DPR Dukung Langkah Menteri Bahlil Dorong Investor Berinvestasi ke Indonesia Tanpa Perantara

Sabtu, 27 Mei 2023 – 23:20 WIB
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia. Foto: Instagram @bahlillahadalia

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Muhammad Sarmuji mendukung langkah Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mendorong para investor berinvestasi di Indonesia langsung lewat negara tanpa ada perantara.

Hal itu untuk menegaskan bahwa Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat memiliki kesetaraan dengan bangsa lain.

BACA JUGA: Menteri Bahlil Ajak Pengusaha Amerika Serikat Berinvestasi ke Indonesia

Investasi secara langsung, kata Sarmuji membuat negara dengan mudah mempromosikan keuangan investasi di Indonesia secara langsung.

“Memang sebaiknya langsung ke negara kita supaya kita tahu betul mana negara yang punya potensi untuk menginvestasikan sehingga kita bisa mempromosikan keuangan investasi ke negara tersebut secara langsung,” kata Sarmuji kepada wartawan, Sabtu (27/5).

BACA JUGA: Ekonom Apresiasi Kinerja Menteri Bahlil Perihal Peningkatan Investasi di Luar Pulau Jawa

“Kalau sekarang kan meraba-raba ini benar enggak nih investasi itu dari negara tersebut. Misalnya, Singapura kan selama ini ada dugaan negara Singapura itu proxy terhadap negara Indonesia sendiri, terhadap investor Indonesia sendiri,” ujar Sarmuji.

Menurut Sarmuji, soal adanya kemungkinan pengurangan insentif bagi investor yang akan berinvestasi di Indonesia lewat perantara perlu dijelaskan secara detail, terkhusus soal keuntungan yang didapat negara dari investasi secara langsung ke negara dan investasi lewat perantara agar para investor mengetahuinya.

BACA JUGA: Pengusaha Sambut Baik Arahan Menteri Bahlil Menggandeng UMKM Demi Pemerataan Ekonomi

“Pertama, kita mesti tahu apa maksud pemerintah melakukan itu. Pemerintah harus menjelaskan keuntungannya didapat dari negara apa dengan kebijakan itu. Perlu menjelaskan apa perbedaan melewati perantara dan tidak melewati perantara itu,” ucapnya.

Untuk itu, politikus Partai Golkar ini menyarankan sebaiknya investasi di Indonesia harus secara langsung ke negara tanpa perantara seperti disampaikan pemerintah lewat Menteri Investasi.

“Memang sebaiknya langsung dari negara tersebut, tetapi sekali lagi yang perlu dijelaskan oleh pemerintah apa manfaat dari kebijakan tersebut,” ujarnya.

Lebih lanjut, Sarmuji mengatakan investasi lewat perantara membuat pemerintah tidak bisa mengetahui negara asal investor, karena sudah melewati tangan kedua.

Sebagaimana disampaikan Menteri Investasi bahwa selama ini ada beberapa negara yang berinvestasi melalui negara perantara seperti China yang banyak mengalirkan uang ke Singapura untuk diinvestasikan di Indonesia.

“Kalau tidak langsung kita kesulitan membaca sebenarnya ini negara mana yang punya potensi untuk berinvestasi di Indonesia. Karena kesulitan itu kita enggak bisa membidik negara itu dengan tepat. Itu saja,” ungkap Sarmuji.

Sarmuji juga menyarankan agar pemerintah perlu mempertimbangkan tawaran investasi dari perantara.

Namun, perlu ada langkah lebih lanjut dari pemerintah dengan mengetahui investor pertama agar pemerintah langsung memberikan penasaran investasi secara langsung ke investor pertama tersebut.

“Kadang-kadang begini juga. Jangan-jangan perantara itu menawarkan sesuatu ke negara tersebut, yang harus kita dapatkan kira-kira tawaran menarik apa sehingga investor itu tertarik untuk menginvestasikan ke Indonesia melalui perantara? Kalau kita sudah bertemu itu, bisa langsung kita tawarkan kenapa lewat perantara, langsung juga punya manfaat begitu ke investornya,” katanya.

Sebelumnya, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengancam akan mengurangi insentif untuk para investor yang menanamkan investasi ke Indonesia melalui negara perantara.

Menteri Bahlil mengungkapkan selama ini ada beberapa negara yang berinvestasi melalui negara perantara seperti China yang banyak mengalirkan uang ke Singapura untuk diinvestasikan di Indonesia.

“Saya tahu ini sebagian uang China masuk lewat Singapura dulu, baru ke Indonesia. Nanti kalau tidak ada yang masuk langsung insentifnya tidak akan kita berikan secara maksimal,” kata Bahlil.

Seperti diketahui, nilai realisasi investasi Indonesia pada 2022 mencapai Rp 1.207 triliun. Investasi terbesar berasal dari Singapura, baru kemudian Tiongkok.

Melihat data ini, Bahlil meyakini dana investasi yang berasal dari Singapura tersebut sebagian besarnya berasal dari investor Tiongkok.

Bahlil memaparkan neraca perdagangan antara Tiongkok dengan Indonesia pada 2016-2018 defisit hingga US$ 17-18 miliar.

Melalui kebijakan hilirisasi, neraca perdagangan antara Tiongkok dan Indonesia membaik dan hanya menyisakan defisit US$ 1,8 miliar pada 2022.

Bahlil menginginkan hubungan ratusan tahun yang sudah telah terjalin antara Tiongkok dan Indonesia bisa lebih ditingkatkan dalam bentuk kolaborasi untuk meningkatkan investasi.

“Indonesia sudah menjadi negara yang berdaulat dan tidak boleh ada yang mengeklaim bahwa kita di bawah dari negara lain. Indonesia sekarang menterinya sudah pintar,” tegas Bahlil.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler