MEDAN - Suasana di ruang instalasi jenazah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Pirngadi Medan perlahan kelam, setelah ambulance datang membawa 4 jenazah korban kerusuhan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) klas 1 Tanjunggusta sekitar pukul 05.00 WIB.
Tak lama satu jenazah lainnya yang sempat dibawa ke RS Bina Kasih juga tiba. Sehingga, total jumlah korban yang tewas sebanyak 5 orang.
Dari lima jenazah yang dievakuasi ke Instalasi Jenazah RSUD dr Pirngadi Medan, tiga jenazah sudah dapat diidentifikasi, dan langsung dibawa pulang ke rumah duka untuk dikuburkan, Jumat (12/7). Pengidentifikasian jenazah dibantu oleh tanda ditubuh dan kartu identitas. Sedangkan dua jenazah lainnya belum bisa dikenali.
Hal ini diakui oleh seorang keluarga korban, DE Situngkir (76). Katanya, ia tidak dapat mengenali lagi fisik keponakannya, mereka hanya dapat mengenali korban dari kartu identitas di kantong celana belakang.
"Sudah tidak bisa dikenali lagi. Sudah terbakar seluruh badannya. Cuma KTP dikantong celana sebagai pertanda kalau itu Bona," ujar paman dari seorang korban, Bona Hotman Situngkir SH M.Hum (38), Kasi Registrasi LP Tanjung Gusta.
Bahkan, lanjutnya, keluarga mengetahui peristiwa ini setelah menonton televisi dan mendadak panik karena sejak kemarin tidak bisa menghubungi Bona. “Mungkin dia terjebak. Kalau mau keluar Lapas (LP) api sudah membesar, kalau lari ke tempat tahanan, sudah rusuh. Si Bona ini memang harus jaga di situ. Karena dia yang mencatat nama-nama napi yang masuk dan keluar,” ungkapnya seraya menangis.
Menurutnya, Bona memiliki kepribadian yang baik terhadap semua orang termasuk kepada warga binaan LP Tanjung Gusta. Karenanya keluarga yakin Bona terbakar karena terjebak, bukan karena dipukuli oleh warga binaan LP. Seperti yang diungkap kepolisian, jenazah Bona ditemukan dalam kamar mandi bersama dengan rekannya Hendra Rico Naibaho (25.
Dijelaskannya, korban yang lahir tanggal 15 April 1975 ini meninggalkan seorang istri dan dua orang anak yang masih kecil. Selain kerabat Bona, kerabat Hendra Rico Naibaho juga terlihat meramaikan Instalasi Jenazah RSUD dr Pirngadi Medan.
Sejak pagi, ibu Rico, E br Sinurat (57), sudah sampai di Instalasi Jenazah bersama dua orang kerabatnya. Namun br Sinurat harus berkali-kali masuk ke ruang jenazah untuk memastikan jenazah anaknya. Tidak ada satu pun identitas yang memastikan jenazah yang ada adalah anaknya. Seluruh tubuh korban terbakar. Jenazah Staff Registrasi LP Tanjung Gusta ini hanya dikenali dari kuku jari kaki kirinya yang baru tumbuh usai dioperasi beberapa waktu lalu.
Selain Bona dan Rico, satu korban lagi yang bisa dikenali adalah jenazah Nghui Tan alias Awi, (48). Warga Tionghoa yang masuk bui lantaran kasus narkotika ini menjadi Tamping atau Tahanan Pendamping di LP Tanjung Gusta.
Berdasarkan keterangan forensik, warga Jalan Selam Medan Denai ini awalnya dirawat di RSU Bina Kasih lantaran diperkirakan masih bernyawa. Namun akhirnya dia tewas akibat luka bakar di sekujur tubuh.
Kepala Instalasi Jenazah RSUD dr Pirngadi Medan Surjit Singh mengungkapkan, hingga sore kemarin, dua jenazah korban kerusuhan masih berstatus Mr X. tapi, menjelang petang, dua orang yang tak dikenali itu akhirnya bisa diidentifikasi yakni, Jhon Gabriel Tarigan (28) warga Perumnas Simalingkar dan Yohanes Leo Edi Syahputra Situmorang (34) warga Pematang Pasir Dusun II Sialang Buah Kabupaten Serdang Bedagei. Petugas forensik RSUD dr Pirngadi dan Tim Penyidik dari Polda Sumut masih melakukan identifikasi.
“Empat diantara korban hangus terbakar hampir di seluruh tubuh, sehingga sulit untuk dikenali,” terangnya.
Kepada mereka, identifikasi dilakukan dengan melihat dompet dan dokumen-dokumen yang ada, sepatu, jari kaki ada yang memiliki kelainan enam jari. Dan ada yang memiliki jari kaki yang pernah dirawat dokter.
“Rata-rata semua korban tewas akibat luka bakar 100% dengan derajat 5 hingga 6. Sementara satu diantaranya, bernama Nghui Tan, masih dapat dikenali karena mengalami luka bakar 100% dengan derajat 3,” kata Surjit.
Selain keluarga korban sipir, terlihat beberapa keluarga napi ikut mengunjungi instalasi jenazah untuk melihat. Namun, keluarga napi tidak ada yang mau memberikan keterangan. Terlihat juga beberapa keluarga napi yang namanya hampir mirip dengan korban. Mereka ingin memastikan jika nama korban tersebut, bukan keluarganya.
Pantauan terakhir, ruang instalasi jenazah terlihat sangat ramai dikunjungi keluarga korban dan masyarat yang ingin melihat. (put)
Tak lama satu jenazah lainnya yang sempat dibawa ke RS Bina Kasih juga tiba. Sehingga, total jumlah korban yang tewas sebanyak 5 orang.
Dari lima jenazah yang dievakuasi ke Instalasi Jenazah RSUD dr Pirngadi Medan, tiga jenazah sudah dapat diidentifikasi, dan langsung dibawa pulang ke rumah duka untuk dikuburkan, Jumat (12/7). Pengidentifikasian jenazah dibantu oleh tanda ditubuh dan kartu identitas. Sedangkan dua jenazah lainnya belum bisa dikenali.
Hal ini diakui oleh seorang keluarga korban, DE Situngkir (76). Katanya, ia tidak dapat mengenali lagi fisik keponakannya, mereka hanya dapat mengenali korban dari kartu identitas di kantong celana belakang.
"Sudah tidak bisa dikenali lagi. Sudah terbakar seluruh badannya. Cuma KTP dikantong celana sebagai pertanda kalau itu Bona," ujar paman dari seorang korban, Bona Hotman Situngkir SH M.Hum (38), Kasi Registrasi LP Tanjung Gusta.
Bahkan, lanjutnya, keluarga mengetahui peristiwa ini setelah menonton televisi dan mendadak panik karena sejak kemarin tidak bisa menghubungi Bona. “Mungkin dia terjebak. Kalau mau keluar Lapas (LP) api sudah membesar, kalau lari ke tempat tahanan, sudah rusuh. Si Bona ini memang harus jaga di situ. Karena dia yang mencatat nama-nama napi yang masuk dan keluar,” ungkapnya seraya menangis.
Menurutnya, Bona memiliki kepribadian yang baik terhadap semua orang termasuk kepada warga binaan LP Tanjung Gusta. Karenanya keluarga yakin Bona terbakar karena terjebak, bukan karena dipukuli oleh warga binaan LP. Seperti yang diungkap kepolisian, jenazah Bona ditemukan dalam kamar mandi bersama dengan rekannya Hendra Rico Naibaho (25.
Dijelaskannya, korban yang lahir tanggal 15 April 1975 ini meninggalkan seorang istri dan dua orang anak yang masih kecil. Selain kerabat Bona, kerabat Hendra Rico Naibaho juga terlihat meramaikan Instalasi Jenazah RSUD dr Pirngadi Medan.
Sejak pagi, ibu Rico, E br Sinurat (57), sudah sampai di Instalasi Jenazah bersama dua orang kerabatnya. Namun br Sinurat harus berkali-kali masuk ke ruang jenazah untuk memastikan jenazah anaknya. Tidak ada satu pun identitas yang memastikan jenazah yang ada adalah anaknya. Seluruh tubuh korban terbakar. Jenazah Staff Registrasi LP Tanjung Gusta ini hanya dikenali dari kuku jari kaki kirinya yang baru tumbuh usai dioperasi beberapa waktu lalu.
Selain Bona dan Rico, satu korban lagi yang bisa dikenali adalah jenazah Nghui Tan alias Awi, (48). Warga Tionghoa yang masuk bui lantaran kasus narkotika ini menjadi Tamping atau Tahanan Pendamping di LP Tanjung Gusta.
Berdasarkan keterangan forensik, warga Jalan Selam Medan Denai ini awalnya dirawat di RSU Bina Kasih lantaran diperkirakan masih bernyawa. Namun akhirnya dia tewas akibat luka bakar di sekujur tubuh.
Kepala Instalasi Jenazah RSUD dr Pirngadi Medan Surjit Singh mengungkapkan, hingga sore kemarin, dua jenazah korban kerusuhan masih berstatus Mr X. tapi, menjelang petang, dua orang yang tak dikenali itu akhirnya bisa diidentifikasi yakni, Jhon Gabriel Tarigan (28) warga Perumnas Simalingkar dan Yohanes Leo Edi Syahputra Situmorang (34) warga Pematang Pasir Dusun II Sialang Buah Kabupaten Serdang Bedagei. Petugas forensik RSUD dr Pirngadi dan Tim Penyidik dari Polda Sumut masih melakukan identifikasi.
“Empat diantara korban hangus terbakar hampir di seluruh tubuh, sehingga sulit untuk dikenali,” terangnya.
Kepada mereka, identifikasi dilakukan dengan melihat dompet dan dokumen-dokumen yang ada, sepatu, jari kaki ada yang memiliki kelainan enam jari. Dan ada yang memiliki jari kaki yang pernah dirawat dokter.
“Rata-rata semua korban tewas akibat luka bakar 100% dengan derajat 5 hingga 6. Sementara satu diantaranya, bernama Nghui Tan, masih dapat dikenali karena mengalami luka bakar 100% dengan derajat 3,” kata Surjit.
Selain keluarga korban sipir, terlihat beberapa keluarga napi ikut mengunjungi instalasi jenazah untuk melihat. Namun, keluarga napi tidak ada yang mau memberikan keterangan. Terlihat juga beberapa keluarga napi yang namanya hampir mirip dengan korban. Mereka ingin memastikan jika nama korban tersebut, bukan keluarganya.
Pantauan terakhir, ruang instalasi jenazah terlihat sangat ramai dikunjungi keluarga korban dan masyarat yang ingin melihat. (put)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Indonesia Butuh Capres Berkarakter Transformatif
Redaktur : Tim Redaksi