Ketua Depertemen Pertanian DPP Partai Demokrat ini menjelaskan sinyalemen kelangkaan daging sudah terlihat saat menjelang Idul Fitri lalu. Saat itu kata dia, harga daging sapi melonjak tinggi dan Kementerian Pertanian menarik kuota impor sapi triwulan III dan IV untuk memenuhi supply menjelang idul fitri.
“Saya sudah memertanyakan dalam beberapa rapat kerja dan rapat dengar pendapat perihal penggunaan kuota triwulan III dan IV ini, strategi mengantisipasi kekurangan di akhir tahun, karena masih ada momentum Idul Adha, Natal dan tahun baru yang diprediksi konsumsi daging sapi akan meningkat," kata Herman di gedung parlemen, di Jakarta, Selasa (20/11).
Menurut Herman, populasi sapi dalam negeri hasil sensus sapi potong, sapi perah dan kerbau (PSPK) 2011 adalah; jumlah sapi potong 14,8 juta ekor, sapi perah 597,1 ribu ekor, dan kerbau 1,3 juta ekor. “Sehingg totalnya 16,7 juta ekor,” tegasnya.
Ia menambahkan, populasi pada 2003 adalah 10,2 juta ekor sehingga pertumbuhan populasi sapi rata-rata pertahun (2003-2011) adalah 5,32 persen. Dari 14,8 juta ekor populasi, sekitar 2,6 juta ton yang potensial untuk dipotong. “Diprediksi cukup untuk memenuhi kebutuhan daging nasional. Pencanangan swasembada daging sapi tahun 2014 adalah tujuan mulia,” katanya.
Dijelaskan lagi, pada 2010 kebutuhan 417,04 ribu ton. Dipenuhi produksi dalam negeri 195,82 ribu ton dan impor 221,23 ribu ton. Pada 2011 kebutuhan 449,31 ribu ton, dipenuhi dari produksi dalam negeri 292,45 ribu ton dan impor 156,85 ribu ton.
Untuk 2012 dengan parameter pertumbuhan penduduk 1,49 persen dan pertumbuhan ekonomi 6,60 persen elastisitas daging sapi 1,2 dan koreksi kebutuhan maka konsumsi perkapita 2012 adalah 1,984 kg/kap/th atau 484,05 ribu ton.
“Yang dipenuhi melalui produksi dalam negeri 399,32 ribu ton dan kebutuhan impor 84,74 ribu ton setara ex sapi bakalan 282,596 ekor (50,83) ton) sedangkan daging beku sebesar 33,97 rb ton,” ujarnya.
Sedangkan pencapaian tahun 2013 : konsumsi 521,41 ton, dipenuhi produk lokal 449,28 ribu ton dan impor 72,13 ribu ton. Pada 2014 yang merupakan tahun pencapaian swasembada, konsumsi 561,63 ribu ton, produksi lokal 507,06 ribu ton dan impor sebesar 54,57 ribu ton, proporsi 9,72 persen dari kebutuhan konsumsi.
Karenanya, lanjut dia, atas kejadian kelangkaan dan melonjaknya harga saat ini agar Kementerian Pertanian melakukan harus respon cepat (emergency response plan) dengan mengambil langkah-langkah implementatif dan tidak serta merta mengambil kebijakan impor. “Impor adalah jalan terakhir jika supply lokal tidak mencukupi dan situasi harga yang tidak dapat dikendalikan oleh produk lokal," ujar Herman. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Keberadaan Apindo Dalam LKS Tripartit Ditolak
Redaktur : Tim Redaksi