jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi PAN, Abdul Hakim Bafagih mengatakan, resesi ekonomi akibat pandemi telah nyata dan terasa. Upaya pemerintah dalam program recovery ekonomi sudah pula berjalan.
Salah satu upayanya adalah mendorong pulihnya sektor pariwisata. Selama ini pemerintah dan masyarakat tampak sudah mulai adaptif terhadap situasi pendemi dengan menjalankan aktivitas dalam kerangka “new normal”.
BACA JUGA: Tiga Perwira Tinggi TNI AL Kompak Menghadap KSAL Laksamana Yudo, Ada Apa?
Khusus wisatawan domestik, jumlahnya mulai naik. Tempat-tempat wisata mulai banyak dikunjungi dengan protokol kesehatan yang ketat.
Ada harapan yang begitu besar dari beberapa daerah destinasi wisata agar ekonomi mulai bergerak dan tumbuh. Bali, Lombok, Yogyakarta, Batam dan daerah destinasi lainnya menunggu untuk bergerak dan tumbuh.
BACA JUGA: Ansy Lema DPR RI: Mafia dan Pemburu Rente Impor Buah Harus Diberantas
Harapan tersebut tampaknya masih bertepuk sebelah tangan. Salah satunya adalah masih mahalnya tiket pesawat. Garuda Indonesia yang seharusnya menjadi leading sector dalam industri maskapai masih memasang tariff yang begitu mahal.
“Seharusnya Garuda Indonesia (GIA) membuat aksi korporasi yang bersinergi dengan upaya pemerintah dalam membangkitkan industri pariwisata, yaitu memberikan insentif harga. Bukan malah memasang tarif mahal dibanding maskapai lain,” ujar Anggota Komisi 6 DPR RI Fraksi PAN, Abdul Hakim Bafagih dalam keterangan tertulis, Kamis (19/11/2020).
BACA JUGA: Tinggalkan Impor, Jadikan Indonesia Juara Hortikultura
Mahalnya tiket Garuda dinilai begitu anomali. Di saat permintaan turun, seharusnya harga bergerak turun hingga menstimulus permintaan. Apa yang dilakukan Garuda tampak berseberangan dengan upaya pemerintah dalam program pemulihan ekonomi khususnya melalui sektor pariwisata.
Abdul Hakim Bafagih menilai bahwa Garuda Indonesia seharusnya mendukung penuh upaya membangkitkan kembali industri pariwisata. Pasalnya, pada tahun ini, Garuda telah mendapat suntikan dana dari pemerintah melalui PT. Sarana Multi Infrastruktur (SMI). Ini artinya, negara mengharapkan Garuda secara langsung bersinergi dengan pemerintah dalam upaya memulihkan sektor pariwisata.
“Inilah saatnya Dirut Garuda memperlihatkan kinerja yang sesungguhnya, melawan, penyakit lama dalam tubuh perusahaan yang telah akut yaitu inefisiensi. Selama ini Garuda mendapat sorotan publik karena kinerja operasionalnya yang tidak efisien. Meningkatkan laba perusahaan gak selalu dengan menaikkan harga, penghematan operasional dan pemangkasan budget promosi juga bisa dilakukan” tegasnya.
Aksi korporasi Garuda akan sangat mempengaruhi industri pariwisata di Indonesia mengingat perannya sebagai maskapai yang paling kuat dan pangsa pangsa paling besar.
“Garuda diharapkan dalam mengembalikan kondisi pasar yang terpuruk akibat pandemi ini. Sehingga sinergisitas maskapai sangat diperlukan dalam menggerakkan sektor pariwisata,” katanya.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich