Kamis (6/9) siang, gedung dewan tiba-tiba tampak ribut. Suara perdebatan antara keamanan DPRD Kalsel dan puluhan mahasiswa berjas kuning sampai terdengar ke lantai dua, mereka meminta pimpinan dewan turun menemui mereka.
Para wakil rakyat yang saat itu sedang melakukan rapat badan anggaran di lantai empat sontak terkejut. Akhirnya turunlah wakil ketua DPRD Kalsel, dari fraksi PPP, Fathurrahman didampingi anggota ketua fraksi Demokrat, Husaini dan ketua fraksi PBR Riduansyah.
Fathurrahman semula menjelaskan kepada mahasiswa bahwa DPRD Kalsel akan menggunakan dana APBD Kalsel dan tak menggunakan dana pribadi. "Karena sudah dijadwalkan di Badan Musyawarah, maka wajar jika menggunakan dana dari APBD Kalsel," katanya dihadapan para mahasiswa.
Spontan, pernyataan ini diprotes mahasiswa. Ada yang berteriak menolak, dan mengkritik dengan pedas. Mereka juga meminta data berapa anggaran yang diperlukan untuk keberangkatan dewan.
"Kalau begitu kami minta data anggaran yang diperlukan. Mana datanya. Berapa duit rakyat yang akan digunakan," cetus Presiden BEM KM Unlam, Muhamad Pazri.
Mendengar tuntutan mahasiswa, Fathur lalu bergegas ke dalam gedung, untuk menginstruksikan kepada staf dewan memberikan data anggaran, namun sebelum sempat memberikan instruksi, ia dicegat mahasiswa dan dipaksa menerima "hadiah" berupa popok bayi.
"Ini popok bayi kami hadiahkan kepada wakil rakyat jika tetap bersikeras memakai duit rakyat untuk pelesiran. Simbol agar mereka tak membocorkan anggaran, makanya perlu dikasih popok biar tak bocor lagi," ujarnya.
Mahasiswa kembali terlibat aksi dorong-dorongan saat sekian lama menunggu data anggaran keberangkatan dewan ke Riau yang tak kunjung diserahkan lebih dari sepuluh menit. Akhirnya, keamanan dewan kewalahan, dan jebol. Mahasiswa merangsek masuk sampai ke lantai dua DPRD Kalsel.
Di sana mereka menemui sekretaris DPRD Kalsel, Syariful Hanafi. Hanafi saat didesak mengaku tak tahu pasti berapa anggarannya, namun ia menyatakan keberangkatan dewan sudah dianggarkan. "Memang sudah dianggarkan, tapi tak tau berapa pastinya," tutur Hanafi.
Di sini pembicaraan kembali "memanas", Hanafi bersikeras mengatakan bahwa anggaran tersebut belum bisa dipastikan, sementara mahasiswa juga ngotot minta kepastian berapa anggaran pasti yang sudah digunakan.
"Anggaran baru bisa diketahui pasti, kalau tiket sudah dibeli dan hotel sudah dipesan," katanya bersikukuh.
Saat kondisi sudah mulai tak menemui titik temu, dan terkesan buntu, datanglah Ketua DPRD Kalsel, Nasib Alamsyah ke lantai dua dan langsung menjadi sasaran "tembak" protes para mahasiswa.
Mahasiswa lagi-lagi memberikan popok, kali ini untuk ketua DPRD Kalsel. Melihat protes dari mahasiswa, Nasib lalu berusaha menenangkan dengan bersalaman kepada mahasiswa, dan sejurus kemudian mengatakan "kalimat sakti" bahwa keberangkatan dewan tak akan menggunakan dana APBD, namun uang pribadi masing-masing anggota dewan.
"Ini hasil rapat kami barusan tadi (kemarin), dan kami sepakat tak menggunakan dana APBD, alias pakai duit sendiri," tegasnya.
Sikap Nasib efektif meredam aksi mahasiswa, karena setelah itu para mahasiswa pulang sambil menyanyikan yel-yel aksi khas mereka. "Oke. Kami tunggu pembuktiannya," kata salah seorag mahasiswa bernama Raji, sambil berlalu mengikuti temannya, yang menuruni anak tangga menuju lantai satu.
Wakil ketua DPRD Kalsel, Iqbal Yudiannoor mengatakan, bagi anggota dewan yang tak mau mengeluarkan uang pribadi dan tak berangkat hanya gara-gara tak jadi dibiayai APBD sama saja dengan tak peduli dengan perkembangan olahraga Indonesia. Ia menyebut mereka yang tak berangkat dengan sebutan “pelit”.
“Apalagi namanya kalau bukan pelit. Masa gara-gara tidak didanai APBD tak jadi berangkat. Kalau ada anggota dewan seperti ini sama saja dengan tak mempedulikan perkembangan olahraga Kalsel,” timpalnya. (sip)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Plaza CPI Mulai Dibangun di Makassar
Redaktur : Tim Redaksi