Selain di wilayah Lombok Timur, kasus serupa terjadi di wilayah Kuta, Lombok Tengah. Korbannya dua orang sekaligus, yakni Dedi, 25 tahun dan Ibeng, 25 tahun. Kedua korban tewas diamuk massa di sekitar Mapolsek Kuta, Kecamatan Pujut sekitar pukul 10.30 Wita. Selain dibunuh, warga juga membakar jasad korban hingga tidak berbentuk. Sepeda motor jenis Yamaha Vega nomor polisi DR 6065 LH yang digunakan korban turut dibakar massa.
Ketiga korban menambah daftar korban tewas akibat isu penculikan menjadi lima orang. Sebelumnya, P Sarjana, 32 tahun tewas diamuk massa di Narmada, dan satu korban tewas di Kediri yang belum diketahui identitasnya.
Sementara itu, kasus yang menimpa Dedi dan Ibeng berawal dari kedatangan korban yang berboncengan mengendarai sepeda motor di wilayah Kuta, Lombok Tengah. Salah seorang warga, Srimulyani mengatakan, kedua korban datang ke rumahnya pada pukul 09.00 Wita. Korban datang untuk menitip sepeda motornya dan pergi berjualan minyak gosok keliling ke sejumlah warga di Desa Kuta.
‘’Sudah tiga kali korban menitip motor di sini. Tiga hari yang lalu saya sempat diurut dan membeli minyak gosok yang dijual para korban,’’ terang ibu rumah tangga yang menetap di belakang Mapolsek Kuta tersebut.
Setelah menitip sepeda motornya, korban kemudian pergi menjual minyak gosok ke rumah Amak Repan. Satu korban lainnya berjualan ke warung Papuk Supi di depan Kantor Desa Kuta.
Saat sedang jualan, warga curiga dengan keberadaan korban. Beberapa warga yang sudah termakan provokasi kemudian menginterogasi keduanya. Melihat kerumunan warga, dua anggota Polsek Kuta menghampiri kerumunan tersebut. Korban kemudian dibawa ke Mapolsek Kuta untuk menghindari amuk massa.
Upaya tersebut rupanya sia-sia. Dalam hitungan menit, isu penangkapan pelaku penculikan menyebar cepat. Ratusan warga mendatangi Mapolsek setempat untuk menghakimi korban. Anggota Polsek berusaha mempertahankan dua korban di ruangan kanit intelkam setempat.
Langkah pengamanan oleh anggota polsek sia-sia. Masyarakat tidak bisa dikendalikan. Mereka memaksa masuk ke dalam polsek dan merusak bangunan polsek. Dua korban kemudian digeret keluar mapolsek. Di utara halaman polsek, keduanya dihakimi massa hingga tewas.
‘’Saya sempat melarang warga dan bercerita kalau kedua korban adalah pedagang minyak gosok. Tapi masyarakat tidak percaya,’’ kenang Srimulyani.
Tidak cukup sampai di situ, warga menggeret kedua korban ke lapangan sisi utara Polsek. Pelaku dibakar hingga gosong. Sepeda motor yang dititip di rumah Srimulyani diambil dan turut dibakar.
Tiga jam setelah dibakar, polisi memasang police line di sekitar TKP. Setelah itu baru mengevakuasi jasad korban dengan kantong jenazah dan dimasukkan ke mobil ambulance.
Kasus pembunuhan dua pria nahas tersebut mengundang perhatian publik. Ribuan masyarakat dari Kecamatan Pujut, datang silih berganti untuk menyaksikan jasad dua pria yang mereka duga sebagai penculik.
Kapolres Loteng AKBP Budi Karyono yang dikonfirmasi terkait insiden di Kuta mengatakan, dugaan penculikan yang dituduhkan kepada dua korban belum bisa dibuktikan. Namun informasi awal yang dihimpun aparat menyebutkan, dua korban merupakan pedagang minyak gosok keliling. ‘’Mereka sering berjualan ke Kuta. Banyak warga setempat yang sudah diurut para korban,’’ terang Budi.
Dua korban berhasil diidentifikasi aparat melalui kartu jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas) yang dimiliki. Mereka tidak memiliki kartu penduduk (KTP) atau identitas lainnya.
Insiden kemarin sangat disayangkan Budi. Masyarakat seharusnya bertanya baik-baik dan tidak perlu main hakim sendiri. Kalaupun ada orang yang mencurigai, seharusnya diserahkan ke aparat untuk diinterogasi dan ditangani.
‘’Akan ada proses hukum terhadap kasus ini karena perbuatan menghilangkan nyawa orang. Proses hukumnya akan disatukan dengan proses hukum perusakan Polsek,’’ janjinya.
Dikatakan Budi, beberapa bagian Polsek Kuta yang rusak di antaranya, kaca jendela, pintu, plafon, atap serta inventaris polsek lainnya. Perusakan tersebut membuat Polsek Kuta menelan kerugian hingga Rp 20 juta.
Karena isu penculikan mulai memakan korban, Budi meminta seluruh masyarakat tidak mudah terprovokasi. Isu penculikan seperti yang berkembang saat ini tidak benar. Polres Loteng sendiri telah menyikapi isu tersebut dengan mengeluarkan imbauan kepada seluruh kepala desa melalui kapolsek.
Sementara itu, isu penculikan anak yang menggegerkan warga Lombok, ternyata belum pernah dilaporkan ke pihak kepolisian. Buktinya, Mapolda NTB sama sekali belum menerima laporan penculikan anak dari masyarakat. ‘’Belum ada laporan yang masuk,’’ kata Kabidhumas Polda NTB Sukarman Husein, kemarin.
Tidak adanya laporan yang masuk mengisyaratkan jika pesan singkat yang tersebar di kalangan masyarakat tidak benar. Penculikan anak tersebut hanya isu yang sengaja dimainkan oknum tidak bertanggung jawab. ‘’Baik di Polda maupun Polres, tidak ada laporannya,’’ terang Sukarman.
Dikatakan, isu penculikan anak tersebut tidak terbukti faktanya. Karena sampai saat ini warga belum ada yang mengadukan dan melaporkan perihal kehilangan anaknya. ‘’Pesan singkat itu bohong,’’ terangnya.
Hanya saja, lanjutnya, masyarakat terlalu cepat termakan isi pesan singkat. Sehingga terprovokasi untuk mencurigai dan menuduh orang asing yang masuk. Imbasnya, orang asing tersebut dihakimi hingga tewas. ‘’Seharusnya jangan mudah percaya dan dihasut. Korban tewas yang dituduh itu, belum tentu pelaku penculikan. Ini hanya kesalahpahaman,’’ ujar Sukarman.
Ia mengatakan, korban tewas akibat dari pesan singkat tersebut terus bertambah. ‘’Pesan singkat tersebut sangat menyesatkan,’’ jelasnya.
Ia meminta warga tidak mudah terpancing dan percaya terhadap hasutan orang. Karena, isu tersebut hanya upaya untuk menciptakan instabilitas di tengah warga. ‘’Kita harap warga jangan mudah diprovokasi. Kalau pun ada kecurigaan. Harap lapor ke aparat kepolisian,’’ pintanya.
Hal senada diungkapkan Kasubaghumas Polres Mataram AKP Arief Yuswanto. Ia mengatakan, pihaknya sudah mulai melakukan penyelidikan pelaku penyebar SMS yang menyesatkan itu, termasuk penyebarnya.
Sementara itu, kemarin juga beredar isu adanya warga yang diduga sebagai penculik menceburkan diri ke sungai di bawah jembatan Datar, Kediri. Isu ini juga sangat meresahkan karena sejak Minggu malam hingga kemarin siang warga terus memadati sekitar jembatan untuk mencari tahu kebenaran informasi tersebut.
Selain itu, di wilayah kediri juga menyebar isu adanya anak yang menjadi korban penculikan yang ditemukan meninggal. Namun semua isu tersebut dibantah Kapolres Lobar AKBP Sigit Ari Widodo. ‘’Informasi mengenai adanya penculik atau warga yang menyeburkan diri tidak benar,’’ katanya. Pihaknya sejak Minggu malam bersama Tim SAR sudah berupaya melakukan penyisiran di TKP untuk menemukan jasad yang dimaksud namun tidak ada.
‘’Logikanya kalau ada yang terjun ke sungai tidak mungkin bertahan sembunyi hingga berjam-jam, sementara di sana sini sudah dikepung massa," kata Sigit kepada wartawan.
Warga juga sudah mengepung dan menutup sudut sungai namun tak ada siapapun yang ditemukan. Polisi sudah berupaya membubarkan konsentrasi massa. Warga yang kebetulan lewat di sekitar lokasi berhenti sehingga makin menambah macet ruas jalan.
Bantahan senada juga disampaikan Kapolsek Kediri AKP Burhanudin. Polisi hingga saat ini belum menemukan bukti jika memang ada warga atau terduga penculik yang sengaja menyeburkan diri ke sungai. "Tidak ada itu orang terjun atau bunuh diri. Kami juga heran kabar ini siapa yang menghembuskan, " tandasnya. (rur/aji/mis/ida)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dua Pembobol Brankas Dishub Dibekuk
Redaktur : Tim Redaksi