jpnn.com - CIKAMPEK — Doktor ilmu pertahanan Hasto Kristiyanto mengatakan Indonesia membutuhkan kepemimpinan intelektual untuk memimpin bangsa di masa depan.
Menurutnya, Indonesia membutuhkan pimpinan yang menyadari bahwa ketertinggalan negeri ini di berbagai aspek, salah satunya akibat adanya gap penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Kepemimpinan intelektual itu artinya bisa membaca arah ke depan berbasis pada ilmu pengetahuan. Dengan membaca buku dan berdiskusi, kita tahu arah masa depan dan kita bisa tentukan migrasi terpendek mencapai masa depan itu,” katanya.
Hasto menyampaikan itu saat berbicara di hadapan mahasiswa Universitas Pertahanan atau Unhan RI yang melakukan kunjungan lapangan ke pabrik petrokimia milik negara, PT Pupuk Kujang di Cikampek, Jawa Barat, Rabu (18/1).
BACA JUGA: Pak Hasto Berharap Bharada E Dituntut Hukuman Ringan, Simak Alasannya
Menurut Hasto, para mahasiswa Unhan bersama puluhan juta anak muda Indonesia lainnya merupakan calon pemimpin bangsa di masa depan.
Oleh karena itu, katanya, kemampuan mereka harus diasah dan disiapkan sejak dini agar mahasiswa dan anak muda membangun kepemimpinan intelektual.
BACA JUGA: Tinjau Arena HUT ke-50 PDIP, Hasto: Semua Elemen Sudah Siap
Kepemimpinan intelektual itu penting demi membawa Indonesia menjadi bangsa hebat dan berdikari. Perlu dipahami, kata Hasto, pertahanan sebuah bangsa itu bukan hanya bersifat militer, tetapi juga nonmiliter sehingga kepemimpinan harus dibangun di berbagai bidang kehidupan.
“Maka kepemimpinan kita harus di segala bidang, dan hanya bisa kita lakukan jika kita menguasai ilmu-ilmu dasar, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta riset. Tak ada negara yang besar tanpa penguasaan ilmu-ilmu dasar,” ungkapnya.
“Negara kita ini kaya akan sumber daya, tetapi ketika ada gap penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kita seringkali tertinggal dalam banyak aspek,” tambahnya.
Dalam konteks itu pula, lanjut Hasto, para mahasiswa Unhan dan anak-anak muda Indonesia harus menggali ilmu sekuatnya, sehingga memiliki ide untuk masa depannya dan bangsa-negara.
“Hidup tanpa ide bagi masa depan, sama saja melangkah tanpa arah, tak tahu bergerak ke mana. Ide dan imajinasi itu diawali dengan suatu tradisi membaca buku, dengan kepemimpinan intelektual. Itu sudah dibuktikan para pendiri bangsa kita,” ungkap Hasto dikutip dari keterangan resminya.
Hasto yang saat ini tercatat sebagai dosen di Unhan itu menegaskan bahwa di tangan mahasiswa dan para anak muda inilah masa depan bangsa.
“Maka gemblenglah diri anda tanpa kenal lelah demi kepentingan bangsa dan negara. Kemajuan Indonesia raya bisa terjadi jika anak muda punya fighting spirit dan daya juang demi masa depan. Ingat, anda bisa disebut terhebat dan ukuran hebat itu bagi kepentingan bangsa dan negara,” papar Hasto.
Process engineer di Pupuk Kujang, Rahayu Ginanjar Siwi (32) yang menjadi pemateri kepada puluhan mahasiswa Unhan, juga mengakui apa yang diungkap Hasto.
Bagi pria yang lulus dari ITB dan University of Manchster itu, mahasiswa dan anak muda Indonesia memang perlu membaca banyak buku sekaligus berimajinasi berbasis ilmu pengetahuan.
“Menjadi sarjana itu sebenarnya adalah langkah untuk mewujudkan imajinasi kita. Contoh kita dulu tak terbayang membangun pabrik kimia besar, dan ternyata bisa. Semuanya tak serumit yang dipelajari di kelas. Yang jelas, harus banyak baca buku untuk bisa membuka cakrawala dan imajinasi,” kata pria kelahiran Sukoharjo yang juga lulusan dari SMA 1 Solo tersebut.
Untuk diketahui, kunjungan lapangan mahasiswa Unhan itu didampingi Hasto, dan disambut oleh jajaran petinggi Pupuk Kujang, dipimpin oleh Dirut Maryadi dan Komisaris Riad Oscha Chalik.
Sesprodi Teknik Mesin Militer Unhan, Letkol Wawan memimpin puluhan mahasiswa Unhan yang datang. Hasto Kristiyanto sempat menyampaikan salam dari Rektor Unhan Laksamana Madya Amarullah Octavian kepada pihak Pupuk Kujang. (boy/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Kusdharmadi