JAKARTA–Rektor Univesitas Indonesia (UI), Gumilar Rusliwa Soemantri menerangkan ideologi Pancasila yang dimiliki rakyat Indonesia sesungguhnya merupakan nilai-nilai universal. Memuat berbagai keluhuran nilai kehidupan yang diterima oleh masyarakat di dunia.
Tentunya, tegas Gumilar kekuatan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila itulah yang menempatkan ideologi ini sangat penting. Bukan hanya untuk pemersatu rakyat Indonesia, tetapi juga menjadi alat pemersatu bagi bangsa-bangsa di dunia. ”Sudah terlalu lama dunia dibayangi oleh dua ideologi besar. Liberalisme dan Sosialis. Kini saatnya Pancasila menjadi jawaban atas kejenuhan ideologi masyarakat dunia,” papar Gumilar Rusliwa Soemantri di kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jakarta, Jum’at (1/6).
Menurutnya lahirnya Pancasila memang untuk rakyat Indonesia. Pancasila sebagai ideologi yang diwariskan oleh pendiri bangsa untuk mesin penggerak bangsa. Meskipun nilai-nilai yang terkandung bermakna bagi masyarakat dunia.
Gumilar menegaskan segala polemik dan persoalan yang ada di Indonesia dapat terselesaikan melalui ruang-ruang nilai yang terkandung dalam Pancasila. Karena memang ideology berasaskan lima sila itu menjadi solusi keragaman bangsa Indonesia. “Pancasila adalah Indonesian Ways. Merupakan berkah bagi seluruh rakyat Indonesia. Sangat disayangkan jika tak dipahami,” tegasnya.
Dia mengakui dalam implementasinya terkadang Pancasila mengalami hambatan. Itu lebih disebabkan penafsiran terhadap nilai-nilai Pancasila yang belum tertanam. Apalagi Pancasila merupakan kumpulan nilai kehidupan, butuh proses menjadikan perilaku,
Gumilar berharap waktu yang berjalan telah membuat seluruh elemen bangsa Indoensia dpat bergerak cepat mengikuti nilai Pancasila. Tidak lagi memberikan tafsiran-tafsiran yang individual. “Pancasila ideologi yang tak bisa dibantah lagi. Masyarakat dunia pun mengakui itu,” jelasnya.
Sementara itu Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj menambahkan pluralisme di indonesia sudah menjadi fakta kehidupan bangsa. Tidak boleh dikesampingkan dan diabaikan.
Pluralisme itu, lanjut dia hanya bisa terjawab dan terlewati segala persoalannya dengan melaksankaan ideology Pancasila. NIlai yang ada dalam ideology tersebut secara substansial harus diamalkan. ”Jangan hanya seremoni saja. Bukan hanya hafalkan sila-silanya. Kita perlu menjiwai dalam kehidupan berbangsa dan.brnegara,” ungkapnya.
Dia tak memungkiri pelaksanaan Pancasila masih dalam proses. Masyarakat secara umum belum dewasa melihat ideology itu. Karakter buliding masih belum tuntas. Buktinya ada pembangunan gereja yg ditolak oleh orang Islam. Begitu pula sebaliknya. (rko)
BACA ARTIKEL LAINNYA... MoU Perlindungan Anak Belum Maksimal
Redaktur : Tim Redaksi