DAMASKUS - Intensitas kekerasan di Syria sepertinya bakal terus meningkat. Hanya sehari setelah sebuah ledakan menghajar konvoi kendaraan militer yang tengah mengawal rombongan tim pemantau PBB saat memasuki Kota Daraa, selatan Syria, atau sekitar 100 kilometer selatan Damaskus, kemarin (10/5) dua bom giliran mengguncang ibu kota.
Sejumlah warga menuturkan bahwa dua ledakan tersebut terjadi di area sama di Distrik Qazzaz, selatan Damaskus, dalam waktu hampir berbarengan dan pada saat jam sibuk. Karena itu, korban pun berjatuhan. Laporan Kementerian Kesehatan Syria menyebutkan bahwa sedikitnya 55 orang tewas dan 372 lainnya terluka.
Bahkan, kelompok HAM Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) yang berpusat di Inggris membeber bahwa korban tewas mencapai 59 orang dan ratusan lain terluka. Korban tewas termasuk warga sipil dan personel keamanan Syria. Selain itu, sekitar 200 mobil rusak atau hancur.
Ledakan itu menghancurkan sebuah jalan tol. Sebuah bangunan sembilan lantai yang menjadi markas intelijen dan pasukan keamanan Syria juga rusak parah. Ledakan pertama terjadi sekitar pukul 08.00 waktu setempat (pukul 12.00 WIB). Lalu, ledakan kedua terjadi semenit kemudian.
Gambar video yang dikirimkan aktivis kepada sejumlah media memperlihatkan dua gumpalan asap setelah insiden itu. Salah satu di antaranya berbentuk seperti mendung hitam dan tebal.
Ledakan tersebut merupakan yang terburuk dan paling mematikan di Damaskus sejak revolusi dan perlawanan rakyat atas rezim Presiden Bashar al-Assad pecah Maret tahun lalu atau 14 bulan lalu. Saking kuatnya, ledakan itu mengakibatkan lubang besar berdiameter tiga meter dan sedalam dua meter. Sejumlah jenazah berlumuran darah dan potongan tubuh korban berserakan di jalanan.
Televisi Syria langsung menyalahkan "teroris" sebagai para pelaku ledakan pada jam sibuk tersebut. "Dua ledakan yang dilakukan oleh teroris terjadi di jalan tol selatan Damaskus dan mengenai gedung keamanan," lapor televisi nasional Syria. Ledakan memang terjadi saat banyak warga berangkat kerja dan mengantarkan anak-anak ke sekolah. Suara tembakan terdengar setelah ledakan. Semuanya terekam oleh video yang disiarkan televisi nasional Syria.
Seorang pria mondar-mandir di sekitar bangkai mobil yang terkena ledakan. "Inikah kebebasan yang mereka inginkan?" teriaknya merujuk pada oposisi. "Ini juga ulah orang-orang Saudi," tudingnya terkait sikap negara-negara Arab di kawasan Teluk yang mengusulkan mempersenjatai kelompok oposisi.
Kepala tim pemantau PBB di Syria Mayor Jenderal (Mayjen) Robert Mood juga langsung mendatangi lokasi ledakan beberapa saat kemudian. "Ini adalah satu contoh lagi penderitaan yang harus dirasakan rakyat Syria dari aksi kekerasan ini," tuturnya di lokasi. "Kita menyaksikannya di Damaskus dan kota lain serta desa-desa di negeri ini. Saya menyerukan semua pihak baik di dalam dan luar Syria agar menghentikan kekerasan ini," tambahnya.
Kelompok koalisi oposisi Dewan Nasional Syria (SNC) justru kembali menuduh bahwa rezim Assad merekayasa dan berada di balik serangan itu. "Rezim (Assad) berada di balik semua ini," ujar Samir Nashar dari CNS.
Menurut dia, ledakan itu bertujuan memperingatkan tim pemantau PBB bahwa mereka berada dalam bahaya. Selain itu, rezim Assad ingin menunjukkan kepada dunia bahwa mereka sedang memerangi teroris."Inilah satu-satunya cara agar rezim bisa mengklaim bahwa apa yang terjadi di Syria adalah upaya membasmi kelompok teroris dan perluasan jaringan Al Qaeda di Syria," papar Nashar.
Sebelum dua ledakan di Damaskus kemarin, serangan tentara Assad kembali membawa korban. Menurut SOHR, pasukan Syria menewaskan tiga warga sipil, termasuk satu anak, dalam serangan di sejumlah wilayah. Seorang bocah terbunuh oleh peluru tentara di Khan Sheikhun, kota yang terletak di Provinsi Idlib, barat laut Syria, kemarin. Seorang warga sipil tewas di Daraa, selatan Syria. Lalu, seorang lagi tewas di Kota Homs, tengah Syria, setelah rumahnya kena mortir militer.
Berdasar laporan PBB, lebih dari 9 ribu orang tewas di Syria selama operasi penumpasan demonstran anti-Assad sejak 14 bulan lalu. Tetapi, aktivis dan organisasi HAM menyebut korban tewas di Syria telah mencapai lebih dari 12 ribu. (AFP/AP/RTR/cak/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kartel Narkoba Balas Dendam, 15 Orang Dimutilasi
Redaktur : Tim Redaksi