jpnn.com, JAKARTA - PT Pertamina Hulu Energi (PHE), sebagai Subholding Upstream Pertamina terus berupaya meningkatkan kinerja untuk mendukung ketahanan energi nasional.
PHE bahkan memberikan upaya maksimal untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri.
BACA JUGA: Gaungkan Transisi Energi, Pertamina Gelar Diskusi PEW 2022
Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), komposisi bauran besaran energi Indonesia diperkirakan akan didominasi oleh Energi Baru Terbarukan (EBT) pada 2050.
Selain itu, diperkirakan bahwa energi minyak dan gas juga tetap berperan untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.
BACA JUGA: Dirut Pertamina Nicke Widyawati Kembali Terpilih dalam Daftar 100 Wanita Berpengaruh di Dunia
Hal itu disampaikan langsung oleh Direktur Eksplorasi PHE, Muharram Jaya Panguriseng, dalam kegiatan Energy & Mining Editor Society (E2S) Awards.
Dia mengatakan sepanjang 2022, PHE menjalankan strategi operasi masif dan agresif melalui keberhasilan sejumlah pengeboran eksplorasi yang menghasilkan penambahan sumber daya 2C terambil sebesar 144 MMBO untuk minyak dan 931 BCFG untuk gas.
BACA JUGA: Pertamina Ungkap Teka-teki UMKM Binaan Bisa Menembus Pasar Global, Simak Baik-baik!
“Sejalan dengan target Net Zero Emission (NZE) pemerintah pada 2060, PHE memiliki strategi transisi energi melalui peningkatan pemanfaatan energi gas yang ramah lingkungan, program dekarbonisasi dan inovasi teknologi Carbon Capture Utilization & Storage (CCUS) dan Carbon Capture Storage (CCS),” katanya.
Temuan cadangan gas itu didukung dari keberhasilan pengeboran eksplorasi sumur Sungai Gelam Timur-1, Wilela-001, Bajakah-001, Kolibri-1, Manpatu-1X, Markisa-001, dan GQX yang telah divalidasi besaran sumber dayanya di tahun 2022.
Sementara untuk discovery R-2, S-2, Sungai Rotan-1, dan Kembo-001 akan di catatkan di tahun 2023.
Selain itu, sebagai bagian dari value chain Pertamina integrated energy company, PHE juga didukung oleh infrastruktur Subholding Gas.
Dalam melakukan kegiatan eksplorasi, PHE menerapkan beberapa teknologi terkini, antara lain 2D Seismic Broadband dengan panjang lintasan lebih dari 32.000 km yang merupakan Survei Seismic Offshore terpanjang di Asia Pasifik selama 10 tahun terakhir.
Kemudian Full Tensor Gradiometry (FTG) yang baru pertama kali digunakan di Indonesia dan 2D Vibroseis Acquisition memiliki teknologi mutakhir untuk evaluasi target sub-vulkanik lebih baik melalui penerima nirkabel.
Muharram menjelaskan mengenai inovasi LPG Production Booster System di Kilang Badak LNG Bontang.
Teknologi tersebut dapat meningkatkan produksi LPG untuk wilayah Bontang hingga 323% sebesar 603 M3 per hari.
“Dengan penemuan teknologi ini, memberikan harapan bahwa kami bisa menghasilkan tambahan produksi LPG nasional, yang secara otomatis dapat mengurangi impor LPG,” tutur Muharram.
PHE juga telah terdaftar dalam United Nations Global Compact (UNGC) sebagai partisipan/member sejak Juni 2022.
PHE berkomitmen pada Sepuluh Prinsip Universal atau Ten Principles dari UNGC dalam strategi dan operasionalnya, sebagai bagian penerapan aspek Environment, Social, dan Governance (ESG).
PHE mendapatkan rating ESG 30,5 atau peringkat 23 dari total 250 oil & gas producers.
PHE akan terus mengembangkan pengelolaan operasi di dalam dan luar negeri secara profesional untuk mewujudkan pencapaian menjadi perusahaan minyak dan gas bumi kelas dunia yang environmentally friendly, socially responsible dan good governance. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... IEW: Pertamina Garda Terdepan Dekarbonisasi
Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Dedi Sofian, Dedi Sofian