Dorong Keberhasilan Budidaya Jamur, PHKT Implementasikan Inovasi SEMENJANA

Jumat, 17 November 2023 – 03:20 WIB
PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) mengimplementasikan beberapa inovasi untuk mendorong keberhasilan program budidaya jamur di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU). Foto dok PHKT

jpnn.com, PENAJAM PASER UTARA - PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) mengimplementasikan beberapa inovasi untuk mendorong keberhasilan program budidaya jamur di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).

Program budidaya jamur merupakan salah satu program CSR unggulan PHKT bertajuk Program Semur Cendawan (Semai Jamur dengan Cerdas dan Berwawasan Pangan) di Kelurahan Waru, yang telah dimulai sejak awal 2022 lalu.

BACA JUGA: Pertamina Hulu Energi Raih ESG Rating Medium

Beberapa inovasi yang diterapkan dalam program ini yakni Inovasi Sosial melalui Model Bisnis Inti Plusma dan Inovasi alat dari limbah non-B3 perusahaan, yaitu Sterilisasi Media Jamur dalam Bejana (SEMENJANA).

“Model Bisnis Inti Plusma merupakan model bisnis kemitraan yang disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh pelaku usaha inti dengan memperlihatkan prinsip saling membutuhkan, saling memperkuat dan saling menguntungkan," ujar Manager Kalimantan Field, Suwantono Widji, Rabu (15/11).

BACA JUGA: OJK Bikin Roadmap Pinjol Lebih Bermanfaat dan Melindungi Konsumen

Suwantono menambahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar yang masih terbuka lebar, kelompok binaan menjalankan budidaya jamur secara komunal dengan sistem optimalisasi pemanfaatan lahan pertanian berupa intensifikasi lahan melalui budidaya jamur dan hortikultura, serta menjadi tempat pembelajaran kolektif dan inklusif atau learning center.

“Penerapan model bisnis Inti Plusma dalam program budidaya jamur ini merupakan satu-satunya di wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara,” imbuhnya.

BACA JUGA: Pertamina Geothermal Energy Raih Rating ESG Tertinggi di Indonesia untuk Sektor Utilitas

Wahab, Ketua Kelompok Bintang Jamur binaan PHKT menceritakan kondisi sebelum adanya inovasi oleh PHKT pada program Semur Cendawan bahwa budidaya jamur hanya dilakukan dengan skala kecil dan upaya pemanfaatan limbah serbuk kayu tidak maksimal.

Hal ini terjadi karena pada proses produksi jamur masih konvensional sehingga berdampak pada biaya produksi yang tinggi dimana mereka masih belum memiliki keterampilan untuk membuat bibit mandiri.

“PHKT telah merubah sistem budidaya jamur yang konvensional menjadi budidaya jamur dengan produktifitas tinggi melalui penggunaan teknologi tepat guna sederhana sehingga mudah diaplikasikan dan diikuti,” ungkap Wahab.

Selain itu, PHKT turut berperan mengaktifkan kembali Kelompok Wanita Tani (KWT) Dahlia yang sebelumnya memiliki keterbatasan akses terhadap kegiatan pertanian.

Namun kini Ibu–ibu KWT telah memiliki sumber pendapatan untuk keluarga dari budidaya jamur yang juga menjadi solusi untuk intensifikasi lahan pekarangan agar menjadi produktif.

Keberhasilan proses budidaya jamur sangat bergantung pertumbuhan myselium spora jamur yang sangat dipengaruhi oleh kondisi media tanam atau Baglog.

Proses sterilasi baglog ini akan sangat menentukan keberhasilan tumbuhnya mesilium jamur.

“Dengan kapasitas alat SEMENJANA sebanyak 240 Baglog dengan proses sterilisasi yang berlangsung sekitar 4-5 jam saja maka penghematan energi dari gas LPG 3 kg mencapai 50. Alat ini pun telah didaftarkan untuk mendapatkan paten sederhan di HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual),” jelas Suwantono.

Budidaya jamur ini juga mampu menyelesaikan permasalahan limbah serbuk kayu yang ada di Kelurahan Waru, dengan demikian budidaya jamur dapat menjadi solusi atas beberapa permasalahan sekaligus, serta menjadi pendorong kesejahteraan petani melalui penambahan sumber pendapatan baru dari budidaya jamur.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy Artada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler