintan di Kabupaten Padang Pariaman. (jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kementan Optimalkan Irigasi Pertanian


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler