DPD Dorong Percepatan Pembangunan Perumahan

Senin, 28 Desember 2020 – 23:00 WIB
DPD menggelar FGD ‘Mendorong Pemulihan Ekonomi Nasional Melalui Sektor Perumahan’, yang digelar kombinasi online dan offline, di Gedung Nusantara III, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (28/12). Foto: Humas DPD.

jpnn.com - Wakil Presiden (Wapres) KH Ma'ruf Amin mengatakan keluarga adalah madrasah pertama bagi anak-anak. Karena itu, Kiai Ma'ruf mengatakan dukungan lingkungan sehat memiliki peran penting dalam tumbuh kembang dan pembentukan karakter mereka.

"Oleh sebab itu pembangunan perumahan yang baik, tidak hanya penting bagi ekonomi tetapi juga mampu membantu membentuk karakter bangsa," kata Kiai Ma'ruf saat menjadi pembicara utamaFocus Group Discussion (FGD) DPD RI dengan tema ‘Mendorong Pemulihan Ekonomi Nasional Melalui Sektor Perumahan’, yang digelar kombinasi online dan offline, di Gedung Nusantara III, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (28/12).  

BACA JUGA: Dharma Wanita Persatuan Setjen DPD RI Dukung Pembangunan Melalui Ketahanan Keluarga

Menurutnya, masih banyak hal yang harus dilakukan oleh berbagai pihak terkait dukungan terhadap sektor perumahan rakyat. "Dukungan semua pihak terhadap 

sektor perumahan tak pernah surut dilaksanakan, tetapi masih banyak yang harus dilakukan," kata Kiai Ma'ruf. 

BACA JUGA: LaNyalla Ingatkan Pemerintah Perhatikan Sektor Properti Terdampak Pandemi

Seperti diketahui, pandemi Covid-19 telah mengakibatkan terpuruknya berbagai sektor ekonomi dalam negeri, tidak terkecuali properti.

Padahal sektor ini mampu mendorong pemulihan perekonomian nasional melalui penyerapan tenaga kerja dan peningkatan nilai produk domestik bruti (PDB).

BACA JUGA: LaNyalla: Parodi Lagu Indoesia Raya Menginjak-injak Kehormatan RI

Terlebih sektor ini juga menjadi penggerak bagi sekitar 175 industri terkait.

Karena itu, DPD RI melalui Komite IV secara khusus menggelar FGD ini. FGD tersebut mempertemukan semua stakeholder terkait.

Mulai Wapres, Ketua DPD RI LaNyalla Mahmud Mattalitti, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian Keuangan, Kementerian  Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional (BPN), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), direksi Himbara (Himpunan Bank Negara), dan DPP Real Estate Indonesia (REI).

Ketua Komisi IV DPD Sukiryanto mengungkapkan bahwa di era pandemi Covid-19, pemerintah sebenarnya telah melakukan berbagai langkah strategis.

Namun hal tersebut masih belum cukup dan perlu ditingkatkan di tahun depan.

Beberapa program yang perlu ditingkatkan adalah program subsidi kredit kepemilikan rumah, subsidi uang muka, hingga bantuan stimulus swadaya.

Selain itu, peningkatan kuota KPR, FLPP dan SSB juga harus dilakukan.

"Upaya ini sekaligus untuk menekan backlog atau kekurangan hunian yang saat ini telah mencapai 11 juta sampai 12 juta unit,” ujar Sukiryanto.

Menurutnya, supaya serapan bisa maksimal, kuota pembiayaan perumahan subsidi tidak hanya diberikan dan difokuskan kepada perbankan pelat merah besar, tetapi juga untuk Bank Pembangunan Daerah (BPD). Karena BPD dianggap lebih mengerti tentang keinginan dan kondisi di daerah.

Ketua Umum DPP REI Totok Lusida mengungkapkan ada beberapa catatan yang menjadi usulan DPP REI kepada pemerintah agar besaran backlog perumahan
sebanyak 13 juta unit bisa dikejar.

Di antaranya adalah adanya tambahan kuota rumah subsidi melalui skema subsidi selisih bunga (SSB) sebanyak 130 ribu unit. Membuka akses kredit perumahan kepada seluruh segmen. Karena selama pandemi, perbankan sangat selektif dan membatasi konsumen rumah MBR hanya untuk ASN, TNI, Polri, karyawan BUMN dan karyawan swasta yang memiliki penghasilan tetap. Sementara untuk karyawan informal tidak ada yang memperhatikan.

“Selain itu, pemerintah juga harus mengembalikan definisi MBR ke gaji pokok dan bukan lagi take home pay agar bisa direalisasikan di seluruh Indonesia," katanya. 

DPP REI juga meminta penundaan angsuran MBR selama masa pandemi Covid-19, yaitu selama enam bulan, serta mendorong segera terealisasinya program tabungan perumahan rakyat atau Tapera untuk pembangunan rumah ASN bekerja sama dengan pemerintah daerah terkait.

Menanggapi hal tersebut, Menteri PUPR Basuki Hadimoeldjono menyatakan pemerintah telah menetapkan target pembangunan hunian di 2021. Untuk pembangunan rusun misalnya, ditarget mencapai 8.283 unit dengan anggaran Rp 4,16 triliun.

Rusun tersebut tersebar di wilayah di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat serta Papua dan beberapa wilayah lainnya.

“Untuk pembangunan rumah umum dan komersial tahun depan ditarget mencapai 40 ribu unit dengan anggaran Rp 410 miliar, bantuan rumah swadaya  sebanyak 114.900 unit yang tersebar di 33 provinsi dengan anggaran Rp 2,51 triliun,” ujarnya.

Selain itu, pembangunan rumah khusus juga ditarget mencapai 2.423 unit dengan anggaran Rp 610 miliar. Pembangunan rumah khusus ini di antaranya berada  di kawasan perbatasan seperti di Kabupaten Banjar Baru, Kabupaten Morowali, Kabupaten Konawe Selatan dan kawasan terdampak bencana. Terkait target penyerapan bantuan pembiayaan perumahan 2021, Basuki menyatakan mencapai Rp 21,6 triliun.

Perinciannya melalui program FLPP Rp 16,6 triliun dengan jumlah unit 157,500 unit, SBUM Rp 600 miliar dengan jumlah hunian sebanyak 157.500 unit dan  BP2BT sebesar Rp 1,6 triliun dengan jumlah 54,566 unit.

Sementara fasilitas pembiayaan perumahan melalui program Tapera sebesar Rp 2,8 triliun dengan jumlah 25.380 unit dari dana masyarakat. Nilai tersebut naik dibanding realisasi serapan di 2020. Total anggaran 2020 mencapai Rp 13,23 triliun dengan jumlah 550 ribu unit. Realisasinya mencapai  316.656 unit atau Rp 11,54 triliun.

“Pemerintah berkomitmen untuk mendorong kinerja sektor ini sehingga target sebanyak 70 persen masyarakat memiliki akses terhadap perumahan dan permukiman layak, aman, serta terjangkau bisa tercapai di tahun 2024 dari posisi tahun 2019 yang hanya sekitar 56,75 persen,” katanya.

Ketua OJK Wimboh Santoso sangat memahami keingingin REI agar suku bunga bank komersial dapat turun di kisaran angka enam persen, seiring penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia di angka 3,5 persen.  “Memang saat ini suku bunga di angka 12 hingga 13 persen tidak kompetitif. Seharusnya diangka 9 sampai 9,5 persen,” tukasnya.

Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti LaNyalla berharap FGD tersebut melahirkan sebuah gagasan yang dapat bermanfaat bagi sektor perekonomian  Indonesia, khususnya dalam bidang properti. Sebab, kata dia, di forum ini terjadi kolaborasi dan pertemuan langsung beberapa entitas dan pemangku kebijakan di sektor keuangan dan perumahan serta pertanahan. (*/jpnn)

 

 


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler