jpnn.com, JAKARTA - Keterbatasan skill dan rendahnya kualitas pendidikan masih menjadi pekerjaan rumah besar pemerintah, pelaku usaha dan serikat pekerja di Indonesia.
Namun Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yakin di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pekerjaan rumah tersebut dapat diselesaikan secara bertahap.
BACA JUGA: Mabes Polri Ajak Buruh Rayakan May Day dengan Dangdutan
"Bersama Bapak Jokowi, kami optimistis bisa melalui semua itu dengan baik. Secara khusus, kami juga siap membantu pemerintah menyediakan lapangan pekerjaan bagi jutaan orang yang belum bekerja, ataupun telah bekerja namun dengan penghasilan sangat minim," ujar Ketua Umum (Ketum) Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) H Abdul Muhaimin Iskandar, Minggu (30/4/2017).
Pria yang akrab disapa Cak Imin itu tidak lupa mengucapkan selamat Hàri Buruh 1 Mei (May Day). Ia pun mengirimkan doa dan harapan baik bagi para pekerja yang mengumpulkan rupiah demi rupiah gajinya dengan cara halal untuk keluarganya.
BACA JUGA: Hari Buruh, Warga Diimbau tak Perlu Ragu Naik Transjakarta
"PKB mengucapkan Selamat Hari Buruh 1 Mei, dengan disertai semua harapan baik kepada mereka yang bekerja, mengumpulkan rupiah demi rupiah gajinya dengan cara halal untuk keluarga, juga untuk membayar pajak kepada negara," katanya.
Pada era Menteri Tenaga Kerja Abdul Muhaimin Iskandar lah Keppres 24/2013 yang menetapkan 1 Mei sebagai hàri libur nasional dikeluarkan.
BACA JUGA: Besok, Polisi Kerahkan 15 Ribu Personel Kawal Hari Buruh
Kalangan pekerja menyambut sukacita perjuangan Menteri Tenaga Kerja. Mereka semua tersenyum gembira dan menerima Keppres 24/2013 sebagai kado kejutan.
"Demokrasi memberi kesempatan yang sama pada semua pihak untuk saling setuju maupun saling menolak. Keppres tersebut menyudahi perdebatan tentang eksistensi 1 Mei sebagai Hari Buruh. Namun, polemik soal upah, hubungan kerja dan syarat-syarat kerja bergulir terus," katanya.
Bagi PKB, menurut Cak Imin, kenaikan upah dan peningkatan syarat-syarat kerja tentu penting, namun daya tahan industri dan memelihara kemampuannya untuk berekspansi juga sama penting.
Oleh karenanya, sudah saatnya upah tidak lagi dilihat sebagai tujuan, namun sebagai alat/instrument. Baik sebagai instrument untuk mempromosikan peningkatan skill, mendukung kenaikan daya saing serta mendongkrak daya beli rakyat.
"Upah sebagai tujuan mensyaratkan kenaikan setinggi mungkin, apapun eksesnya. Namun upah sebagai instrument menjaga dengan cermat agar kenaikan upah sejalan dengan peningkatan skill dan daya saing," tuturnya.
Cak Imin berkata, pro-poor sekaligus pro-growth adalah keberpihakan kepada yang miskin dengan tetap memberi kepastian pada para pemodal.
Yang perlu diketahui populasi yang bekerja mencapai 118.411.973 orang (BPS, Nov 2016, red). Dari jumlah itu 40,65% berpendidikan tamat/tidak tamat SD, 18,14% hanya tamat SMP dan 17,45% tamat SMA. Peringkat Human Capital kita ada di urutan 72 dunia dan urutan 6 ASEAN.
"Jika kita tidak waspada, tentu tidak lama lagi Kamboja, Laos, Myanmar bisa melewati kita dalam lomba lari global ini. Kami berharap kita semua dapat satu kata dan satu langkah untuk mengatasinya," katanya.
Cak Imin melanjutkan, the poorest of the poor, yang termiskin dari yang miskin lah
golongan yang paling membutuhkan pembelaan, perhatian dan kepedulian.
"Untuk merekalah Negara ini didirikan. Sekalilagi selamat Hari Buruh 1 Mei 2017 ," tandasnya.(fri/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hari Butuh, Transjakarta Minta Jalur Tetap Steril
Redaktur & Reporter : Friederich