"Semua ini bukan tentang jabatan, tetapi pelayanan kepada warga kota," tegas Othman seperti dilansir Agence France-Presse.
Othman menerima mandat dari Sufiyan Shadid, wali Kota Allar, pada 2 Juli lalu. Saat itu, usia pelajar berjilbab tersebut baru menginjak 15 tahun. Namun, dalam usianya yang sangat belia, dia harus bertanggung jawab terhadap aktivitas pemerintahan di kota berpenduduk sekitar 8.000 jiwa tersebut.
Beruntung, Othman mampu menjalankan tugas dengan baik. Semula ragu dengan dukungan kalangan politisi yang duduk di balai kota dan berusia jauh lebih tua daripada dirinya, dia akhirnya bisa bekerja sama dengan mereka. "Awalnya, saya takut. Bertanggung jawab atas banyak hal yang tidak pernah saya ketahui sebelumnya benar-benar menjadi tantangan besar buat saya," tuturnya.
Apalagi, lanjut Othman, jabatan dia sebagai wali kota bukan hanya formalitas. Setiap pagi, dia harus berkantor di ruangan Shadid dan menjalankan seluruh agenda wali kota. "Saya mulai bekerja pukul 08.00 setiap hari. Saya harus membaca tumpukan dokumen, menandatangani surat-surat, dan rapat dengan anggota dewan kota," ungkapnya.
Allar, yang lebih tepat disebut sebagai wilayah pedesaan itu, terletak di wilayah perbukitan di utara Kota Tulkarem. Dari Ramallah, ibu kota administratif Palestina yang ada di Tepi Barat dan berjarak sekitar 10 kilometer Jerusalem, Tulkarem bisa ditempuh sekitar 90 menit dengan mobil. Jarak dua kota itu hanya sekitar 90 kilometer.
Selama dua bulan menjabat sebagai wali kota, Othman beberapa kali turun ke lapangan. Dia meninjau dan terlibat langsung dalam proses penyelesaian masalah-masalah yang bersifat darurat. Seperti wali kota pada umumnya, dia juga terlibat dalam berbagai aktivitas resmi pemerintahan. Tapi, karena usianya, dia tidak punya wewenang untuk meneken dokumen keuangan atau cek perbankan.
Aktivitas Othman merupakan bagian dari program yang diadakan Sharek Youth Forum. Program ini memberikan kesempatan kepada generasi muda untuk memimpin dan mengelola kota. Wali kota termuda di dunia itu bekerja selama enam jam setiap hari.
Begitu tugasnya berakhir di siang hari, Othman langsung bergegas pulang. Sesampai di rumah, dia menanggalkan seluruh atributnya sebagai wali kota dan kembali menjadi remaja biasa. "Tiba di rumah, saya langsung menyalakan komputer dan biasa bermain games," ujar Othman lantas tersenyum.
Pekan ini, seperti para pelajar Palestina lainnya, Othman pun harus kembali ke bangku sekolah. Begitu juga dengan Shadid yang selama sekitar dua bulan harus merelakan jabatannya dipegang gadis ingusan. "Proyek Sharek Youth Forum ini menguntungkan kedua pihak. Yakni, dewan kota dan generasi muda," kata Shadid yang telah menjabat wali kota selama 12 tahun. Dia berharap proyek positif semacam itu bisa berlanjut. (AFP/hep/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... AS Stop Pelatihan Polisi Lokal Afghan
Redaktur : Tim Redaksi