GM Fuel Retail Marketing Region V Afandi mengatakan empat SPBU tersebut sebagai pilot project yang menjual solar non subsidi dengan harga keekonomian. Artinya, harga dipatok setara dengan solar untuk industri sebesar Rp 10.200 per liter. Sedangkan, selama ini harga solar subsidi Rp 4.500 per liter.
"Memang, awalnya agak berat bagi pengusaha untuk menjual solar dengan harga keekonomian. Karena tidak semua konsumen mau membeli solar dengan harga non subsidi. Namun, bagi SPBU yang telah berdiri lama tentu sudah kembali modal sejak lama, sehingga tidak terlalu dikejar target penjualan," ucapnya di sela peluncuran SPBU Solar Non Subsidi di jalan Kertajaya Surabaya.
Oleh karena itu, pihaknya mendorong pengusaha SPBU untuk turut mendukung program pembatasan solar dengan menyediakan solar non subsidi. Dikatakan, bila di SPBU tersebut sudah menyediakan solar non subsidi, maka tidak akan menjual solar dengan harga subsidi. "Nah, bagi pengusaha yang mau bersedia menjual solar non subsidi, ada jaminan dari sisi suplai. Sebab, tidak ada batasan suplai untuk solar dengan harga keekonomian," tandas dia.
Dia melanjutkan, target market SPBU solar non subsidi itu konsumen yang tidak berhak menggunakan solar subsidi, seperti kendaraan dinas dan sektor perkebunan dan pertambangan. Serta konsumen dengan kebutuhan kurang dari 200 liter, misalnya untuk genset, alat berat dan forklift.
"Di Jatim, kami juga memasarkan bahan bakar non subsidi berupa Pertamax Dex di 80 SPBU, sejumlah 18 SPBU berada di Surabaya. Kalau Pertamax Dex ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang menggunakan kendaraan dengan diesel common rail system, terutama kendaraan keluaran terbaru," tutur dia. Pertamax Dex mengandung cetane number 53 dan kandungan sulfur di bawah 300 part per million (ppm). (res)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Batubara Lesu, 504 Pekerja Tambang Dirumahkan
Redaktur : Tim Redaksi