“Saya meminta semua pihak untuk harus tetap jernih, kepala dingin, objektif dan proporsional. Berikan kesempatan Pemerintah RI dan Malaysia untuk saling melakukan konfirmasi dan klarifikasi mengenai masalah ini,” kata Ramadhan Pohan, Kamis (13/9).
Seperti diketahui, lima WNI tewas ditembak Polisi Malaysia yang sementara kabarnya terlibat dalam kejadian perampokan di Ipoh, Negara Bagian Perak, Malaysia.
WNI tersebut adalah Jony alias M Sin (35), Osnan (37), Hamid, Diden, dan Mahno. Penembakan itu terjadi 7 September 2012 sore di Perak, Malaysia dan mayatnya dibawa ke Hospital Raja Permaisuri Bainoon, Ipoh, Negara Bagian Perak, Malaysia. Keempat warga kecuali Mahno berasal dari Batam, sementara Manho sendiri berasal dari Madura, Indonesia.
Ramadhan mengatakan bahwa dugaan tanda sayatan bedah pada korban yang dicurigai oleh Istri Jony, Devi Trista sebagai kecurigaan pencurian organ tubuh manusia lebih baik diserahkan kepada polisi. Ia yakin, Polri bisa melakukan visum et repertum untuk membuktikan hal tersebut.
Pria yang menjabat sebagai Wasekjen DPP Partai Demokrat menjamin pemerintah akan konsisten melindungi WNI dimanapun berada. Makanya, ketika ada WNI bersalah secara hukum di negara lain, Pemerintah RI wajib memberikan perlindungan seperti Legal Assistance dalam proses hukumnya. “Untuk itu saya menyesali peristiwa Ipoh tersebut,” katanya.
Ia menambahkan, harusnya dalam peristiwa tersebut Polisi Malaysia dapat menahan diri untuk tidak menggunakan kekuatan yang melumpuhkan, bukan lethal sehingga para WNI itu dapat diajukan ke pengadilan untuk diproses hukum. “Sekarang kita tunggu klarifikasi Kemlu RI bagaimana sebenarnya kronologis dan situasi pada saat itu,” pungkasnya. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketua DPR Dukung Fatwa Haram untuk Money Politic
Redaktur : Tim Redaksi