jpnn.com - MOJOKERTO – Pemkab Mojokerto memberlakukan siaga dan darurat bencana kekeringan di dua kecamatan. Yakni, Dawarblandong dan Ngoro. Status itu diterapkan setelah kemarau panjang mengakibatkan warga sulit mendapatkan air bersih. Hal tersebut sangat terasa di sepuluh desa di dua kecamatan itu.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto Tanto Suhariyadi menyatakan, status siaga bencana kekeringan ditetapkan sejak September lalu hingga 7 November.
BACA JUGA: Spesialis Pembobol Rumah Kosong Didor
"Dua kecamatan tersebut kekurangan air bersih dan berpotensi terdampak kekeringan," katanya, Senin (27/10).
Delapan desa itu berada di Kecamatan Dawarblandong. Yakni, Desa Banyulegi, Temuireng, Pucuk, Pulorejo, Brayublandong, Randegan, Madureso, dan Jatirowo. Dua desa lainnya berlokasi di Kecamatan Ngoro, yakni Desa Kunjorowesi dan Manduro Manggung Gajah.
BACA JUGA: Buruh Kota Tangerang Tuntut Upah Rp3,7 Juta
Berdasar pengamatan BPBD, terang Tanto, warga di sepuluh desa tersebut sulit mendapatkan air bersih untuk kebutuhan primer seperti minum dan masak. Bencana kekeringan di sepuluh desa itu bakal makin parah jika hujan tidak kunjung turun. Apalagi rata-rata desa yang krisis air bersih tersebut tidak dilengkapi fasilitas sumber air bersih. Belakangan, warga hanya mengandalkan air tadah hujan, waduk, atau bantuan dropping air bersih.
Menurut Tanto, status siaga kekeringan diterapkan ketika suatu daerah tidak memiliki air bersih. Khususnya untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Warga tidak bisa lagi mengonsumsi air dan tidak bisa memasak.
BACA JUGA: Tuding Petugas Imigrasi Tunon Taka Lalai hingga Ditahan di Malaysia
"Kalau sampai itu terjadi, dinamakan bencana kekeringan," ungkapnya.
Meski begitu, BPBD memprediksi bahwa status siaga kekeringan tersebut tidak berlangsung lama.
"Diperkirakan akhir bulan ini hingga awal November nanti mulai memasuki musim hujan," ujarnya.
Guna menopang kebutuhan air bersih, belakangan BPBD menggelontorkan dana Rp 139 juta melalui APBD 2014. Hal itu diwujudkan dengan mendatangkan air bersih untuk masak dan minum.
"Selebihnya, ada juga sumbangan dari instansi lain. Namun, jika hujan tidak kunjung turun, kami akan perpanjang status siaga bencana kekeringan dengan tetap menyediakan stok air bersih," ucapnya.
Berdasar catatan BPBD, pada 2013 terdapat 15 desa di tiga kecamatan yang dilanda kekeringan. Sepuluh desa berlokasi di Kecamatan Dawarblandong. Yakni, Desa Banyulegi, Temuireng, Pucuk, Pulorejo, Brayublandong, Cinandang, Talunblanding, Gunungan, Randegan, dan Madureso. Di Kecamatan Ngoro ada Desa Kunjorowesi, Kutogirang, Wotanmasjedong, dan Manduro Manggung Gajah. Di Kecamatan Kutorejo, terdapat satu desa, yakni Desa Jiyu.
Sementara itu, warga Dawarblandong berharap hujan segera turun. Sebab, kemarau panjang dalam lima bulan terakhir mengakibatkan warga mengalami krisis air bersih. Tiga desa terparah yang kekurangan air bersih adalah Desa Pucuk, Temu Ireng, dan Randegan. Mereka tidak bisa mengandalkan suplai air PDAM karena airnya tidak mengalir lagi. Sumur-sumur warga juga kering.
Kemarin, untuk menyambung kebutuhan warga, Polres Mojokerto Kota (Polresta) mengirimkan bantuan air bersih kali kedua. Lima mobil tangki berisi air bersih dikirimkan ke tiga desa.
"Kemarau panjang membuat warga kesulitan air bersih. Makanya, kami sangat berharap musim hujan lekas tiba," kata Muhajir, salah seorang warga Desa Temuireng.
Tiga desa itu termasuk di antara sepuluh desa di Kecamatan Dawarblandong yang mengalami krisis air bersih. Supaya bisa bertahan, lima bulan terakhir warga menggantungkan air dari waduk di Desa Pucuk. Itu pun harus ditempuh sejauh 3 km dari Desa Temuireng.
"Seluruh sumur warga sudah mengering. Tidak ada jalan lain kecuali mengambil dari waduk," jelasnya.
Warga pun meyambut baik dropping air bersih yang dikirim polresta. Warga rela antre menunggu giliran mendapat air bersih. Mereka membawa ember, jeriken, dan bak yang dirangkai dengan cara dipikul. Dalam waktu singkat, air bersih di lima truk tangki itu tidak tersisa.
Kapolresta Mojokerto AKBP Wiji Suwartini mengaku, lebih dari lima bulan warga tiga desa di Dawablandong mengalami krisis air bersih. Mereka sulit mendapatkan air karena air sumur dan PDAM tidak mengalir lagi.
"Karena air menjadi kebutuhan pokok, kami akan memberikan bantuan secara kontinyu sampai datang musim hujan," tegasnya. (ris/yr)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tes CPNS, BKN Siapkan 6 Komputer Cadangan
Redaktur : Tim Redaksi