Driver Ojek Online Bisa Kantongi Rp 9 Juta per Bulan, Itu Dulu...

Jumat, 29 Maret 2019 – 00:05 WIB
Ojek online (Ojol). (Foto: Radar Bogor/jpnn)

jpnn.com - Abdul Salam memutuskan menekuni pekerjaan sebagai driver ojek online (ojol). Sebagai driver pertama di Kota Malang, ada banyak cerita suka dan duka dirasakan Abdul Salam atau akrab disapa Mbah Doel ini. Seperti apa lika-likunya?

Pria yang kini berusia 49 tahun ini awalnya menekuni pekerjaan sebagai tukang ojek konvensional yang biasa mangkal di perempatan Sulfat, Kota Malang. Namun karena penghasilannya segitu-segitu saja, dia sempat beralih bekerja di perusahaan distributor farmasi di Kota Malang. Lagi-lagi, pendapatan dari pekerjaannya itu masih dirasakan pas-pasan.

BACA JUGA: Komplotan Ini Palsukan KTP dan SIM Demi jadi Driver Ojek Online

Harapan bakal mendapatkan penghasilan bagus pun muncul saat dirinya mendengar Go-Jek bakal masuk Kota Malang. Dia pun nekat mendaftar. Rupanya, Mbah Doel adalah driver pertama di Kota Malang, bahkan sebelum di-launching pada 2016.

”Kebetulan saat saya beroperasi pertama kali, pelanggan yang saya dapatkan orang bule,” terangnya. Saat itu, dia tidak bisa berbahasa Inggris, sementara turis asing itu juga tak bisa berbahasa Indonesia.

BACA JUGA: Ajak Khofifah, Jokowi Mampir ke Tempat Siti Kholifah

”Karena sudah pake aplikasi, jadi saya jemput saja dan langsung saya antarkan ke Kota Batu saat itu,” terangnya. Dari peristiwa itu, Mbah Doel pun getol belajar bahasa Inggris.

BACA JUGA: PDI Perjuangan Optimistis Jokowi - Maruf Raih 70 Persen di Jatim

Abdul Salam alias Mbah Doel saat bersama Hanif Salim, Konjen RI di Ho Chi Minh City saat berada di Vietnam. Foto: Gojek for Radar Malang

Pria yang tinggal di Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, ini yakin dengan banyaknya turis yang datang ke Malang, penguasaan bahasa Inggris cukup penting. Meskipun dia hanya menguasai untuk kebutuhan komunikasi saja.

BACA JUGA: Driver Ojek Online Hamili Pelanggan, jadi Sadis Banget

”Akhirnya saya belajar ke teman saya, ke saudara yang kebetulan pandai bahasa Inggris. Jadi, saya belajar ke dia meskipun hanya belajar dasarnya saja,” bebernya.

Sebagai driver Go-Jek pertama di Malang, pria kelahiran 18 September 1969 ini merasakan ”panen” sebagai pionir. Omzet yang diraup pun pernah menyentuh angka Rp 9 juta - Rp 12 juta per bulan. ”Waktu itu driver Go-Jek masih sedikit, jadi minim pesaing,” terangnya.

Seiring berjalannya waktu, makin diminatinya Go-Jek oleh masyarakat membuat jumlah driver kian banyak. Hal itu ikut memengaruhi orderan yang berimbas pada pendapatan tiap bulan. Saat ini, rata-rata dia bisa membawa pulang antara Rp 5 juta–Rp 6 jutaan per bulan. Meski jumlahnya turun, Mbah Doel mengaku tidak terlalu ambil pusing. Karena dia percaya, rezeki sudah ada yang mengatur. ”Saya yakin pada Allah, kalau sudah rezekinya tidak bakal tertukar,” ujarnya.

Pada 2017, dia terpilih sebagai best driver atau pengendara terbaik. Hadiahnya, dia diberangkatkan ke Vietnam bersama lima driver Go-Jek lainnya dari seluruh Indonesia dalam rangka pembukaan Goviet (Go-Jek Vietnam).

Ada yang dari Makassar, Palembang, dan dua lainnya dari Jakarta. ”Di Vietnam juga bersilaturahmi dengan teman sesama driver Go-Jek. Dan jalan-jalan serta pengambilan gambar pembukaan Go-Jek Vietnam,” bebernya.

Sebagai pionir driver Go-Jek di Malang, pengalaman pahit pun dirasakan Mbah Doel. Dia mengaku pernah dikejar-kejar oleh ojek konvensional hingga dikasari dengan kata-kata oleh sopir angkot di Tlogomas dan daerah Gajayana karena dianggap mengambil jatah penumpangnya.

”Akhirnya pernah juga pelanggan terpaksa saya turunkan dan saya gratiskan. Toh rezeki bisa dijemput di mana saja,” ujarnya.

Musibah juga menghampiri Mbah Doel pada 2017. Dia mengalami kecelakaan saat mengantar pelanggannya ke Gondanglegi. Saat melintas di daerah Bululawang, dia mengalami kecelakaan hingga mengakibatkan kaki kirinya patah. Oleh warga, dia langsung dilarikan ke Rumah Sakit Panti Nirmala dan menjalani perawatan selama seminggu.

”Saya sempat menjalani operasi bertahap hingga tiga kali sampai kaki saya sembuh,” terangnya. Operasi pertama dilakukan Oktober 2017 dan operasi kedua dijalani Januari 2018. Sementara operasi terakhir dilakoni Mei 2018.

”Antara Juni–Juli, saya belajar jalan lagi. Alhamdulillah, Agustus sudah mulai mengendarai Go-Jek lagi,” tambah Mbah Doel.

BACA JUGA: Ojek Online di Musim Hujan Deras, Bisa Rp 300 Ribu per Hari

Saat dilakukan operasi, total biaya perawatannya menghabiskan Rp 128 juta. Beruntung Mbah Doel tak mengeluarkan biaya sepeser pun karena ditanggung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Selain itu, saat menjalani masa-masa pemulihan kakinya yang patah, Mbah Doel juga memperoleh tunjangan kesehatan dari BPJS sebesar Rp 1 juta.

Hal itu bisa didapatkan Mbah Doel karena dari perolehan poinnya setiap bulan, dia sisihkan sebesar Rp 16.800. ”Saya sekarang memotivasi teman-teman Go-Jek agar semangat dalam mencari rezeki, terutama pada yang muda-muda,” lanjutnya.

Dari pekerjaannya sebagai driver Go-Jek, selain dapat memperbaiki taraf hidup keluarganya, dia juga dapat membeli sepeda motor baru, memperbaiki rumah, hingga membeli laptop. Kini mulai pukul 06.00, Mbah Doel sudah stand by dengan sepeda motor Honda Vario hitamnya.

”Biasanya saya hanya nunggu saja, Mas. Kalau sudah ada orderan, saya langsung berangkat menjemput pelanggan,” ujarnya.

Tak butuh waktu lama bagi bapak tiga anak ini untuk mendapatkan pelanggan. Dalam sehari saja, dia dapat memperoleh sekitar 22 pelanggan untuk antar jemput pelanggannya. (mg2/c2/nay)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Salam Satu Jiwa Awali Kampanye Jokowi di Malang


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler