Dosen Unsri Diculik Penganut Aliran Sesat

Minggu, 22 Januari 2012 – 00:27 WIB

SIDOMULYO – Enggal Nurisman (31), dosen Universitas Sriwijaya (Unsri) Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), diduga menjadi korban penculikan dan kekerasan organisasi aliran sesat. Warga Desa Jakabaring, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyu Asin, Sumsel, itu ditemukan warga dalam keadaan pingsan di pinggir jalan lintas Sumatera (jalinsum) di Desa Sukamaju, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan, sekitar pukul 06.00 WIB Kamis (19/1).

jpnn.com - Saat ditemukan, dosen Fakultas Teknik Kimia Unsri ini mengenakan kaus oblong berlengan pendek warna putih dan celana dasar warna krem.

Sekitar pukul 06.30, warga melaporkan temuan itu ke Mapolsek Sidomulyo. Selang setengah jam, petugas tiba di lokasi kejadian dan membawa korban ke mapolsek.

Saat ditemui wartawan di Mapolsek Sidomulyo kemarin (20/1), Enggal masih terlihat shock. Ia juga tampak pucat. Bukan itu saja, hampir di sekujur tubuh korban terlihat sejumlah bekas luka bakar dan sayatan akibat dianiaya oleh sekelompok orang yang ia duga organisasi aliran sesat.

Enggal menuturkan, sebelum ditemukan warga, dirinya disekap sekitar dua bulan di sebuah gedung. Sayangnya, ia mengaku tidak mengetahui daerah mana para pelaku itu menyekapnya.

Selama disekap, laki-laki berkacamata ini mengaku hanya diberi makan gorengan oleh para pelaku. Bukan hanya itu, selama disekap, dirinya didoktrin untuk mengikuti aliran organisasi para pelaku. ’’Saya sendiri saat itu tidak sepenuhnya sadar. Yang saya tahu, saat itu mereka mengajak bergabung  untuk mengikuti ajaran mereka,’’ tutur ayah satu anak ini.

Korban juga belum dapat memastikan aliran itu. Karena para pelaku tidak menyebutkan nama organisasi mereka. ’’Tetapi yang saya tahu, organisasi seperti ini sama persis dengan organisasi NII. Karena saya pernah mengikuti kegiatan semacam aliran tersebut. Yang jelas, doktrin mereka menganggap Negara Indonesia bertentangan dengan ajaran Islam,’’ ungkapnya.

Enggal juga menerangkan, saat disekap, dirinya diberikan dua pilihan. Yakni, aliran Hisbullah dan Bussyaiton. Jika mengikuti Hisbullah, maka dia akan masuk surga. Namun jika memilih Bussyaiton, maka harga mati, akan masuk neraka.

Bukan itu saja, saat memberikan arahan, seorang pelaku berperawakan sedang dengan menggunakan penutup wajah berupa cadar, membawa lilin dan pelat tipis serupa karter. ’’Alat itulah yang digunakan untuk menyayat dan membakar tubuh saya. Karena menurut mereka, api neraka lebih panas dari api di dunia,’’ ungkap Enggal di hadapan polisi.

Ia menceritakan, peristiwa penculikan yang menimpanya terjadi pada 8 November 2011 lalu. Saat di kampus, dia didatangi dua orang yang mengaku sebagai mahasiswa Unsri.

Kedua pelaku itu meminta materi untuk difotokopi. Karena di areal kampus tidak ada tempat fotokopi, maka ia dan kedua pelaku keluar dengan menggunakan kendaraan roda empat jenis Toyota Avanza.

Saat itu, menurut korban memang sudah ada satu orang yang ada di dalam mobil yang duduk di bagian tengah kendaraan. Korban mengaku sebelumnya tidak menaruh curiga kepada para pelaku. Namun sebelum tiba di tempat fotokopi, dirinya mengaku menghirup aroma seperti alkohol hingga tidak sadarkan diri.

’’Saya baru sadar setelah berada di dalam ruangan yang saya sendiri tidak mengetahui wilayahnya berada di mana. Nah, di tempat itulah saya mulai didoktrin dan dianiaya oleh para pelaku serta dipaksa untuk mengikuti aliran mereka. Namun, saya tetap ngotot tidak mau mengikuti aliran mereka, karena saya hanya percaya dengan ajaran Islam,’’ tandasnya.

Selama disekap, Enggal mengaku kerap mendapat siksaan dari para pelaku. Namun karena ia bersikeras tidak ingin mengikuti aliran mereka, para pelaku terus melakukan penyiksaan hingga akhirnya dirinya tidak sadarkan diri.

Sementara Suparman (51), orang tua korban yang ditemui di Polsek Sidomulyo, mengaku anaknya hilang sudah tiga kali. Kali pertama, awal tahun 2010 lalu. Saat itu, korban menghilang selama 9 hari. Namun, dia kemudian ditemukan di Lubuk Linggau, Sumsel. Lalu, korban juga kembali hilang selama 4 bulan. Yakni dari Oktober 2010 hingga Februari 2011.

’’Saat itu anak saya ditemukan oleh warga di Cilegon, Banten, dengan kondisi mengalami sejumlah luka di tubuhnya dan dalam keadaan trauma,’’ ungkap Suparman.

Selanjutnya, yang ketiga, korban ditemukan di wilayah Sidomulyo ini. Pihak keluarga juga sebelumnya telah melaporkan kasus menghilangnya Enggal ke Polresta Palembang pada 18 November 2011. ’’Kami tidak mengetahui maksud dan tujuan pelaku menculik anak kami. Yang jelas, kami minta polisi mengusut kasus ini, sehingga para pelaku dapat terungkap,’’ tegasnya.

Terpisah, Kapolsek Sidomulyo AKP Heri Sugito mewakili Kapolres Lamsel AKBP Harri Muharram Firmansyah, S.I.K. membenarkan telah menemukan korban kekerasan tersebut.

’’Korban telah kami bawa ke dokter untuk memeriksa dan mengobati luka-luka di sekujur tubuhnya. Korban mengalami luka bakar dan sayatan,’’ terang Heri.

Ia melanjutkan, korban ditemukan berdasarkan laporan warga Desa Sukamaju yang mendapatkannya dalam keadaan trauma. Setelah itu, pihaknya menghubungi keluarga korban melalui nomor handphone yang ada di balik pasfoto yang disimpannya.

’’Kami telah meminta keterangan korban. Selanjutnya, dia akan kami serahkan kepada keluarganya. Kami memberikan saran agar pihak keluarga korban melaporkan ke Polresta Palembang, jika korban telah ditemukan. Sehingga kasus ini dapat ditindaklanjuti,” ungkap Kapolsek didampingi Kanitreskrim Bripka Sudirno T.Y. Sementara, korban kemarin rencananya langsung dibawa keluarga ke kediamannya di Desa Jakabaring. (dur/c1/ary)      


BACA ARTIKEL LAINNYA... ABG Hamil, Pacar Pun Dibui

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler