Duh Kasihan, Monyet Ini Terancam Punah

Minggu, 29 Maret 2015 – 01:50 WIB
Ilustrasi

jpnn.com - MANADO - Yaki, atau Monyet Wolai yang biasa juga disebut Monyet Hitam (Macaca Nigra) kian terancam punah di Sulawesi Utara (Sulut). Populasi monyet ini dalam 30 tahun terakhir mengalami penurunan drastis. Tersisa kurang dari 5.000 ekor. 

Faktor utamanya karena satwa endemik Sulawesi ini marak diburu masyarakat untuk dikonsumsi maupun dipelihara. 

BACA JUGA: Hari Ini, Kompetisi Batu Akik Terbesar di Indonesia Dibuka

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulut Sudiono mengakuinya. “Khusus di Sulut, Yaki diperkirakan populasinya berkisar tinggal 5000 ekor,” ungkapnya, seperti dikutip dari Manado Post (Grup JPNN), Minggu (29/3).

Tak hanya Yaki, sejumlah hewan langka lainnya di Sulut juga memprihatinkan. Untuk Tarsius diakui populasinya masih cukup banyak. Tetapi hewan Anoa sudah punah. Babi Rusa juga sudah punah. “Sudah punah. Masyarakat tak pernah melihat lagi hewan tersebut. Babi Rusa sekali beranak hanya satu. Itu pun kalau bertahan hidup. Justru itu kita lindungi. Jika tidak hewan lain akan punah juga,” ujarnya.

BACA JUGA: JK Disambut Unjuk Rasa Mahasiswa di Jambi, 2 Orang Menjadi Korban

Kata dia, perburuan hewan saat ini terbilang masih banyak. Ada yang berburu karena berhubungan dengan faktor ekonomi. “Kurangnya kesadaran masyarakat, termasuk orang yang berpendidikan pun masih belum paham. Itu yang kita sayangkan,” sesal Sudiono. 

BKSDA Sulut sendiri, lanjut dia, sudah melakukan berbagai upaya untuk melindungi hewan. Sudah dipublikasikan lewat media sosial dan sudah dilapor di Polda. “Tinggal dari Polda melakukan seperti apa,” tuturnya. 

BACA JUGA: Siswa SMK Ujian Sekolah di Kantor Polisi

Sudiono menjelaskan, sebenarnya peraturan daerah (Perda) yang mengatur perdagangan hewan sudah diwacanakan. “Perdanya sementara disusun bekerja sama dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH),” terangnya. 

Dia berharap, perburuan masyarakat bisa ditekan. Perdagangan satwa dihindari. “Kita mengharapkan bagaimana penelitian ke arah penangkaran. Sehingga satwa-satwa yang dilindungi bisa diselamatkan,” ujarnya. 

Biasanya, satwa yang dilindungi harganya mahal karena langka. “Nah ini bisa menjadi peluang bagi masyarakat untuk melakukan penangkaran. Seperti Anoa, kita mengharapkan adanya penangkaran,” pungkas Sudiono. (rof/gel)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Cerita NI, PSK Berpakaian Minim di Kolong Flyover, Tarif Rp 100 Ribu


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler