jpnn.com - JAKARTA - Terbatasnya pengetahuan yang dimiliki akan menunjukkan identitas seorang calon presiden. Semakin menguasai masalah akan dengan mudah menjawab pertanyaan dan memberikan jalan keluar.
Hal itu dikatakan pengamat politik senior dari Universitas Paramadina, Herdi Sahrasad yang menilai debat capres ketiga bertajuk Politik Internasional dan Ketahanan Nasional. Menurutnya, ide pesawat tanpa awak yang digunakan untuk melakukan pengawasan perairan oleh Jokowi dianggap sebagai blunder.
BACA JUGA: Prabowo Kian Dikenal Karena Kebesaran Jiwanya
“Secara teori bisa, tapi susah implementasinya apalagi kita tak punya satelit sendiri untuk mengendalikan karena sudah dijual ketika Megawati jadi presiden,” kata Herdi yang dihubungi, Selasa (24/6).
Menurut Herdi, jika satelit disewa dari negara lain seperti mencelakakan Indonesia sendiri karena bukan keamanan nasional yang didapat tapi seluruh mapping nasional kita malah dengan mudah terbaca oleh musuh karena mengambilnya dari satelit.
BACA JUGA: 25 Persen Pemilih PKS Pilih Dukung Jokowi-JK
“Dia tidak konsisten dengan strategi memperkuat industri pertahanan dalam negeri karena drone itu harus beli dan tergantung satelit negara orang,” kata Herdi.
Ide drone dilontarkan Jokowi ketika dia menyoal cara perlindungan sumber daya alam (SDA) dan mempercanggih alutsista (alat utama sistem senjata).
BACA JUGA: Perangkap Hama Dikorupsi, Pejabat Kementan Dibui
Jokowi menjelaskan bahwa 300 Triliun hilang karena illegal fishing. Bagi Jokowi drone bisa menjadi solusi dan akan dipasang di tiga kawasan agar dapat mengejar pelaku illegal fishing dan illegal loging.
Di sisi lain, Prabowo yang lebih paham soal ketahanan nasional tak ingin membantah wacana tersebut karena bisa mempermalukan Jokowi dalam debat tersebut.
“Sebaliknya pak Prabowo bersikap sebagai negarawan yang tak mau mempermalukan lawan di muka umum," kata Herdi. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Merasa Unggul, Prabowo-Hatta Terapkan Taktik Parkir Bus
Redaktur : Tim Redaksi