Driver Gojek Mengaku Pendapatannya Merosot

Senin, 11 Maret 2019 – 00:45 WIB
Pipit Rahayu, 43, driver GoJek, di sela aksi unjuk rasa di kawasan Alun-Alun Utara Jogjakarta, Jumat (8/3). Foto: GUNTUR AGA TIRTANA/RADAR JOGJA

jpnn.com, JOGJA - Mitra Gojek yang tergabung dalam Paguyuban Gojek Driver Jogjakarta (Pagodja) kembali menggelar unjuk rasa, Jumat (8/3).

Mereka memprotes pencabutan subsidi yang berimbas pada penurunan pendapatan para driver. Itu terkait dengan layanan Go-Ride jarak pendek yang berlaku sejak Senin (4/3).

BACA JUGA: Tingkatkan Keamanan Berlalu Lintas, 400 Mitra Gojek Jadi Relawan Kamtibmas

Sekjen Pagodja Wibi Asmara menyatakan, pencabutan subsidi berdampak penurunan pendapatan driver Gojek hingga 40 persen.

Wibi mengilustrasikan, tarif lama untuk jarak pendek (kurang dari 2,5 km) Rp 8 ribu. Pelanggan kala itu hanya dikenai tarif Rp 4 ribu. Namun driver Gojek masih mendapat penghasilan tambahan berupa subsidi Rp 4 ribu. Dengan kebijakan baru, pendapatan driver hanya Rp 4 ribu dari pelanggan.

BACA JUGA: Rugikan Konsumen dan Mitra, Perang Tarif Ojol Harus Dihentikan

“Intinya penghasilan kami merosot,” sesalnya di sela unjuk rasa di Kantor Gojek Indonesia Perwakilan Jogjakarta.

BACA JUGA: Rugikan Konsumen dan Mitra, Perang Tarif Ojol Harus Dihentikan

BACA JUGA: Gojek Dorong 35.000 UMKM Naik Kelas Lewat Pelatihan Digital

Menurut Wibi, kebijakan baru itu membuat driver Gojek tekor. Itu berkaitan dengan kondisi lalu lintas di Jogjakarta yang relatif macet. Akibatnya, jarak tempuh yang pendek membutuhkan waktu cukup lama. Sehingga order yang diterima driver pun tak bisa maksimal.

Kondisi itu yang menurut Wibi membuat pendapatan driver Gojek kian terpuruk. “Jelas tekor. Apalagi kalau jemput penumpangnya jauh, bisa 2 km. Masih tambah jarak antarnya ke tujuan,” jelasnya.

Wibi tak menampik adanya sosialisasi terkait pemberlakuan tarif baru Gojek. Awalnya para driver mengikuti aturan main apa adanya. Namun akhirnya mereka protes lantaran pendapatan terus menurun.

Bukan sebaliknya, seperti yang disampaikan pihak Gojek. Bahwa pencabutan subsidi demi kesejahteraan mitra. “Teman-teman merasakan itu. Sehari paling narik 10 kali jarak pendek. Dapat Rp 40 ribu. Tak cukup buat bensin, makan, dan biaya lain-lain,” beber Wibi.

Karena itu Pagodja yang beranggotakan 100 komunitas deriver Gojek dan Go-Car di Jogjakarta menolak kebijakan pencabutan subsidi tarif. Mereka juga minta Gojek menghapus sistem akun prioritas.

BACA JUGA: Polisi Ringkus Empat Komplotan Pembuat Order Fiktif Gojek

Jika kebijakan tak dikembalikan seperti semula, Pagodja menilai, janji kesejahteraan bagi mitra Gojek bakal semakin jauh panggang dari api.

Sebagai bentuk protes atas masalah tersebut, Pagodja melakukan aksi off bid sejak kemarin pagi. Sampai batas waktu yang belum ditentukan. Atau hingga PT Gojek Indonesia merespons tuntuan Pagodja.

Menanggapi keluhan Pagodja, Head Of Corporate Affairs Central Yogya East Java Bali Nusa Tenggara PT Gojek Indonesia Alfianto Domy Aji berdalih perusahaannya selalu berupaya meningkatkan kesejahteraan para mitra. Salah satunya lewat kebijakan tarif layanan. “Gojek selalu menawarkan tarif tertinggi di industri,” kilahnya.

Domy menjelaskan, tarif layanan terbagi dua. Ada tarif yang dibayarkan oleh konsumen sesuai aplikasi. Ada juga tarif yang dibayarkan oleh Gojek. Dommy mengklaim, tarif yang dibayarkan Gojek lebih tinggi dibandingkan konsumen. Itulah yang disebut subsidi.

Ditegaskan, Gojek harus menyamakan tarif dengan industri. Demi keberlangsungan bisnis. Juga demi menjaga pendapatan para mitra. Dengan tarif baru para driver diharapkan bisa mendapat order lebih banyak. Gojek sendiri terus menggenjot permintaan pengguna layanan lewat beragam promo.

Sementara soal aspirasi driver Gojek, Domy mengaku, institusinya sangat terbuka. Gojek bahkan menyediakan ruang untuk mencari solusi bersama. Tanpa unjuk rasa. (cr8/yog)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Baca! 6 Fakta Kasus Driver GoJek Ditabrak Marinir


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler