Duh...Banyak Jamaah Haji Indonesia Tersesat

Selasa, 13 September 2016 – 07:40 WIB
WAKTU PADAT: Jamaah haji dari berbagai negara keluar dari King Fahad Tunnel setelah melempar jumrah kemarin. Foto: FATHONI P NANDA/JAWA POS

jpnn.com - MAKKAH – Kepadatan terjadi di jalan-jalan yang menghubungkan kawasan Mina dengan Jamarot (tempat melempar jumrah) pada hari pertama pasca pelaksanaan wukuf kemarin.

Tak ada sarana transportasi yang bisa mengakses kawasan tersebut. 

BACA JUGA: Golkar Semakin Agresif Dagangkan Jokowi, Partai Lain Panas Dingin

Jamaah Indonesia pun banyak tersesat setelah melempar jumroh dan hendak kembali ke maktab masing-masing.

Contohnya yang dialami Mussaji Sahiman Atmo. Jamaah berusia 71 tahun itu kemarin tampak kebingungan setelah keluar dari terowongan King Fahad. 

BACA JUGA: Kemenhub Terus Lakukan Pemantauan

Dia mengaku tersesat  saat hendak kembali ke maktab di Mina, dan akhirnya terdampar di Kantor Urusan Haji Indonesia (KUH) Daerah Kerja Makkah.

”Semalam saya dari Muzdalifah untuk mabit (menginap) ambil batu. Setelah istirahat sebentar, saya ke Jamarot untuk lempar jumrah. Sekarang bingung,” ujar jamaah ibadah haji khusus asal Kabupaten Penajam Pasir Utara, Kaltim, itu.

BACA JUGA: Puncak Arus Balik Diprediksi Terjadi Selasa Dini Hari

KUH Indonesia Daker Makkah yang memang berdekatan dengan mulut terowongan King Fahd. 

Kemarin, jalan besar di depan KUH ibarat terminal bus. Sebab, di depan terowongan yang berhubungan langsung dengan kawasan Jamarot itulah batas akhir bagi kendaraan yang mengantar jamaah.  

Ratusan jamaah dari berbagai negara banyak yang beristirahat, menggelar tikar di taman-taman jalan yang masuk kawasan Syisah itu. 

Musaji kemarin juga berada di kerumunan jamaah sebelum akhirnya diantar masuk ke KUH.

Kepada Jawa Pos, pria yang mengenakan kalung identitas bertuliskan NRA Group Tour and Travel itu mengaku bingung lantaran dia terpisah dari rombongan saat pulang dari Jamarat. 

Di tengah jalan, dia bertemu dengan kepadatan rombongan jamaah dari negara lain. 

Jamaah yang mengaku membayar Rp 110 juta untuk berangkat haji  itu akhirnya diarahkan ke KUH oleh petugas kepolisian Arab Saudi yang berjaga di depan terowongan.

”Bapak-bapak dan ibu-ibu, tolong bersabar di sini. Istirahat dulu dan banyak berzikir. Nanti akan dipandu petugas untuk kembali ke maktab masing-masing,” ujar Kasubdit Bina Petugas Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Khoirizi kepada para jamaah yang tersesat dan akhirnya mereka beristirahat di KUH kemarin.

Sejatinya PPIH sudah menetapkan waktu larangan melempar jumrah untuk jamaah Indonesia sesuai dengan ketentuan dari pemerintah Arab Saudi. 

Untuk 12 September kemarin, larangan waktunya adalah pukul 06.00 sampai pukul 10.30. 

Hari ini (13/9), jamaah dilarang melempar jumrah pada pukul 14.00 hingga pukul 18.00. 

Sementara untuk besok (14.9), waktu yang dilarang adalah pada pukul 10.30 sampai pukul 14.00. 

Jam larangan itu sebenarnya merupakan waktu yang diyakini paling afdal untuk melempar jumrah.  

Setiap tahun, jamaah dari berbagai negara berebut menuju jamarot  pada jam tersebut. 

Dengan pertimbangan keselamatan, jamaah dari Indonesia yang rata-rata lanjut usia dan risiko tinggi diminta memilih waktu paling aman.

Larangan waktu itu sudah disosialisasikan kepada seluruh petugas kloter.  

Termasuk kemarin, jamaah juga disarankan melempar jumrah setelah waktu larangan. 

Sebab, jamaah dari berbagai negara sudah berangkat ke Jamarat sejak dini hari.

Namun banyak jamaah yang memaksa memilih waktu pagi sebelum jam larangan. 

Akibatnya mereka bertemu dengan kepadatan jamaah dari negara lain, dan tersesat saat hendak kembali ke maktab masing-masing di Mina.

Kondisi itu juga dialami Muharis Muhrim Dukarim, Jamaah yang juga berusia 71 tahun itu mengaku berangkat dari Muzdalifah ke Mina pada pukul 02.00. 

Setelah melempar jumrah, dia berusaha menuju Masjidil Haram untuk melakukan thawaf Ifadah. 

Namun dia terpisah dari rombongan dan akhirnya diarahkan ke kantor KUH. 

”Kalau berangkatnya gampang. Pulangnya saya terpisah dan bingung,” papar jamaah yang tergabung dengan kloter 2 embarkasi Lombok itu.

Kondisi lebih parah terjadi pada jamaah bernama  Surateman. Sekitar pukul 10.00, jamah asal Kediri itu terbaring di bawah fly over  yang jaraknya sekitar 500 meter dari terowongan King Fahad.  

”Saya tidak kuat lagi jalan kaki. Naik ojek kursi roda malah diturunkan di sini,” ujar  pria kelahiran 1950 itu.

Surateman mengaku sudah habis 400 riyal (Rp 1.400.000) untuk membayar ojek kursi roda yanh akan mengantarnya kembali ke Maktab. 

Lantaran lupa nomor maktabnya di Mina, pendorong kursi roda itu menurunkannya di kerumunan jamaah dari berbagai yang sedang beristirahat di bawah fly over.  Surateman akhirnya diantar seorang mukimin menuju kantor KUH.

Hingga kemarin siang Waktu Arab Saudi, jamaah yang ”terdampar” di KUH Daker Makkah sekitar 25 orang. 

Mereka beristirahat di karpet-karpaet yang sengaja digelar petugas untuk jamaah beristirahat. 

Kepada para jamaah yang rata-rata sudah berusia lanjut itu, Khoirizi meminta agar tidak memaksakan diri melempar jumrah sendiri. 

Apalagi jika berangkatnya sudah terlalu mepet dengan jam larangan. 

”Kalau tidak mampu, lebih baik diwakilkan. Ini demi keselamatan bapak-bapak dan ibu-ibu,” ujarnya.  (fat/sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rieke: Pernyataan Jokowi Soal Eksekusi Mary Jane Tak Perlu Diributkan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler