jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi IV DPR Andi Akmal Pasluddin mengapresiasi rencana pemerintah lewat Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman membangun pabrik gula di Bombana, Sulawesi Tenggara.
Namun, legislator daerah pemilihan Sulawesi Selatan II berharap realisasi rencana ini bukan sekadar isapan jempol semata.
BACA JUGA: Kementan Kawal Serapan Beras di Eks Karesidenan Pekalongan
Menurutnya, ini sangat masuk akal karena sudah ada pengalaman sejarah pemerintah memiliki rencana membangun pabrik gula terbesar di Indonesia, tapi hingga kini mangkrak.
Pabrik gula yang bernama Glenmore tepatnya di daerah Banyuwangi memulai pembangunannya sejak Desember 2012 dan ditargetkan selesai pada Juni 2015.
BACA JUGA: BPS: September 2017, Bahan Makanan Deflasi 0,53 Persen
Namun, hingga kini namanya ada tapi hasil produksi gulanya selalu angka nol.
Ketua Kelompok Komisi IV FPKS DPR RI ini mengingatkan pemerintah bahwa pembangunan pabrik gula dengan skala besar, biasanya memerlukan waktu dua periode pemerintahan.
BACA JUGA: Mentan Pimpin Indonesia Pada Pertemuan Tingkat ASEAN
Indonesia sangat memerlukan pabrik gula dengan kapasitas produksi 8 ribu ton per hari. Dengan kapasitas tersebut apabila masa giling 150 hari per tahun, maka diperlukan tebu sebanyak 900 ribu ton hingga 1,2 juta ton, atau sebanding dengan luas tanam seluas 9 ribu ha hingga 10 ribu ha.
Perencanaan ini harus matang mulai dari infrastruktur pembangunan pabriknya hingga lahan tebu sebagai penyuplai bahan baku dalam menghadapi masa giling.
Dia menegaskan, pembangunan pabrik baru saat ini memang sangat mendesak.
Sebab, akhir-akhir ini gula petani buruk kemungkinan besar sangat dipengaruhi kualitas pabrik zaman Belanda.
“Selain itu, kapasitas pabrik gula kebanyakan tidak besar yang terlihat sangat efisien pabrik gula saat ini ada pada pabrik gula Kebon Agung di Jawa Timur,” kata Akmal, Senin (2/10).
Akmal berharap pembangunan pabrik gula baru yang direncanakan pemerintah berkapasitas besar, sehingga masalah efisiensi mulai dari rendemen hingga memengaruhi biaya produksi gula dapat diatasi.
“Saat ini rendemen terbaik hanya berkisar 8 persen, bahkan di daerah Jawa Barat rendemen tebu menjadi gula kurang dari 7 persen,” katanya.
Dia menjelaskan, kebutuhan membangun pabrik gula yang baik akan menghabiskan dana sekitar Rp 1,5 hingga Rp 1,9 triliun.
Apabila Menteri Amran dapat meyakinkan investor untuk berinvestasi ke pabrik gula hingga Rp 4 triliun, maka akan sangat baik pada kelancaran eksekusi rencana pembangunan pabrik terbesar di Indonesia Timur.
“Saya berharap ucapan menteri pertanian benar dan dapat merealisasikan pembangunan pabrik gula terbesar di Indonesia,” tegasnya. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menteri Amran Ajak Pemuda Gempita Bekerja di Industri Tebu
Redaktur & Reporter : Natalia