Hal itu terjadi karena harga bahan pokok pembangunan infrastruktur terbilang mahal karena semuanya harus didatangkan dari luar Papua seperti Pulau Jawa dan Sulawesi.
Semen misalnya. Menurut anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Djasarmen Purba, harganya mencapai ratusan kali lipat dari harga semen yang berlaku di Pulau Jawa, Sulawesi, bahkan Kalimantan.
"Padahal bahan baku semen seperti kapur berlimpah-ruah dan tersebar merata dihampir seluruh daratan Papua. Ketersediaan bahan baku semen ini hendaknya mendorong pemerintah untuk segera membangun pabrik semen di Papua," kata Djasarmen Purba kepada JPNN di sela-sela kunjungan kerjanya ke Provinsi Papua, Senin (29/10).
Dengan harga bahan bangunan infrastruktur yang sangat tinggi itu, kata anggota DPD asal Provinsi Kepulauan Riau itu, maka ini menghambat percepatan pembangunan infrastrukur di wilayah Papua.
"Kalau dari sisi kebutuhan pemerintah terhadap bahan bangunan, pasti bisa mereka atasi. Masalah muncul ketika masyarakat harus membeli semen atau besi untuk membangun rumahnya sendiri. Pasti menimbulkan biaya yang sangat tinggi," ujar anggota Komite II DPD RI itu.
Dikatakannya, rumah yang layak huni dan sehat merupakan indikator kesejahteraan suatu daerah. "Tapi dari sisi politis apabila pemerintah tidak mendorong ketersediaan kebutuhan pokok bahan perumahan yang murah maka bisa berdampak pada isu-isu yang lebih krusial," imbuh Djasarmen Purba.
Diingatkannya, kemahalan harga semen dan besi misalnya, pemicu maraknya isu Papua merdeka. "Memenuhi kebutuhan sandang dan pangan masyarakat merupakan cara pintar dan cerdas dalam meminimalisir isu Papua merdeka," tegasnya. (fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sapi Langka, Harga Meroket
Redaktur : Tim Redaksi