DPD Dukung Upaya Kementan Kembangkan Produk Olahan Berbahan Dasar Singkong

Rabu, 14 Juli 2021 – 11:50 WIB
Ilustrasi: Petani menanam bibit singkong di tanah yang telah dipupuk menggunakan limbah abu batu bara dari PLTU Ombilin di Desa Sijantang Koto, Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat, Kamis (17/10/2019). Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/wsj

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komite II Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI utusan Sumatra Barat, Emma Yohanna meyakini ubi kayu atau singkong memiliki potensi besar dalam industri produk makanan nasional.

Sebab, selain makanan sehat, singkong juga memiliki cita rasa tinggi yang bisa diolah menjadi berbagai macam produk siap saji.

BACA JUGA: Kementan Ajak Petani Tanam Bawang Merah Biji TSS, Menguntungkan dan Berprospek Ekspor

Karena itu Emma mendukung upaya Kementerian Pertanian (Kementan) mengembangkan makanan lokal, terutama produk olahan berbahan dasar singkong sebagai makanan lokal sehat dan berkualitas.

"Sekarang konsorsium bisnis di Minangkabau (Sumatra Barat) mulai membuat mi Minangkabau yang semua bahan bakunya terdiri dari Mocaf (Singkong)," ujar Emma, Selasa (13/7).

BACA JUGA: Kementan Perkenalkan Kampung Buah Naga Organik Ramah Lingkungan

Produsen makanan olahan lokal di Sumbar masih kerja sama dengan perusahan di Jawa Tengah.

Namun, Emma meyakini akan lahir unit-unit usaha dari pelosok desa.

BACA JUGA: Moeldoko Kagum dengan AWR Kementan

"Industri atau pabrik Mocaf itu belum ada di Sumbar, baru ada tahun depan direncanakan keperluan awal itu 500 hektare. Kalau saat ini masih kerja sama dengan Jawa Tengah," ucapnya.

Sebagai informasi saja, produk olahan makanan Minangkabau saat ini berupa mi instan yang memiliki varian rasa gulai tunjang, gulai cencang dan varian rasa rendang.

Anggota komite II lainnya Stefanus Liow, juga mengapresiasi upaya dan kerja keras jajaran kementan terhadap peningkatan produksi pangan, baik lokal maupun nasional.

Menurut Stefanus, kinerja tersebut sangat luar biasa karena memiliki kontribusi besar terhadap perbaikan ekonomi nasional.

"Selain makanan lokal, yang juga menjadi perhatian saya saat ini adalah banyak usulan dari rakyat untuk mengembangkan bunga Krisan sebagai bunga yang berpotensi ekspor, terutama ke Jepang," katanya.

Senada, Guru Besar Universitas Jember Prof. Achmad Subagio mendukung gerakan diversifikasi pangan lokal sebagai kekuatan dalam membangun sektor pertanian masa depan.

Bisa dimulai melalui olahan ubi kayu karbohidrat seperti singkong.

"Kita tahu ada mocaf dari bahan dasar songkong. Kemudian ada gaplek dan tapioka yang juga sama-sama dari singkong. Belum lagi akar dan daun yang bisa digunakan untuk olahan kimia dan makanan lainnya," katanya.

Subagio mengatakan, komoditas singkong memiliki potensi bisnis yang sangat luar biasa, terutama dalam memenuhi kebutuhan pasar ekspor untuk produk olahan mocaf.

Bahkan, Subagio menyebut singkong adalah kekuatan sekaligus karakter produk makanan bangsa Indonesia.

"Singkong itu sangat luar biasa sekali karena dari singkong kita bisa memiliki kekuatan sebagai sebuah bangsa. Bahkan produk kimia saja bahan bakunya dari akar singkong," katanya.

Subagio lebih lanjut mengatakan komoditas singkong merupakan komoditas yang paling kuat bertahan dari hama.

Setiap kandungan nutrisinya tetap terjaga dengan baik.

Apalagi jika diperkuat dengan pupuk sebagai penyubur tanah.

"Sebenarnya kalau dilihat risiko kehilangan nutrisi singkong itu paling rendah jika dibandingkan dengan tanaman lain," katanya.

Ketua Masyarakat Singkong Indonesia, Arif Lambaga mengatakan bahwa produk olahan singkong adalah jati diri bangsa yang memiliki potensi ekonomi cukup besar.

Terutama dalam menghidupkan ekonomi keluarga.

"Sebab singkong bisa ditanam di lahan-lahan sempit seperti pekarangan rumah."

"Saya kira ini sudah sesuai dengan program pemerintah yang disinergikan melalui gerakan diversifikasi pangan lokal," pungkas arif.(*/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler