Dubes AS, Jepang, dan Tiongkok Apresiasi Buku Moderasi Beragama

Kamis, 09 Desember 2021 – 14:17 WIB
Peluncuran buku Moderasi Beragama yang diinisiasi Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan (BALK) Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI. Foto: Humas Kemenag

jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah duta besar (dubes) dan perwakilan konjen negara-negara sahabat menghadiri peluncuran buku Moderasi Beragama yang diinisiasi Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan (BALK) Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama (Kemenag) RI.

Buku ini terdiri dari tiga bahasa, yakni Inggris, Arab, dan Mandarin.

BACA JUGA: Banyak Anak Perempuan di Bawah Umur Dijadikan PSK, Alamak

Dubes Amerika Serikat (AS) diwakili Greg Bauer mengapresiasi terbitnya buku Moderasi Beragama.

Dia mengatakan sudah menunggu lama hadirnya terjemahan buku Moderasi Beragama berbahasa Inggris.

BACA JUGA: Dor! MUS Tertembak, AKP Anton Beri Penjelasan

“Kami sudah menunggu lama hadirnya terjemahan buku Moderasi Beragama yang berbahasa Inggris. Sebenarnya pihak Kedubes AS sudah mengetahui keberadaan buku ini setahun sebelumnya dan menunggu bukunya hadir dalam bahasa Inggris agar bisa disebarkan lebih luas lagi,” ujar Greg Bauer.

Hal yang sama disampaikan Dubes Uni Eropa Vincent Piket. Dia mengapresiasi terbitnya buku Moderasi Beragama tiga bahasa ini khususnya bahasa Inggris agar bisa ikut menyuarakan perdamaian di dunia.

 

Kedubes Tiongkok mengatakan buku ini kiranya bisa dipahami oleh masyakat terkait nilai-nilai kearifan yang ada di Indonesia.

Para Kedubes berharap dalam setiap event internasional buku Moderasi Beragama tiga bahasa ini hadir dan menjadi salah satu alat untuk spirit perdamaian yang bisa disuarakan di tingkat global.

Sementara itu, Kepala Badan (Kaban) Litbang Diklat Kemenag Achmad Gunaryo mengatakan Moderasi Beragama merupakan spirit nilai-nilai kearifan Indonesia yang meramu dan meracik keberagaman yang ada di Indonesia, sehingga sampai kini masih menjadi sebuah bangsa yang rukun, damai, dan toleran.

Menurut dia, bukan hanya masyarakat Indonesia yang membutuhkan Moderasi Beragama, akan tetapi juga warga dunia.

“Melalui berbagai forum dunia, Indonesia bisa menjadi contoh dalam mengembangkan Moderasi Beragama untuk menciptakan kerukunan, harmoni sosial di antara masyarakat yang beraneka ragam, dan perdamaian dunia,” tegas Gunaryo.

“Jadi, Moderasi Beragama bukan hanya kebutuhan masyarakat Indonesia, tetapi sudah menjadi kebutuhan dunia seluruhnya,” sambung Guru Besar Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo Semarang ini.

Dalam tingkat global, lanjut dia, melalui momentum setelah Indonesia menerima estafet Presidensi G-20 Indonesia memiliki peran strategis baik baik di tingkat regional, kawasan dan global.

“Sebagai negara muslim terbesar dalam G-20, Indonesia harus mengambil peran prakarsa untuk menciptakan perdamaian antarnegara, terutama di dunia Islam yang mengalami krisis serius, selain peran ekonomi yang bisa membawa dampak positif bagi kepentingan nasional Indonesia,” kata Gunaryo.

Mantan Kepala Biro Hukum dan Kerja Sama Luar Negeri Setjen Kemenag ini menambahkan Kemenag telah menyusun untuk pertama kalinya buku Moderasi Beragama pada tahun 2019.

Tujuan penyusunan buku ini sebagai panduan kebijakan dalam rangka mengarusutamakan cara beragama yang moderat, sebuah istilah yang menjadi lawan kata dari ekstremisme.

“Moderasi Beragama telah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang disusun oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas),” ungkapnya.

Acara ini dirangkai dengan International Seminar & Expose on Religious Harmony bertema Diplomasi Moderasi Bergama untuk Perdamaian Dunia: Peran Strategis Indonesia dalam Mempromosikan Moderasi Beragama di Tingkat Global yang digelar di Swiss BelHotel Rainforest Kuta, Bali, Selasa (8/12). (rhs/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler