jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) siap mendukung pencapaian ketahanan pangan.
Perwakilan Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan (Ditjen Risbang) Fauzan Adziman menyampaikan beberapa komoditas pangan penting Indonesia, pemenuhan suplainya masih tergantung impor.
BACA JUGA: Kemdiktisaintek Usulkan Anggaran Tambahan ke DPR Khusus Tukin Dosen
Untuk itu, diperlukan berbagai langkah strategis untuk mewujudkan ketahanan pangan, salah satu strateginya adalah dengan pengembangan benih unggul.
Pengembangan benih unggul di Indonesia masih sangat terbatas dan masih banyak tergantung pada benih impor.
BACA JUGA: Kemdiktisaintek Berikan 315 Anugerah Diktisaintek 2024 kepada Pemangku Kepentingan PT
"Oleh karena itu, perlu digalakkan riset dan inovasi untuk menghasilkan benih-benih unggul untuk berbagai komoditas pangan yang penting," kata Fauzan saat Taklimat Media 2025 “Arah dan Kebijakan Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Tahun 2025”, Jumat (3/1).
Dia mengungkapkan, Ditjen Risbang sudah bertemu dengan lebih dari 25 pakar dari perguruan tinggi untuk membahas strategi-strategi yang dapat dikembangkan.
BACA JUGA: Demi Swasembada Pangan, Kementan Perkuat Fungsi Penyuluh Pertanian
Sejauh ini, strategi penting nomor satu adalah benih unggul.
Strategi berikutnya adalah intensifikasi. Strategi ini perlu digunakan karena dapat diimplementasikan tanpa memperluas lahan areal tanam.
Strategi ini lebih mengutamakan penggunaan teknologi dalam budidaya pertanian.
Fauzan Adzimen mencontohkan, di Bondowoso produksi padi jika tanpa dilakukan intensifikasi, sawah hanya bisa menghasilkan gabah 5 ton per hektare.
Dengan implementasi intensifikasi pertanian berbasis riset organik, produksi bisa meningkat menjadi 8 ton per hektare.
Peran riset dalam upaya mencapai ketahanan pangan adalah untuk meningkatkan nilai tambah baik dalam hal produktivitas benih melalui teknologi genomics.
Selain itu, riset juga berperan dalam optimalisasi penggunaan lahan melalui implementasi berbagai teknologi baik berbasis internet of things (IoT) dan juga kecerdasan buatan.
“Jadi, tanpa memperbesar lahan, namun dapat meningkatkan produktifitas pertanian yang bermuara pada pencapaian ketahanan pangan,” jelas Fauzan Adziman. (esy/jpnn)
Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : Mesyia Muhammad