jpnn.com - JAKARTA—Saat sepak bola menjadi lebih dari sekadar olah raga, dua orang sahabat harus menyelamatkan diri dari jeratan hutang, intrik dan dendamItulah tema yang diangkat dalam film ''Gara-gara Bola'' yang disutradarai dymanic dua anyar dalam perfilm Indonesia; Agasyah Karim dan Khalid Kashogi.
''Ceritanya kami berdua kayak Cohen Brothers, ngegarap skenarionya berdua dan nyutradarainya juga berdua
BACA JUGA: Pembantu Achmad Dani Tetap Tersangka
Pas ceritanya juga tentang dua sahabat, Heru dan Ahmad, yang sebenarnya ini mereka pecundang (loosers),'' urai Karim dalam penayangan film tersebut di Blitzmegaplex, Jakarta Pusat.Dalam film itu, Ahmad punya usaha desain T-shirt kecil-kecilan yang minim orderan, dan Heru cuma kasir di restoran bakmi yang juga kemudian dipecat sama bosnya
BACA JUGA: Marshanda, Icon Muda Balinale
Tapi, lilitan hutang judi bola cuma awal dari sebuah haru panjang yang akan mengubah jalan hidup Heru dan AhmadSepanjang perjalanan, dua loosers ini musti melalui berbagai kejadian yang diisi oleh konflik keluarga
BACA JUGA: Ada Chaplin di Balinale 2008
Belum lagi tuntutan pacar Heru yang masih SMAPenagih-penagih hutang kelaparan diantara hiruk-pikuk pesta sosialita muda Jakarta, cara meracik bakmi ayam jamur yang baik dan benar, serta pelajaran-pelajaran hidup tak lazim lainnya.Film yang mengangkat cerita pinggiran di balik gegap-gempita Piala Dunia Sepak Bola 2006 ini dirilis oleh Happy Ending Pictures, sebuah divisi dari Kalyana Shira Films''Kalau Kalyana Shira Films memfokuskan karya-karya film untuk penonton dewasa, Happy Ending Pictures memiliki misi untuk memproduksi film-film dengan tema anak muda, sehingga dapat menarik penonton remaja maupun siapa saja yang masih muda,'' jelas Nia Dinata, produser Gara-Gara Bola yang sebelumnya sukses membidani Quickie Express.
Lewat Happy Ending Pictures inilah Karim-Kashogi berkesempatan menjadi sutradara film layar lebar untuk pertama kalinya
''Skenarionya kami kerjain berdua selama dua tahunSebenarnya draft pertama sudah selesai Oktober 2004 laluTadinya kita pikir cuma mau jual skenarionya terus biar digarap jadi filmTapi, ternyata tidak segampang itu, dari skenario jadi filmButuh penantian dan pembelajaran sampai tawaran mengejutkan itu datang dari Teh Nia yang tidak hanya menerima skenarioTapi, kita juga diharuskan mendalami kembali skenario, merubah setiap detil adegan, sehingga skenario menjadi semakin padat dan setiap adegan lebih bermakna,'' papar Karim dan Kashogi sembari mengatakan setelah proses panjang itu berlalu, malah ditawarin menjadi sutradara.(sid/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Room Mate, Jadi Pasutri Bohongan
Redaktur : Tim Redaksi