DPR: Bangun Sistem Cegah Korupsi Ditjen Pajak

Senin, 11 Juni 2012 – 08:13 WIB
JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) didesak untuk membangun sistem pencegahan korupsi di Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan. Hal itu dinilai penting dilakukan setelah penangkapan salah satu pegawai pajak, Tomy Hendratno, karena diduga menerima suap dari seorang pengusaha.

"Kita berharap agar KPK melakukan perbaikan keseluruhan sistem yang lemah di Departemen Keuangan yang membuat orang korupsi," kata Anggota Komisi III DPR RI, Taslim Chaniago.

Taslim mengatakan, pencegahan itu bisa dilakukan dengan mengkaji sistem yang sekarang berjalan di Kementerian Keuangan. Bagian-bagian mana yang bolong dan memungkinkan orang untuk korupsi sebaiknya ditambal. Kalau ini tidak dilakukan, dalam satu atau dua bulan ke depan, publik akan mendengar lagi pemberitaan ada oknum pegawai pajak yang ditangkap.

Selama ini, kata Taslim, penindakan yang dilakukan KPK dengan menangkap oknum-oknum pegawai pajak yang terlibat dalam kasus suap seperti Gayus Tambunan, tidak menimbulkan efek jera sama sekali.

Selain itu, politisi PAN ini juga meminta agar KPK tidak hanya memeriksa oknum-oknum pegawai pajak yang menerima suap tersebut, tetapi juga menelusuri perusahan-perusahan yang memberi suap. "Selama ini penerima suapnya ada, tetapi pemberinya tidak pernah ditelusuri. Dalam kasus Gayus, dia menerima suap, tetapi siapa pemberinya tidak pernah jelas," pungkasnya.

Sementara, anggota Komisi III lainnya, Indra menyatakan, tertangkapnya Tomy Hendratno hanya merupakan puncak gunung es dari maraknya praktek suap di lingkungan dirjen pajak. "Kecilnya uang suap yang diduga sebesar Rp 285 juta bukan berarti kecil kasusnya. Saya yakin ini hanya  kecil dipuncak atau permukaannya, tapi di dalamnya akan sangat luar biasa," imbuhnya.

Uang sebesar Rp 285 juta, kata Indra, merupakan bagian kecil dari transaksi suap dari salah satu perusahaan saja. "Bagaimaan dengan transaksi sebelumnya yang tidak sempat terendus oleh KPK" Dan bagaimana dengan perusahaan-perusahaan yang lainnya yang juga menggunakan jasa TH. Ini mrpk kasus besar yang harus diungkap setuntas-tuntasnya. Siapa pemilik perusahaan yang menyuap TH?" bebernya.

Menurut Indra, birokrasi yang rumit dan mentalitas yang korup merupakan akar dari praktek-praktek suap. "Harus ada perombakkan/reformasi besar-besaran di tubuh dirjen pajak. Negeri ini harus belajar dari terungkapnya kasus Gayus, Dhana, dan sekarang ini TH. Bayangkan saja pegawai pajak sekelas mereka saja telah mampu melakukan korupsi ratusan juta hingga ratusan miliar. Jadi janganlah bangsa ini menjadi bangsa keledai yang terus terjerembab pada lubang yang sama," tukasnya.

Indra menilai, sektor pendapatan negara seperti pajak dan tambang (ESDM), merupakan sektor yang sangat subur dengan praktek korupsi. "Jadi kalau SBY memang serius ingin memberantas korupsi di negeri ini, harus ada langkah-langkah yang serius, revolusioner, dan terukur daripada para aparat penegak hukum beserta instansi terkait dalam membenahi korupsi di sektor pendapatan negara ini," pungkasnya. (yay)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KPK Didesak Bongkar Mafia Pajak, Bukan Hanya Tommy

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler