Duh, Skema Relaksasi Leasing Bikin Driver Ojol Makin Pusing

Kamis, 09 April 2020 – 19:05 WIB
Ojek online (Ilustrasi). Foto: ANTARA/M RISYAL HIDAYAT

jpnn.com, JAKARTA - Perusahaan multifinance (leasing) diminta lebih berempati kepada driver ojek online (ojol), dan mengikuti permintaan presiden Jokowi. Kurangi motif keruk untung di tengah situasi sulit buntut dari merebaknya COVID-19.

”Kalau harus bayar Rp300 ribu di awal supaya dapat keringanan cicilan ya dengan kondisi sekarang berat. Apalagi setelah itu kita masih harus tetap bayar cicilannya,” ucap Rian, mitra ojol Grab, Kamis (9/4). 

BACA JUGA: Ojol Dinilai Bisa Bantu Kebijakan PSBB Jadi Lebih Efektif

Rian yang sehari-harinya beroperasi di wilayah Jakarta Selatan itu meminta perusahaan leasing memahami situasi di lapangan. ”Penghasilan lagi anyep (sepi). Ini situasi lagi wabah (COVID-19). Beda dengan kondisi normal,” ceritanya.

Skema relaksasi yang disebut Rian memberatkan itu seperti yang diterapkan PT Adira Finance yang tertulis pada keterangan resminya.

BACA JUGA: Benarkah Ojol Dilarang Angkut Penumpang?

Dalam Tata Cara Restrukturisasi Dampak COVID-19 dari Adira Finance, disebutkan, saat permohonan restrukturisasi maka perlu melakukan pembayaran sebagian angsuran atau bunga. Nilainya beragam.

Mulai dari Rp350 ribu per kontrak untuk pembiayaan motor baru dan Rp250 ribu per kontrak untuk pembiayaan motor bekas. Kemudian Rp1,5 juta per kontrak untuk pembiayaan mobil baru dan Rp1,250 juta per kontrak untuk pembiayaan mobil bekas

BACA JUGA: Ikuti Arahan Jokowi, Bank Mandiri Tangguhkan Cicilan Kredit Ojol dan UMKM

Adira Finance menyebutkan bahwa skema ditentukannya itu sesuai dengan kesepakatan Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) perihal adanya pembayaran sebagian angsuran selama tenggang waktu tertentu.

”Kalau mau riingankan cicilan kenapa harus DP (uang muka)? Mending kami dapat diskon atau potongan untuk bayar cicilannya,” sahut mitra ojol lainnya, Ahmad Satiri. ”Mendingan kasih keringanan bunga atau hilangin denda kalau ada keterlambatan,” usulnya.

Ahmad menyebut pendapatan sedang sangat sepi. Sebab order jauh berkurang dibandingkan kondisi normal. ”Biasa sampai bonus harian, sekarang enggak bisa. Semoga pemerintah lebih memperhatikan pekerja harian seperti kami,” harapnya.

Biasanya, kata Ahmad, dirinya bisa bawa pulang Rp300 ribu sehari ke rumah. ”Sekarang kadang Rp50 ribu, pernah juga Rp25 ribu. Drastis turunnya,” pungkasnya.(mg7/jpnn)


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler