Duh, Saudi Ikut Ngebet Pengin Bangun Reaktor Nuklir

Senin, 09 September 2019 – 21:00 WIB
Radiasi. Foto : Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, RIYADH - Arab Saudi ingin memperkaya uranium pada masa depan sebagai bahan bakar program pembangkit listrik tenaga nuklir yang direncanakannya, kata menteri energinya pada Senin. Rencana tersebut adalah langkah sensitif yang dapat membuat rumit keterlibatakan AS di dalamnya.

Pengekspor minyak utama dunia itu telah menyampaikan keinginannya untuk menggunakan logam guna meragamkan energi campuran, tapi pengayaan uranium juga membuka kemungkinan bagi penggunaan bahan itu untuk militer, masalah yang menjadi inti keprihatinan regional dan Barat mengenai kegiatan atom Iran.

BACA JUGA: Raja Salman Tunjuk Anaknya Jadi Menteri Energi

"Kami melanjutkannya dengan hati-hati ... kami menguji-coba dua reaktor nuklir," kata Pangeran Abdulaziz bin Salman, sebagaimana dikutip Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin malam. Ia merujuk kepada rencana untuk mengeluarkan tender buat dua reaktor tenaga nuklir pertama negara Teluk tersebut.

Ia mengatakan satu konferensi energi di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, bahwa akhirnya kerajaan itu ingin melanjutkan dengan lingkaran penuh program nuklir, termasuk produksi dan pengayaan uranium buat bahan bakar.

BACA JUGA: Arab Saudi Tangkap 181 Jemaah Haji Ilegal Asal Indonesia

Tender tersebut direncanakan dikeluarkan pada 2020, dengan perusahaan AS, Rusia, Korea Selatan, China dan Prancis terlibat dalam pembicaraan awal mengenai proyek multi-miliaran-dolar AS itu.

Tapi masalah pengayaan uranium telah menjadi masalah rumit dengan Washington, terutama setelah Putra Mahkota Mohammed bin Salman mengatakan pada 2018 bahwa kerjaan Sunni tersebut akan mengembangkan senjata nuklir jika pesaing regionalnya, Iran, memilikinya.

BACA JUGA: 31 Tahun Hilang, TKI Asal Cirebon Akhirnya Ditemukan

Arab Saudi telah mendukung aksi "tekanan maksimum" Presiden AS Donald Trump terhadap Iran, setelah ia mengeluarkan Amerika Serikat dari kesepakatan nuklir 2015, yang mengekang program nuklir Iran --yang menjadi sengketa-- sebagai imbalan bagi peredaan sanksi.

Agar perusahaan AS bisa bersaing dalam proyek di Arab Saudi, Riyadh akan secara normal perlu menandatangani kesepakatan mengenai penggunaan damai teknologi nuklir dengan Washington, berdasarkan Kesepakatan Energo Atom Amerika Serikat.

Para pejabat Arab Saudi telah mengatakan mereka takkan menandatangani kesepakatan yang akan melucuti kerajaan itu dari kemungkinan memperkaya uranium atau memproses-ulang bahan nuklir bekas pada masa depan --keduanya adalah jalur potensial bagi pembuatan bom. (ant/dil/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Terima Duit Haram dari Saudi, Eks Presiden Sudan Resmi Didakwa Korupsi


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler