jpnn.com - Wacana untuk menduetkan Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo dalam satu paket pasangan calon presiden dan calon wakil presiden memiliki potensi untuk memenangkan pemilihan presiden dengan lebih mudah dalam format dua kandidat calon presiden.
Namun, wacana ini berpotensi menimbulkan kompleksitas terkait penentuan siapa calon presiden dan siapa yang akan menjadi wakilnya.
BACA JUGA: Manuver NasDem-Cak Imin, Seberapa Besar Dampaknya Bagi Koalisi Pengusung Prabowo, Ganjar dan Anies?
Data terbaru dari survei Voxpol Center menunjukkan belum ada kandidat dengan elektabilitas yang cukup meyakinkan. Foto: Dok. Voxpol
BACA JUGA: Prabowo & Ganjar Bergandengan Tangan di Belakang Jokowi, Ada yang Berduri
Hal ini adalah persoalan rumit dan pelik karena akan berkaitan secara langsung dengan elektabilitas partai di tengah proses pemilu yang dilakukan secara serentak.
PDIP tidak akan dengan mudah mengorbankan posisinya sebagai partai pemenang pemilu demi memuluskan langkah Prabowo dan Gerindra.
BACA JUGA: Golkar & PAN Dukung Prabowo, Ganjar Bilang Kisah Itu Pernah Terjadi di Pilpres 2014
Begitu pula dengan Gerindra yang akan berusaha semaksimal mungkin untuk memenangkan Prabowo sebagai calon presiden sekaligus mengantarkan keberhasilan legislatif bagi Gerindra sebagai partai pemenang pemilu.
Di sisi lain jika format koalisi besar tidak terbentuk dan pada akhirnya ada tiga poros koalisi, maka hal ini akan menjadi dilema bagi kubu nasionalis (PDIP dan Gerindra) yang akan membuka peluang munculnya kuda hitam (Anies Rasyid Baswedan). Sebab jarak elektabilitasnya dengan Ganjar Pranowo tidak terpaut terlalu jauh.
Data terbaru dari survei Voxpol Center menunjukkan belum ada kandidat dengan elektabilitas yang cukup meyakinkan. Elektabilitas ketiga kandidat tidak terpaut terlalu jauh.
Dalam simulasi tiga nama Prabowo Subianto dengan elektabilitas 36,5 persen di posisi pertama, Ganjar Pranowo (30,4 persen), dan Anies Rasyid Baswedan (26,4 persen).
Hasil survei ini menggambarkan bahwa ada potensi pemilu dilakukan dua putaran. Jika situasi ini terjadi dan jika Anies Rasyid Baswedan berhasil masuk ke putaran kedua peluangnya untuk menang masih terbuka lebar.
Perebutan suara di kalangan pemilih yang belum menentukan pilihan dan pergeseran suara pada putaran kedua adalah kunci kemenangan.
Membaca kompleksitas ini pada akhirnya mengantarkan kita pada sebuah kesimpulan bahwa wacana ini hanyalah ilusi yang sangat mustahil untuk diwujudkan.
Atau dengan kata lain wacana ini adalah kekhawatiran yang sangat berlebihan akan potensi dan ancaman kekalahan yang terus membayangi di depan mata.(***)
Redaktur & Reporter : Friederich Batari