jpnn.com, JAKARTA - Limbah Jerami merupakan produk sampingan usaha pertanian berupa tangkai dan batang tanaman serealia yang telah kering, setelah biji-bijiannya dipisahkan. Limbah tersebut meliputi limbah padat.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo berharap melalui Gerakan Tani Pro Organik (Genta Organik) kebutuhan pangan tetap terjaga dan berkontribusi dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi, penghasil devisa negara, sumber pendapatan utama rumah tangga petani, dan penyedia lapangan kerja.
BACA JUGA: Petani Milenial Ini Layak Jadi Contoh, Terapkan Pupuk Organik untuk Pertanian Modern
"Gerakan ini tidak berarti meninggalkan penggunaan pupuk anorganik sepenuhnya, melainkan boleh menggunakan pupuk kimia dengan ketentuan tidak berlebihan atau menggunakan konsep pemupukan berimbang," tegas Mentan Syahrul.
Pada acara Ngobrol Asyik (Ngobras) Penyuluhan Volume 30, Selasa (01/08/2023) Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi secara virtual dari Ruang AOR BPPSDMP menyampaikan bahwa dengan pemupukan urea yang berlebihan maka tanah menjadi tandus.
BACA JUGA: Pertanian dengan Pupuk Organik Menjaga Ekosistem Alam dan Ciptakan Pangan Sehat
Begitu juga dengan pestisida memiliki efek toxic, bukan hanya hama yang mati tapi mikroba penyubur tanah akan mati juga.
“Mari kita harus masifkan pertanian ramah lingkungan, pertanian yang mencintai bumi dengan menggunakan pupuk hayati, organik dan juga pembenah tanah,” pinta Kabadan Dedi.
BACA JUGA: Polisi Tembak Polisi, Anggota Densus 88 Bripda Ignatius Diduga Dibunuh Secara Terencana
Sementara narasumber Ngobras Penyuluh Kabupaten Tanjung Jabung Barat sekaligus Koordinator BPP Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat Hariyanto Hasibuan mengatakan yang melatarbelakangi pembuatan pupuk otganik dari limbah jerami dikarenakan 95% lahan pertanian di Indonesia mengandung C-organik kurang dari 1%.
Dengan Batas minimum bahan organik yang dianggap layak untuk lahan pertanian antara 4-5%.
Selain itu juga penurunan pH pada lahan pertanian akibat pemaakaian urea dan ZA secara terus menerus dan penggunaan pupuk N sintetik secara berlebihan sehingga menurunkan efisiensi P dan K.
"Jika kandungan karbon terlalu tinggi maka proses pengomposan akan berlangsung lama sebaliknya apabila kandungan nitrogen terlalu tinggi maka proses pengomposan akan berlangsung cepat," kata dia.
Pembuatan pupuk organik padat sangatlah mudah, ujar Hariyanto. Dimulai dari pemilahan bahan baku, pengecilan ukuran dilanjutkan dengan penyusunan tumpukan. Lalu dilakukan fermentasi, pembalikan, penyiraman, pematangan dan penyaringan. Terakhir pengemasan dan penyimpanan. Langkah selanjutnya adalah proses pengomposan.
Haryanto menambahkan jika pengaplikasian pupuk organik dapat dilakukan dengan cara ditaburkan di atas permukaan tanah atau broadcast pada saat pengolahan lahan lau dicampur dengan media tanam lainnya. Sedangkan untuk persemaian atau pengisian lubang tanam, ditanam di sepanjang larikan atau di sekeliling tanaman (side dressing) bisa juga disebar di atas permukaan tanaman atau diberikan langsung sebagai penutup lubang tanam lalu diberikan ke dalam lubang-lubang aerasi.
"Yang mempengaruhi kecepatan penguraian bahan organik diantaranya semakin tinggi rasio C/N semakin lama proses penguraian, Rasio C/N bahan yang ideal untuk proses pengomposan adalah 20 sampai 30. Pembuatan pupuk organik padat sangatlah mudah, selain ekonomis juga dapat mengurangi polusi udara dan mengembalikan prinsip dari alam kembali ke alam," ujarnya. (rhs/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hutan Kota UKI jadi Tempat Mesum Sesama Jenis, Alat Kontrasepsi Berserakan
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti