jpnn.com, JAKARTA - Ketua MPR Bambang Soesatyo mengapresiasi rencana investasi berbagai perusahaan asal China dalam mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) dan energi hijau (green energy) di Indonesia.
Salah satu perusahaan, yaitu China Energy Engineering Group Shanxi Electric Power Construction, BUMN asal China yang akan membangun pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan tenaga surya (PLTS) untuk mempercepat migrasi PLN dari PLTU.
BACA JUGA: Nasdem: Investor China Siap Dukung Hilirisasi Nikel Indonesia, Apa Kabar Perusahaan Lokal?
Perusahaan lainnya, yakni Huayou Cobalt dan PT Indonesia Pomalaa Industrial Park menjadi bagian dari rantai industri baterai litium yang berlokasi di Sulawesi Tenggara.
Menurut Bamsoet, investasi ini merupakan keniscayaan mengingat Indonesia memiliki potensi dan sumber energi bersih yang berlimpah, seperti panas bumi, tenaga surya, ataupun tenaga air.
BACA JUGA: IREIS 2023 Dibidik jadi Wadah bagi Investor China & Indonesia untuk Mendorong EBT
Potensi listrik melalui PLTA sendiri mencapai sebesar 76,09 gigawatt.
"Namun, saat ini kapasitas yang terpasang baru mencapai 5,28 gigawatt atau baru mencapai 6,9 persen dari kapasitas yang ada," ungkap Bamsoet yang akrab disapa seusai menerima kunjungan jajaran China Energy Engineering Group Shanxi Electric Power Construction dan Huayou Cobalt di Jakarta, Kamis (21/3).
BACA JUGA: Wapres Maruf Minta Investor China Bangun Industri Halal Indonesia
Potensi lainnya, kata Bamsoet, yakni PLTS sekitar 4.8 KWh/m2 atau setara 112.000 GWp, namun yang sudah dimanfaatkan baru sekitar 10 MWp.
Bamsoet mengungkapkan Indonesia masih tertinggal dibandingkan berbagai negara lainnya dalam pengembangan PLTS.
Di kawasan ASEAN saja, Indonesia masih kalah dengan Vietnam yang telah memiliki PLTS dengan kapasitas mencapai 16.504 MW, ataupun Malaysia sebesar 1.493 MW.
Di Asia, India memiliki kapasitas PLTS mencapai 38.983 MW.
Bamsoet juga menyinggung target pemerintah Indonesia dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PLN (RUPTL PLN) 2021-2030 yang menargetkan kapasitas PLTS di Indonesia sudah mencapai 4.680 MW.
"Pemerintah tidak bisa bekerja sendirian, butuh dukungan dari swasta agar potensi alam yang luar biasa ini bisa dikembangkan untuk mendapatkan sebesarnya kemakmuran rakyat," ujar Bamsoet.
Dia mengatakan pengembangan EBT yang antara lain bersumber dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA), tenaga angin/bayu (PLTB), ataupun tenaga surya (PLTS) mutlak dilakukan, karena tidak bisa lagi selamanya bergantung kepada energi fosil yang semakin menipis.
Sebagai informasi, Kementerian ESDM menargetkan bauran energi dari fosil ke EBT bisa mencapai 23 persen di tahun 2025.
Sementara itu dalam RUPTL) Indonesia menargetkan di usia kemerdekaannya yang ke-100 di tahun 2045, bauran EBT sudah bisa mencapai 30 persen. (mrk/jpnn)
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi