Dua Tangis dan Ribuan Tawa

Oleh: Dahlan Iskan (CEO PLN)

Sabtu, 17 Juli 2010 – 01:01 WIB

MINGGU lalu genap enam bulan saya menjadi CEO PLNAda yang bilang "baru" enam bulan

BACA JUGA: Target yang Bisa Bikin Bunuh Diri

Ada yang bilang "sudah" enam bulan


Betapa relatifnya waktu?
 
Selama enam bulan itu, saya dua kali sakit perut serius

BACA JUGA: Problem Baru Setelah (Nanti) Bebas Byar-Pet

Setengah hari saya tidak bisa bekerja, kecuali hanya tidur lemas di bilik di belakang ruang kerja Dirut PLN
Sebenarnya, saya harus mewaspadai sakit perut seperti itu melebihi sakit lainnya

BACA JUGA: Enam Keputusan untuk Bali



Sebab, kata dokter, sakit perut merupakan tanda awal mulai bermasalahnya transplantasi hati yang saya lakukan tiga tahun laluMungkin saja itu merupakan tanda awal bahwa hatinya orang lain yang sekarang saya pakai ini mulai ditolak oleh sistem tubuh sayaBegitulah kata dokter.
 
Syukurlah, sakit perut itu cepat hilang tanpa saya harus minum obatSaya memang tidak boleh sembarangan minum obat, khawatir berbenturan dengan obat transplan yang masih harus saya minum setiap hari
 
Tiba-tiba saja, ketika hari sudah berubah siang, ketika rapat penting yang telanjur dijadwalkan tersebut harus dimulai, sakit itu sembuh sendiri?
 
Selama enam bulan itu, seingat saya, belum pernah saya absenSaya memang sudah berjanji kepada diri sendiri: Selama enam bulan pertama sebagai Dirut PLN, saya tidak akan mengurus apa pun kecuali listrikTidak akan pergi ke mana pun kecuali urusan listrikTidak akan bicara apa pun kecuali soal listrikKarena itu, kalau biasanya dulu setiap bulan saya bisa dua-tiga kali ke luar negeri, selama enam bulan di PLN ini, saya tidak ke mana-mana.
 
Untuk itu, saya harus minta maaf kepada famili, teman dekat, dan pengurus berbagai organisasi yang saya ketuaiSelama enam bulan tersebut, saya tidak bisa menghadiri acara keluarga, pesta perkawinan teman-teman dekat, dan bahkan selamatan boyongan rumah anak sendiriApalagi rapat-rapat organisasi atau permintaan ceramahSemua saya hindari.
 
Saya memang masih tercatat sebagai ketua umum persatuan perusahaan surat kabar se-Indonesia, ketua umum persatuan barongsai Indonesia, persatuan olahraga bridge Indonesia, dan banyak lagiSelama enam bulan itu, tidak ada rapat yang bisa saya hadiri.
 
Menjelang enam bulan di PLN, berat badan saya naik 3 kg! Oh, rupanya saya kurang gerakHanya dari mobil ke ruang rapatDan dari ruang rapat ke mobilSiang dan malamItu tentu tidak baikDokter yang tiga tahun lalu mentransplantasi hati saya melarang badan saya terlalu gemukDokter selalu mengingatkan, meski kelihatannya sehat, status saya tetap saja sebagai orang sakitDi samping harus terus minum obat, juga harus tetap hati-hatiKarena itu, menginjak bulan keenam, saya putuskan ini: berangkat kerja berjalan kaki saja.
 
Maka, setiap hari pukul 05.45 saya sudah berangkat kerjaJalan kaki dari rumah saya di dekat Pacific Place Semanggi, Jakarta, ke Kantor Pusat PLN di Jalan Trunojoyo, seberang Mabes Polri ituBerangkat sepagi itu bukan supaya dianggap sok rajin, tapi ingin menghindari asap knalpotTidak ada gunanya berolahraga sambil menghirup CO2
 
Beruntung, rute menuju kantor tersebut bisa ditempuh dengan menghantas jalan-jalan kecil yang sepi yang kiri-kanannya penuh pohon-pohon nan merimbunPukul 06.30, ketika baru ada satu?dua mikrolet mengasapi jalanan, saya (biasanya ditemani istri) tiba di kantor dengan keringat yang bercucuran.
 
Hasilnya: selama satu bulan itu, berat badan sudah turun 2 kgMasih punya utang 1 kg lagiMula-mula, berjalan cepat selama 35 menit itu terasa beratJarak rumah-kantor tersebut juga terasa sangat jauhTapi, kian lama menjadi kian biasaBahkan, belakangan jarak itu terasa sedikit kurang jauh.
 
Betapa relatifnya jarak...
 
Enak juga sudah di kantor pagi-pagiKini, menjadi pemandangan biasa pada pukul 07.00 sudah banyak orang Jepang yang antre di ruang tamuDemikian juga beberapa relasi PLN lainnyaBahkan, seorang perempuan yang merasa diperlakukan kejam oleh suaminya juga tahu jadwal saya ini: Sebelum pukul 07.00, perempuan itu sudah menangis di lobi untuk mengadukan kelakuan suaminyaLalu, minta sangu untuk pulang karena uangnya tinggal pas-pasan untuk datang ke PLN itu tanpa tahu harus bagaimana pulangnyaSuaminya, katanya, sangat-amat pelitnya
 

Betapa relatifnya uang...
 
Selama enam bulan itu, saya dua kali menangisSekali di ruang rapat dan sekali di Komisi VII DPR RIKadang memang begitu sulit mencari jalan cepat untuk mengatasi persoalanKadang sebuah batu terlalu sulit untuk dipecahkan
 
Tapi, tidak berarti hari-hari saya di PLN adalah hari-hari yang sedihRibuan kali saya bisa tertawa lepasRuang rapat sering menjadi tempat hiburan yang menyenangkanTerutama ketika begitu banyak ide datang dari para peserta rapatApalagi, sering juga ide tersebut dikemukakan dengan jenakanya.
 
Di mana-mana, di berbagai forum, saya selalu membanggakan kualitas personal PLNOrang PLN itu rata-rata cerdas-cerdas: tahu semua persoalan yang dihadapi perusahaan dan bahkan tahu juga bagaimana cara menyelesaikannyaYang tidak ada pada mereka adalah muara
 
Begitu banyak ide yang mengalir, tapi sedikit yang bisa mencapai muaraKalau toh ada, muara itu dangkal dan sempitIde-ide brilian macet dan kandasKini, di ruang rapat tersebut, semua ide bisa mulai bermuaraBahkan, meminjam lagunya almarhum Gesang, bisa mengalir sampai jauh?
 
Memang, ruang rapat sebaiknya jangan penuh keteganganOrang-orang PLN itu siang-malam sudah mengurus tegangan listrikJangan pula harus tegang di ruang rapatRuang rapat harus jadi tempat apa saja: debat, baku ide, berbagi kue, dan saling ejek dengan jenakaSaya bangga ruang rapat PLN bukan lagi sebuah tempat biasa, tapi bisa menjadi katalisator yang menyenangkan.
 
Sebuah tempat memang bisa jadi apa saja bergantung yang mengisinya.

Betapa relatifnya tempat?
 
Sedih, senang, ketawa, menangis, semua bergantung suasana kejiwaanPemilik jiwa sendirilah yang mampu menyetel suasana kejiwaan masing-masingMau dibuat sedih atau mau dibuat gembiraMau menangis atau tertawaSemua bisa
 
Betapa relatifnya jiwa...
 
Rasanya, selama enam bulan di PLN, saya juga belum pernah duduk di kursi direktur utamaSaya sudah terbiasa bekerja tanpa mejaPuluhan tahun, sejak sebelum di PLNSetengah liarSebab, sebelum di PLN, saya hampir tidak pernah membaca surat masuk
 
Jadi, memang tidak diperlukan sebuah mejaSemua surat masuk langsung didistribusikan ke staf yang bertugas di bidangnyaSebab, kalaupun surat itu ditujukan kepada saya, belum tentu saya bisa menyelesaikannyaMaka, untuk apa harus mampir ke meja saya kalau bisa langsung tertuju kepada yang lebih pas menjawabnya?
 
Kini, sebagai Dirut PLN, saya tidak boleh begituSaya harus menerima surat-surat yang setumpuk itu untuk dibuatkan disposisinyaInilah untuk kali pertama dalam hidup saya harus membuat corat-coret di lembar disposisiApa yang harus saya tulis di situ" Saran" Pendapat" Instruksi" Larangan" Harapan" Atau, beberapa kata yang hanya bersifat basa-basi "sekadar untuk menunjukkan bahwa saya atasan mereka?
 
Akhirnya, saya putuskan tidak menuliskan apa-apaKecuali beberapa hal yang sangat jarang sajaMengapa saya harus memberikan arahan seolah-olah hanya saya yang tahu persoalan itu" Mengapa saya harus memberikan instruksi seolah-olah tanpa instruksi itu mereka tidak tahu apa yang harus diperbuat" Mengapa saya harus memberikan petunjuk seolah-olah saya itu pabrik petunjuk?
 
Maka, jangan heran kalau mayoritas lembar disposisi tersebut tidak ada tulisannyaPaling hanya berisi paraf saya dan nama orang yang harus membaca surat ituSaya sangat yakin, tanpa disposisi satu kata pun, mereka tahu apa yang terbaik yang harus dilakukan
 
Bukankah karyawan PLN itu umumnya lulusan terbaik ranking 1 sampai 10 dari universitas-universitas terbaik negeri ini? Bukankah karyawan PLN itu, doktornya saja sudah 20 orang dan masternya sudah 600 orang" Bukankah mereka sudah sangat berpengalaman "melebihi saya" Maka, saya tidak ragu memberikan kebebasan yang lebih kepada mereka.
 
Inilah sebuah proses lahirnya kemerdekaan ideOrang yang terlalu sering diberi arahan akan jadi bebekOrang yang terlalu sering diberi instruksi akan jadi besiOrang yang terlalu sering diberi peringatan akan jadi ketakutanOrang yang terlalu sering diberi pidato kelak hanya bisa minta petunjuk.
 
Saya harus sadar bahwa mayoritas warga PLN adalah lulusan terbaik dari universitas-universitas terbaikMereka sudah memiliki semuanya: kecuali kemerdekaan ide ituKini saatnya barang yang mahal tersebut diberikan kepada merekaSaya sangat memercayai, jika seseorang diberi kepercayaan, rasa tanggung jawabnya akan munculKalau toh ada yang tidak seperti itu, hanyalah pengecualian.
 
Semua itu saya lakukan di meja rapatBukan di meja kerja direktur utamaKarena itu, saya juga tidak pernah memanggil staf, misalnya, untuk menghadap duduk di kursi di depan direktur utamaKalau saya lakukan itu, perasaan saya tidak enakMungkin hanya perasaan saja sebenarnya
 
Saya tidak tahu dari mana lahirnya perasaan tidak enak tersebutMungkin karena dulu terlalu sering melihat Pak Harto di televisi dengan adegan seperti ituSaya takut merasa menjadi terlalu berkuasa di kantor ini.
 
Kedudukan tentu tidak sama dengan tempat dudukYang merasa berkuasa pun belum tentu bisa menguasainyaYang punya kedudukan belum tentu bisa duduk semestinya
 
Betapa relatifnya sebuah kekuasaan?
 
Lalu, apa yang sudah kita capai selama enam bulan ini? Ada yang bilang sudah sangat banyak: menanggulangi pemadaman bergilir di seluruh Indonesia, menyelesaikan IPP terkendala yang sudah begitu lama, mengatasi kacaunya tegangan listrik di berbagai wilayah (orang Aceh, Cianjur Selatan, Tangerang, dan banyak lagi kini sudah bisa mengucapkan selamat tinggal tegangan 14! Sudah bertahun-tahun tegangan listrik di Aceh hanya 14, sehingga sering redup dan merusak barang-barang elektronikKini, di Aceh dan banyak wilayah itu, tegangan listriknya sudah normal, sudah bisa 20).
 
Tapi, banyak juga yang bilang, masih terlalu sedikit yang diperbuatBahkan, ada yang bilang, termasuk seorang anggota DPR di komisi VI, bahwa direksi PLN yang baru ternyata bisanya hanya menaikkan TDLTudingan tersebut tentu lucu karena bukankah yang bisa menaikkan TDL itu hanya pemerintah bersama DPR" Bukankah direksi PLN itu, sesuai UU, sama sekali tidak punya wewenang menaikkan atau menurunkan TDL?
 
Betapa relatifnya kepuasan...
 

CATATAN :
(Sebulan sekali, CEO PLN menulis surat kepada seluruh karyawan PLNInilah cara Dahlan Iskan untuk memotivasi dan berkomunikasi langsung dengan seluruh karyawannyaSurat itu diberi nama CEO's NoteTujuannya, seluruh karyawan PLN yang lebih dari 40.000 orang itu bisa langsung membaca jalan pikiran dan keinginan pimpinan puncak perusahaanSetiap kali CEO's Note terbit, banyak tanggapan dari karyawan melalui forum e-mail perusahaanArtikel ini adalah CEO's Note edisi ke-6 bulan Juli 2010).

BACA ARTIKEL LAINNYA... PLN Ubah Cara Pembelian Batubara


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler