Dorong Kemandirian Farmasi Nasional, Fitofarmaka Harus Masuk JKN

Jumat, 08 November 2024 – 22:51 WIB
Presiden Direktur PT Dexa Medica  V. Hery Sutanto bersama Dekan Sekolah Farmasi ITB, Prof. apt. I Ketut Adnyana, M.Si., Ph.D., dalam Health Innovation Festival di Jakarta Convention Center (JCC), Jumat (8/11). Foto Mesya/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Presiden Prabowo Subianto ingin Indonesia menjadi negara mandiri dalam segala bidang, termasuk pangan dan energi.

Hal ini untuk mengurangi ketergantungan dari negara lain di tengah situasi geopolitik dunia yang tidak kondusif seiring konflik di Timur Tengah dan kawasan Eropa. 

BACA JUGA: Persatuan Ahli Farmasi Indonesia Dukung Sistem Ketahanan Kesehatan Masyarakat Bantul

Selain kemandirian pangan, energi, yang tak kalah penting adalah kemandirian dalam hal obat-obatan. Kondisi ini tidak lepas dari impor bahan baku industri farmasi dari luar negeri yang selama ini terjadi.

"Kami, di Dexa Medica Group sejak awal konsisten mendukung program kemandirian dan ketahanan kesehatan Indonesia," kata Presiden Direktur PT Dexa Medica  V. Hery Sutanto, dalam Health Innovation Festival di Jakarta Convention Center (JCC) , Jumat (8/11).  

BACA JUGA: PAFI Beri Edukasi tentang Kesehatan dan Farmasi untuk Masyarakat Tual

Hal ini ditempuh melalui dua hal, yakni obat-obat kimia dengan menggunakan bahan baku lokal dari PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia (KFSP).

Juga obat modern asli Indonesia (Fitofarmaka), yang berbahan alam asli lokal, diriset oleh orang Indonesia  dan sudah dipasarkan hingga mancanegara. 

BACA JUGA: Terima Izin Fasilitas KITE, Perusahaan Farmasi Berkomitmen Perluas Pasar di Mancanegara

"Fitofarmaka yang kami produksi memang 100% asli bahannya dari Indonesia, kecuali mungkin kemasannya, karena masih ada beberapa kemasan yang belum bisa di sini. Makanya, TKDN kami sudah di atas 80%, bahkan ada yang 90%," ungkapnya.

Dia menambahkan, kemandirian kesehatan yang paling awal harus dilakukan adalah terkait bahan baku. Hal ini karena jika mengandalkan obat-obatan berbahan baku kimia, maka bahan bakunya harus diimpor dari negara lain, masih butuh waktu lama untuk sampai level kemandirian yang advance.

"Sedangkan kalau obat-obat dari bahan alam, ini sudah di depan mata, sudah ada produknya, sudah diuji klinis, sudah fitofarmaka. Kalau hal itu didukung pemerintah nantinya, maka farmasi, universitas akan mendukung semuanya dengan riset-riset mereka. Bahkan, saya mendengar program yang sangat luar biasa dari ITB, itu pasti akan bergerak," tegasnya.

Hal ini akan mendorong kemandirian kesehatan dan industri farmasi yang semakin kuat karena tidak lagi mengandalkan obat-obatan dengan bahan baku impor. Juga sejalan dengan keinginan kementerian kesehatan yang agar industri farmasi menggunakan bahan-bahan asli Indonesia. 

"Itu yang diharapkan dan di situ Dexa akan mengambil peran, kita juga membangun kemandirian di alat kesehatan, kemandirian dari obat-obat kimia," ucapnya.

Selain itu Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) di mana fitofarmaka termasuk di dalamnya diharapkan masuk dalam formulasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Hal ini untuk mendorong penggunaan bahan-bahan alam asli sebagai obat-obatan di fasilitas kesehatan.

"Itu harapannya bisa digunakan. Saat ini sudah ada empat fitofarmaka yang masuk di dalam Formularium Fitofarmaka Kemenkes. Cuma, secara regulasi masih belum bisa digunakan di JKN, karena perlu ada perubahan dari sisi undang-undang sampai peraturan dan lain sebagainya," imbuhnya.

Dia menambahkan, Kementerian Kesehatan saat ini sudah melakukan berbagai upaya untuk memasukkan OMAI dalam JKN. Hanya tinggal satu langkah yakni di sisi peraturannya.

"Harapannya kalau sudah bisa digunakan sama seperti di Jerman, di Jepang, di dalam pengobatan formal selalu ada porsi obat-obat  dari bahan alam, di Indonesia pun akan seperti itu," ungkapnya.

Dekan Sekolah Farmasi ITB, Prof. apt. I Ketut Adnyana, M.Si., Ph.D., menyebutkan peluang dan potensi paling besar kemandiriab bidang kesehatan yaitu bahan alam.  Hal itu karena sumber daya alam Indonesia sangat kaya akan bahan baku alam.

"Kalau boleh dikatakan, kita ini nomer satu di dunia bahan alamnya kalau kita gabungkan darat dan laut ya,  jadi sangat mungkin kita untuk mandiri dan ketahanan di bidang kesehatan," katanya.

Hal ini juga didukung dengan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang tak kalah dengan SDM asing. Itu terbukti dari berbagai penghargaan yang didapat.

“Sudah dibuktikan, tadi salah satu staf kami mendapatkan penghargaan inovator marker untuk tanaman obat. Itu fungsinya untuk apa? Untuk melakukan standarisasi bahan alam kita supaya kualitasnya (memenuhi) standar, termasuk efikasi dan keamanannya,”ucapnya.

Di sisi lain, penyakit-penyakit yang banyak ditemui di tengah masyarakat seperti penyakit degeneraif yakni stroke, kardiovaskular, diabetes umumnya dapat diredam dengan obat bahan alam.

“Bagaimana mereka bertahan hidup dan bahkan lebih sehat, karena obat alam. Jadi,  potensi yang  sudah kita warisi sejak lama  harus kita manfaatkan secara optimal.  Itu harapan saya. Dan, sekolah farmasi ITB mendukung penuh hal ini," pungkasnya. (esy/jpnn)


Redaktur : Budianto Hutahaean
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler