SIGLI - Kisruh di Akademi Keperawatan (Akper) Pemkab Pidie semakin meluas. Dari protes pengumuman praktek hingga ke tudingan salah satu dosen melakukan sodomi terhadap mahasiswa.
Bahkan kasus itu sudah pernah dilaporkan ke Polisi. Kemudian kembali mencuat lagi perkara dugaan mark-up dana pembelian alat kesehatan serta pergeseran jabatan dosen.
Said Zaki Mubarak.S.kep M.Kes dikonfirmasi Metro Aceh (Grup JPNN) pada Rabu (6/2) siang, membeberkan konspirasi busuk di Akper Pemkab Pidie. Secara terang-terangan Said menuding Pembantu Direktur (Pudir-3) Junaidi, menjadi otak dugaan penyelewengan dana Alkes tersebut sejak tahun 2009.
Misalnya, lanjut Said, harga alat kesehatan nurine kide dimark-up sampai Rp 160.000,-/paket. padahal harga normal Rp 110.000,- sampai Rp 115.000,-/paketnya. Namun setiap mahasiswa dikutip Rp 160.000,- guna membeli alat tersebut.
Namun belakangan Said menyatakan terkena imbas, selaku Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK). Pasalnya, ia menolak menandatangani laporan dan ternyata kroni Junaidi membuat laporan, tanpa tanda tangan yang berhak.
"Untuk menutupi kebusukan mereka, saya dipindah ke RSUIA Beureuneun dan SK nya sudah diterima. Terhitung sejak 16 Oktober 2012 dan dikeluarkan pada 1 Oktober 2012. Saya menolak masuk ke tempat baru, lantaran SK-nya bermasalah," papar Said Zaki.
Lebih tragisnya lagi, Said mendapat fitnah keji telah melakukan praktek sodomi, terhadap salah seorang mahasiswanya.
"Saya difitnah menyodomi mahasiswa, tapi mana buktinya. Malah saya pribadi disingkirkan dari jabatan dosen di Akper Pemda," tegas Said Zaki.
Menanggapi hal itu Pembantu Direktur III Akper Pemkab Pidie Junaidi.S.keb kepada Metro Aceh kemarin membantah tegas tuduhan mark up barang alkes.
"Kita tidak pernah melakukan itu sebab kita punya bukti pembelian," tegasnya.
Ketika disinggung soal mutasi Said, Junaidi menyebut tak punya wewenang. Namun saat ditanya soal isu sodomi, ia mengamini. "Kami punya bukti dan ada mahasiswa melapor ke pihak kampus, bahwa dia sudah disodomi Said. Bila perlu kita siap jika dimejahijaukan," tutur Junaidi.(mir)
Bahkan kasus itu sudah pernah dilaporkan ke Polisi. Kemudian kembali mencuat lagi perkara dugaan mark-up dana pembelian alat kesehatan serta pergeseran jabatan dosen.
Said Zaki Mubarak.S.kep M.Kes dikonfirmasi Metro Aceh (Grup JPNN) pada Rabu (6/2) siang, membeberkan konspirasi busuk di Akper Pemkab Pidie. Secara terang-terangan Said menuding Pembantu Direktur (Pudir-3) Junaidi, menjadi otak dugaan penyelewengan dana Alkes tersebut sejak tahun 2009.
Misalnya, lanjut Said, harga alat kesehatan nurine kide dimark-up sampai Rp 160.000,-/paket. padahal harga normal Rp 110.000,- sampai Rp 115.000,-/paketnya. Namun setiap mahasiswa dikutip Rp 160.000,- guna membeli alat tersebut.
Namun belakangan Said menyatakan terkena imbas, selaku Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK). Pasalnya, ia menolak menandatangani laporan dan ternyata kroni Junaidi membuat laporan, tanpa tanda tangan yang berhak.
"Untuk menutupi kebusukan mereka, saya dipindah ke RSUIA Beureuneun dan SK nya sudah diterima. Terhitung sejak 16 Oktober 2012 dan dikeluarkan pada 1 Oktober 2012. Saya menolak masuk ke tempat baru, lantaran SK-nya bermasalah," papar Said Zaki.
Lebih tragisnya lagi, Said mendapat fitnah keji telah melakukan praktek sodomi, terhadap salah seorang mahasiswanya.
"Saya difitnah menyodomi mahasiswa, tapi mana buktinya. Malah saya pribadi disingkirkan dari jabatan dosen di Akper Pemda," tegas Said Zaki.
Menanggapi hal itu Pembantu Direktur III Akper Pemkab Pidie Junaidi.S.keb kepada Metro Aceh kemarin membantah tegas tuduhan mark up barang alkes.
"Kita tidak pernah melakukan itu sebab kita punya bukti pembelian," tegasnya.
Ketika disinggung soal mutasi Said, Junaidi menyebut tak punya wewenang. Namun saat ditanya soal isu sodomi, ia mengamini. "Kami punya bukti dan ada mahasiswa melapor ke pihak kampus, bahwa dia sudah disodomi Said. Bila perlu kita siap jika dimejahijaukan," tutur Junaidi.(mir)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gara-gara Meledak, Pabrik Sabu Digrebek
Redaktur : Tim Redaksi