jpnn.com, JAKARTA - Koordinator staf khusus presiden, Teten Masduki menyadari pentingnya upaya konservasi satwa liar untuk menjaga keberlangsungan ekosistem di alam.
Beberapa waktu yang lalu, Teten bersama Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK, Wiratno, melepasliarkan sepuluh ekor burung Jalak Bali (leucopsar rothschildi), di daerah Labuan Lalang, kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB).
BACA JUGA: Indonesia Gaungkan Pengelolaan Hutan Berkelanjutan
Dalam kesempatan tersebut, Teten dan Wiratno menyampaikan apresiasi dan dukungannya terhadap upaya pelestarian burung Jalak Bali yang dilakukan oleh Balai TNBB, serta semua pihak terkait, sehingga populasi satwa ini bisa tumbuh dan berkembang dengan sangat baik.
“Untuk mengelola kawasan konservasi saat ini kita harus memakai paradigma baru dan cara baru mengelola kawasan. Di antaranya adalah menempatkan masyarakat sebagai subjek dan penghargaan terhadap budaya serta adat masyarakat sekitar,” tegas Wiratno.
BACA JUGA: KLHK Tangkap Penambang Timah Ilegal di Bangka Belitung
Menurut Wiratno, peran masyarakat menjadi sangat penting untuk mendukung keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi, termasuk salah satunya konservasi burung Jalak Bali. Hal ini sejalan dengan nawacita Presiden Jokowi untuk menghadirkan negara di masyarakat.
Kesepuluh ekor burung Jalak Bali yang dilepasliarkan Sabtu (14/7) lalu, telah menjalani proses habituasi di kandang pra-pelepasliaran. Selanjutnya, petugas Balai TNBB dibantu masyarakat akan melakukan monitoring intensif, guna memastikan burung Jalak Bali bertahan hidup, dan berkembangbiak dengan baik. Selain itu, kandang habituasi akan diisi kembali dengan burung yang dikenal masyarakat dengan nama Curik Bali ini, sebagai pengikat.
BACA JUGA: Menteri Siti Lantik Tiga Pejabat Pimpinan Tinggi Madya
Sementara Kepala Balai TNBB Agus Ngurah menjelaskan, selama kurun waktu lima tahun terakhir, populasi burung Jalak Bali di alam terus meningkat.
"Pada tahun 2013, tercatat sebanyak 32 ekor saja, namun seiring upaya konservasi yang dilakukan, populasinya bertambah setiap tahun, hingga 2018 teramati sebanyak 141 ekor hidup bebas di dalam kawasan TNBB. Satwa ini tersebar pada 6 (enam) titik di TNBB, yaitu Cekik, Tegal Bunder, Lampu Merah, Teluk Brumbun, Labuan Lalang, dan Tanjung Gelap," ujarnya.
Selain di alam, saat ini terdapat 336 ekor Jalak Bali di kandang pembiakan Unit Pengelolaan Khusus Pembinaan Jalak Bali (UPKPJB), untuk menambah stok pelepasliaran. "Sejak peetama kali dilepasliarkan di site Labuan Lalang pada tahun 2015, sudah terpantau sebanyak 65 ekor," imbuhnya.
Tidak ketinggalan, Agus juga mengimbau seluruh pihak untuk bekerja sama memulihkan populasi burung Jalak Bali, karena burung yang dilepasliarkan kali ini, berasal dari anakan yang menetas di habitat alaminya.
Turut hadir dalam pelepasliaran tersebut, komunitas pecinta burung Ronggolawe, perbekel (kepala desa), dan bendesa adat sekitar TNBB, serta masyarakat sekitar. Melengkapi acara, dilakukan penanaman jenis pohon penghasil pakan dan pohon langka, yaitu Pilang (Acacia leucophloea), Cendana (Santalum album) dan Sawo Kecik (Manilkara kauki), serta penandatanganan prasasti sarpras monumen/gapura Jalak Bali di TNBB. (adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KLHK Pantau Kualitas Udara Jelang Asian Games 2018
Redaktur : Tim Redaksi