Dor! Kena Peluru Nyasar, Berdarah-darah, Masih Sanggup Berjalan 1,6 Km

Rabu, 09 Agustus 2017 – 15:42 WIB
Mayat. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, MALANG - Buawi, 39, petani warga RT 5 RW 2 Dusun Pakel Desa Baturetno Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jatim, tewas terkena peluru nyasar saat berkebun di zona latihan militer, kemarin (8/8) pagi.

Diduga, peluru berasal dari senjata laras panjang prajurit Batalyon Komando (Yonko) 464/Paskhas TNI AU yang tengah latihan menembak.

BACA JUGA: Sadis, Teman Sekampung Dihujani Tusukan hingga Tewas di Depan Rumahnya

Meski peluru menembus pipinya, Buawani masih bisa berjalan kaki sepanjang 1,6 kilometer.

Sebelum terkena peluru nyasar, ia sedang bercocok tanam di ladang milik TNI AU di Gunung Gondo Mayit, Dusun Gondorejo, Desa Tamanharjo, Kecamatan Singosari.

BACA JUGA: Perampok Sadis, Usai Gasak Rp 500 Juta, Pengusaha Ini Ditembaki hingga Mati

Lokasi berkebun itu tersebut, hanya berjarak kurang lebih 600 meter dari lapangan tembak Patriot Sejati milik TNI AU Lanud Abd Saleh.

Informasi yang berhasil dihimpun Malang Post (Jawa Pos Group), peristiwa itu terjadi sekitar pukul 08.10 WIB.

BACA JUGA: Tujuh Perampok Obral Tembakan, Dor! Dor! Bos Kopi Tewas

Saat itu, Buawi yang diketahui memiliki keterbelakangan mental, sedang berococok tanam ketela di tempat tersebut.

Sebelumnya pihak TNI AU telah berkeliling lokasi untuk memberikan peringatan kepada para petani penggarap lahan supaya menyingkir dari area tersebut, lantaran akan berlangsung latihan menembak.

Rupanya, peringatan itu tidak diketahui oleh Buawi yang tetap melakukan cocok tanam ketela, hingga terkena peluru nyasar itu.

Setelah dirasa lokasi steril, sekitar 70 –an anggota Yonko 464/Paskhas TNI AU mulai berlatih menembak dengan senjata laras panjang.

Para penembak tak tahu, bahwa ada peluru mengenai Buawi, yang lokasinya tidak sejajar lurus dengan sasaran tembak. Ada dugaan, itu adalah peluru rekoset, alias peluru memantul.

Korban yang diketahui masih lajang ini terkena serpihan peluru di pipi bagian pipi sebelah kanan.

Dengan wajah berlumuran darah, ia masih bisa berjalan kaki meski sempoyongan, sejauh 1,6 kilometer.

Kemudian bertemu sepupunya Kasiati dan meminta tolong agar dibawa ke dokter. Usai minta tolong, ia kemudian pingsan, sehingga Kasiati memanggil warga sekitar.

Mereka lantas membopong korban sepanjang sekitar satu kilometer menuju rumah Kepala Desa Baturetno Mufid.

Namun, saat hendak dimasukkan mobil untuk dibawa ke rumah sakit, Buawi sudah menghembuskan napasnya untuk kali terakhir. Kemudian jenazahnya dibawa ke Kamar Mayat Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA).

Hal ini juga ditegaskan Kepala Desa Baturetno, Mufid saat ditemui di kamar jenazah RSSA Malang, bahwa korban tidak meninggal di lokasi kejadian.

Tapi Buawi, usai terkena peluru sempat berjalan. Bahkan, almarhum menurut Mufid juga sempat ketemu dengan keluarganya, agar cepat dibawa ke rumah sakit.

”Setelah kejadian, korban sempat jalan kaki, lalu ketemu sepupunya. Dia minta tolong agar cepat dibawa ke dokter. Tidak lama kemudian pingsan,’’ kata Mufid.

Warga lain yang melihat korban pingsan pun langsung membawanya ke rumah Mufid. Dan saat itu kondisinya bernapas.

”Begitu naik mobil, dan akan kami bawa ke rumah sakit, Pak Buawi meninggal dunia,’’ katanya.

Mufid juga membenarkan, jika lokasi tempat korban tertembak merupakan areal militer. Dan saat ada latihan menembak, areal ini wajib steril. ”Nah ya itu kami sendiri belum tahu kok pak Buawi masih di TKP saat ada anggota latihan,’’ urainya.

Kata Mufid banyak warganya yang menjadi petani penggarap lahan di tanah milik TNI AU. “Selanjutnya saya mengimbau kepada petani penggarap lahan supaya lebih berhati-hati lagi. Apabila sudah diperingatkan untuk mengosongkan areal lahan pertanian di dekat lapangan tembak, harus segera dikosongkan,” tuturnya.

Dia mengatakan, korban memang memiliki keterbelakangan mental. Sehingga, saat dikeluarkan peringatan terjadi latihan menembak itu, korban tidak memahaminya.

“Kejadian ini merupakan pembelajaran bagi seluruh petani penggarap. Supaya menaati peringatan saat menggarap pertanian di lahan milik TNI AU,” tutupnya.

Sedangkan, Kapolsek Singosari Kompol Wachid Arifaini mengatakan, setelah terkena serpihan peluru itu, korban sempat berjalan kaki sejauh 1,6 kilometer. Korban berjalan dalam keadaan bersimbah darah, hingga bertemu dengan Kasiati, kemudian roboh dan tidak sadarkan diri.

“Hal ini sesuai dengan olah TKP,” imbuh Perwira Menengah (Pamen) Polisi dengan satu melati di pundaknya ini.

Nah, setelah dilakukan visum di kamar mayat, kemudian jenazah dipulangkan ke rumah duka Dusun Pakel Desa Baturetno, Kecamatan Singosari. Kedatangan jenazah korban disambut tangis dari keluarga dan para tetangganya.

Sudah hadir di rumah duka pula, Komandan Lanud (Danlanud) Abd Saleh, Marsma TNI Julexi Tambayong dan Danyonko 464/Paskhas TNI AU, Mayor Pas Misbachul Munir. Menurut Danlanud, peristiwa ini tidak disengaja oleh para prajurit Batalyon Komando 464/Paskhas TNI AU.

“Peristiwa ini merupakan suatu kecelakaan. TNI tidak mungkin menyakiti rakyat. Karena TNI lahir dari masyarakat. Bahkan Ibu TNI adalah masyarakat,” tuturnya dalam sambutan saat memberangkatkan jenazah.

Selanjutnya, dia mengucapkan bela sungkawa atas kejadian ini. Dari rumah korban, kemudian jenazah dibawa ke masjid untuk disalatkan. Kemudian diberangkatkan ke pemakaman tidak jauh dari rumah korban dan dikebumikan.

Sementara itu, sumber internal Malang Post menyebut, biasanya Yonko 464/Paskhas latihan lintas lengkung dan datar. Senjata yang digunakan berupa General Purpose Machine Gun.

Nah yang dipakai di kalangan TNI adalah FN MAG (Mitrailleuse D’appui General) buatan FN (Fabrique Nationale), Belgia, M-60 buatan Saco Defense, AS dan FN MAG versi Indonesia dengan label SPM2.

“Ya, memakai General Purpose Machine Gun,” tegas sumber Malang Post. (big/ira/ary)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengejutkan, Inilah Kisah di Balik Duel Maut Pasutri yang Tewaskan Sang Suami


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler