Dua Ritel Asing Siap Dibuka

Selasa, 08 Januari 2013 – 08:11 WIB
JAKARTA - Pengusaha ritel dalam negeri harus bersiap menghadapi persaingan yang semakin ketat. Tahun ini dipastikan bakal ada dua ritel asing yang masuk di Indonesia yaitu Ikea dan Ministop dari Jepang.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia Pujianto berkata tahun ada beberapa ritel asing yang bakal meramaikan sektor ritel nasional. Dua diantaranya yang sudah pasti yaitu perusahaan ritel dari Swedia, Ikea dan Ministop dari Jepang. Sementara itu, sekitar akhir tahun lalu perusahaan ritel asal Jepang, Family Mart telah merealisasikan investasinya. "Gerai Family Mart dibangun di Cibubur," terangnya pada Jawa Pos, Senin (7/1).

Selain dua perusahaan yang sudah pasti dibangun tersebut, Pudjianto mengungkapkan ada dua perusahaan yang sedang dalam penjajakan. Ia berkata, pasar Indonesia yang besar masih menjadi magnet bagi ritel asing. Untuk, itu ritel lokal harus segera berbenah untuk bisa bersaing.

Tahun ini, lanjut Pudjianto, bakal menjadi tahun yang berat bagi ritel lokal. Ditengah regulasi yang ada dan gempuran perusahaan ritel asing, ritel lokal terus terhimpit. Ia memastikan tahun ini, ekspansi ritel lokal tak akan segencar tahun lalu. Dan itu berbanding terbalik dengan ekspansi yang dilakukan oleh ritel asing.

"Ritel asing punya kekuatan lebih baik dari segi teknologi maupun permodalan. Meskipun iklim industri Indonesia kurang saat ini kurang mendukung, ritel asing siap menghadapi. Bahkan dari segi permodalan mereka siap rugi 10 tahun," ujarnya.

Seperti yang diketahui, pemerintah menetapkan menetapkan sektor ritel masuk dalam upah minimun sektoral. Upah tersebut lebih tinggi lima persen dibanding upah minimum provinsi (UMP). Selain itu, saat ini harga sewa properti naik belum lagi kenaikan Tarif dasar Listrik (TDL). Regulasi tersebut membengkakkan biaya operasional. "Biaya operasional untuk tiga tiga komponen tersebut 60-70 persennya. Itu yang membuat pengusaha pusing mencari akal," terangnya.

Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal Aprindo Satria Hamid dalam aturan terpisah menyatakan hal yang sama. Dengan iklim usaha yang kurang mendukung sektor ritel ia menyebutkan pertumbuhan fast moving consumer good tak akan melebihi tahun lalu. Pada 2012, pertumbuhannya mencapai 10 persen, tahun ini mungkin kurang. Dari itu.

Sementara itu, ia menyebutkan, ekspansi ritel lokal masih bisa memungkinkan di wilayah Indonesia Timur. Sedangkan di Pulau Jawa terutama Jabodetabek sudah tak mungkin lagi. Ia juga tidak menutup kemungkinan ada ritel lokal yang berekspansi ke luar negeri, seperti Malaysia, Filipina, dan Singapura. "Ada bagusnya juga ritel lokal mengembangkan bisnis ke luar negeri biar tidak dianggap jago kandang, tapi yang lebih miris lagi kalau alasan mereka karena iklim usaha yang tidak mendukung," ucapnya.(uma)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Berharap Kajian MRT Segera Beres

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler