SURABAYA - Harga cabai bertahan rendah pada awal puasa kali ini. Harga rendah tersebut sudah berlangsung sejak dua bulan terakhir saat masuk panen Mei lalu. Hingga sekarang harga rata-rata cabai di tingkat petani sebesar Rp 4.000-5.000 per kg.
Ketua Asosiasi Agrobisnis Cabai Indonesia (AACI) Jatim Sukoco mengatakan bahwa sudah dua bulan terakhir harga cabai di tingkat petani rendah. Harga tersebut berlaku untuk semua jenis cabai, baik rawit, keriting dan cabai merah besar.
"Awal Mei lalu ketika masuk panen raya harga sekitar Rp 6.000-7.000 per kg , tapi tidak lama turun hingga ke posisi Rp 4.000-5.000 per kg," kata Sukoco, kemarin (30/6).
Menurut dia, harga semestinya beransur naik sejalan dengan produksi cabai yang terus menurun. Musim puncak panen cabai berlangsung Mei lalu. Sedangkan di bulan berikutnya, panen masih ada tapi tidak sebanyak Mei.
BACA JUGA: Berhasil Renegoisasi, Harga Gas Tangguh Melonjak Drastis
"Dalam kondisi normal, harga di tingkat petani seharusnya Rp 10.000-12.000 per kg. Nah sekarang hanya separonya. Apalagi bulan puasa, setidaknya ada kenaikan harga meski sedikit," keluhnya.
Rendahnya harga bukan disebabkan oleh over supply atau kelebihan pasokan lantaran panen raya. Ditengarai masuknya cabai olahan impor berupa pasta yang mengisi pasar cabai lokal, khususnya untuk kebutuhan industri.
"Jadi, kalau biasanya dari total produksi sebanyak 60 persen untuk industri dan sisanya 40 persen untuk konsumen. Sekarang suplai ke industri tinggal 30 persen. Cabai numpuk di pasaran," ungkapnya.
Ketua Dewan Hortikultura Nasional (DHN) Benny Kusbini menambahkan masuknya cabai impor berupa pasta lantaran tidak ada kebijakan yang melarang. Berbeda dengan impor cabai segar yang diatur khusus.
BACA JUGA: Tol Trans Sumatera Terhambat Pembebasan Lahan
"Nah impor pasta cabai dari Tiongkok dan India itu dipakai industri untuk mengantisipasi harga cabai yang naik menjelang lebaran, biasanya bisa mencapai Rp 20.000 per kg," urainya.
Disebutkan, kebutuhan bahan baku cabai untuk industri sebesar 3.000-4.000 ton per bulan. Apalagi dengan harga pasta cabai impor yang lebih murah tentu menguntungkan bagi industri.
Menurut Benny, kondisi ini dipengaruhi oleh harga cabai yang cenderung fluktuatif tiap tahun. Ketika panen raya harga turun, tapi ketika musim panen berakhir harga cabai naik.
"Semestinya perlu infrastruktur khusus dalam menangani melimpahnya hasil panen, seperti mesin pendingin. Jadi, cabai yang dijual sudah disesuaikan kebutuhan pasar, sehingga harga tidak turun. Kami minta pemerintah mengimbau agar industri membeli cabai petani, selain itu kebijakan lain yang mendukung harga cabai berada pada posisi yang wajar," tandas dia. (res/agm)
BACA JUGA: Jepang Genjot Industri Manufaktur di KTI
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dahlan Tegaskan Nasib Merpati di Tangan DPR
Redaktur : Tim Redaksi