Duta besar Rusia untuk Australia Grigory Logvinov meragukan tuduhan mantan agen ganda yang disebutkan diserang oleh zat kimia.
Dan Logninov juga mengatakan dua diplomat mereka di Australia yang diusir bukanlah mata-mata
BACA JUGA: Kalangan Akademisi Australia Terpecah Isu Intervensi China
Dua diplomat Rusia, yang sekarang diidentifikasi sebagai intelijen, sudah diperintahkan untuk meninggalkan Australia.
Hari Rabu (28/03), Duta Besar Rusia untuk Australia, Grigory Logvinov kembali mengulangi penyangkalan sebelumnya bahwa dua diplomat tersebut bukanlah mata-mata.
BACA JUGA: Socceroos Tidak Akan Boikot Piala Dunia Rusia
Ia menolak untuk mengidentifikasi dua pejabat yang telah diminta untuk meninggalkan negara itu, tetapi mengatakan mereka adalah "diplomat yang berkarir secara legal".
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop akan bertemu Dubes Logvinov Rabu sore.
BACA JUGA: Sopir Mengantuk, Trem Hantam Halte di Melbourne
Photo: Menlu Australia, Julie Bishop mengatakan Australia telah mengambil keputusan yang tepat soal Rusia. (ABC News: Adam Kennedy)
Menlu Bishop mengatakan ia memiliki keyakinan besar terhadap badan-badan intelijen keamanan Australia yang telah memberikan saran tersebut.
Sementara itu, NATO memangkas jumlah diplomat Rusia di markas besarnya hingga sepertiganya, sebagai bagian dari respon global terhadap serangan terhadap dua mantan agen ganda di Salisbury, Inggris.
Tujuh diplomat telah diperintahkan untuk meninggalkan markas NATO di Brussels, sementara tiga lainnya ditolak akreditasinya.
Sekjen NATO, Jens Stoltenberg mengatakan pengusiran itu harus dilihat sebagai "sebuah pesan yang jelas kepada Rusia bahwa ada konsekuensi untuk pola perilaku yang tidak dapat diterima".
NATO melakukan langkah serupa pada tahun 2015 sebagai tanggapan atas pencaplokan kawasan Krimea oleh Rusia.Meragukan tuduhan mantan agen ganda diserang zat kimia Photo: Agen ganda Anna Chapman (kanan) dan Sergei Skripal (kiri) yang diduga diracun kandungan kimia di Inggris. (AP/Facebook)
Sergei Skripal dan putrinya, Yulia ditemukan tidak sadarkan diri di bangku taman di kota Salisbury, Inggirs awal bulan Maret.
Pemerintah Inggris mengatakan mereka diserang dengan Novichok, senjata kimia yang dikembangkan oleh Uni Soviet pada 1980-an.
Pemerintah Australia mengatakan insiden meracuni ini menjadi serangan memalukan bagi kedaulatan Inggris dan aturan hukum.
Hari Selasa (27/03), PM Turnbull mengumumkan Australia akan mengusir dua diplomat dari kedutaan Rusia di Canberra, sebagai sinyal tegas ke Rusia.
Tetapi Rabu pagi (28/03), Duta Besar Rusia untuk Rusia, Grigory Logvinov mempertanyakan soal apa yang terjadi pada Sergei dan Yulia.
"Astaga, siapa yang dua anggota keluarga Skripal, setelah mereka diduga diracun?" tanyanya pada wartawan.
"Siapa yang telah melihat laporan medis sesungguhnya, disamping pernyataan politik bahwa mereka diracuni dengan tuduhan menggunakan kandungan kimia?"
Sergei dan Yulia dikatakan dalam kondisi stabil. tetapi kritis di sebuah rumah sakit di Salisbury. Mereka dilaporkan bisa alami kerusakan otak yang lama.
Dubes Grigory mempertanyakan apakah sebenarnya insiden ini hanyalah dibuat-buat.
"Jika kita mulai menganalisis apa saja, kita bisa sampai pada kesimpulan seperti itu," katanya.
"Setidaknya ini dibuat-buat."
Komentar duta besar itu menyebabkan beberapa pertanyaan dari wartawan soal apakah menurutnya tuduhan tersebut sebagai bagian dari konspirasi melawan Rusia.
"Ini adalah kampanye yang diatur dengan baik ... Sekarang terserah negara-negara barat untuk pada akhirnya berhenti dan memahami bahwa kampanye anti-Rusia tidak memiliki masa depan," katanya.
Jurnalis menggunakan arahan Rusia telah menekan duta besarnya untuk membenarkan sejumlah klaim, termasuk pernyataan tidak ada mata-mata yang beroperasi di kedutaan Rusia di Canberra.
"Apakah Anda menyadari betapa bodohnya Anda saat mengatakan tidak ada mata-mata Rusia di Australia?" ujar salah satu pertanyaan kepadanya.
"Saya tidak merasa bodoh, karena saya tahu apa yang saya katakan," kata Dubes Logvinov.
Dubes Logvinov juga membantah kesalahan Rusian dalam pencaplokan wilayah Krimea serta jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17 di timur Ukraina.
Saat ditanya soal apakah dunia berada di ambang Perang Dingin, Dubes Logvinov mengatakan: "Jika negara-negara barat menginginkannya."
Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Korban Holocaust Rencana Bangun Museum di Australia Selatan