Dulu Ditarget, Taliban Sekarang Sikat Unit Anti-Pencucian Uang Afghanistan

Rabu, 15 September 2021 – 22:57 WIB
Pengamat membeberkan bahwa kemenangan Taliban di Afganistan dinilai tidak akan memicu aksi terorisme di Indonesia. Foto: Zabi Karimi/ AP - Aljazeera

jpnn.com, KABUL - Sebuah unit anti pencucian uang di bank sentral Afghanistan berhenti operasi, kata sejumlah staf di unit tersebut kepada Reuters.

Penutupan unit tersebut dinilai akan mengganggu hubungan Afghanistan dengan sistem keuangan global.

BACA JUGA: Taliban Dikabarkan Retak, Wakil PM Afghanistan Tewas Ditembak?

Pusat Analisis Transaksi dan Laporan Keuangan Afghanistan (FinTRACA) sejak 2006 telah mengumpulkan informasi intelijen tentang ribuan transaksi mencurigakan dan membantu penegak hukum dalam kasus penyelundupan dan pendanaan terorisme, menurut situs FinTRACA.

Para pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan bahwa kelompok Taliban yang kini memerintah Afghanistan telah meraup ratusan juta dolar dari perdagangan narkotika dan transaksi ilegal lainnya ketika mereka berperang melawan pasukan pemerintah.

BACA JUGA: Jangan-Jangan Taliban Masih Keturunan Yahudi

Taliban telah berjanji tidak akan ada lagi pembudidayaan tanaman narkotika di Afghanistan.

Informasi di situs FinTRACA mengindikasikan bahwa Taliban termasuk di antara mereka yang menjadi target pengawasan.

BACA JUGA: Berani-beraninya Negara Arab Nasehati Taliban soal Hak Perempuan

Empat anggota staf yang berbicara dengan Reuters juga mengatakan bahwa kelompok tersebut telah menjadi target sejak unit itu dibentuk.

Mereka menolak disebut namanya karena takut dengan pembalasan Taliban.

Sejumlah ahli memperingatkan ketiadaan unit intelijen keuangan (FIU) dapat mengganggu hubungan Afghanistan dengan sistem keuangan internasional dan pemberi pinjaman di luar negeri.

Unit semacam itu --yang memeriksa aliran uang dari aktivitas mencurigakan-- sangat penting bagi sebuah negara yang ingin bergabung dalam komunitas keuangan global, kata Stuart Jones, Jr., pendiri dan kepala eksekutif perusahaan pengukur risiko Sigma Ratings.

Jones pernah menjadi atase Departemen Keuangan AS untuk Afghanistan pada 2008-2010.

Terhubung kembali dengan sistem keuangan global bisa diperumit oleh sanksi terhadap Taliban dan fakta bahwa seorang menteri senior pemerintah Afghanistan mengepalai organisasi teroris.

"Afghanistan dianggap berisiko tinggi oleh hampir semua lembaga keuangan global sebelum pengambilalihan oleh Taliban," kata Jones.

"Sekarang, dengan kepemimpinan bank sentral yang belum teruji, unit intelijen keuangan yang tidak beroperasi, dan aset pemerintah yang berkuasa dibekukan oleh PBB, serta sebutan teroris kepada tokoh-tokoh kunci oleh Amerika Serikat, saya memperkirakan lembaga keuangan asing akan bertindak dengan sangat hati-hati. "

Taliban menginginkan akses ke cadangan yang ditahan di luar negeri, juga bantuan dan pembiayaan lainnya, setelah ekonomi Afghanistan terguncang akibat perang, kekeringan, kekurangan pangan, dan eksodus ribuan pekerja profesional.

Taliban mengatakan mereka ingin para profesional kembali bekerja untuk membantu memulihkan ekonomi. Kelompok itu bersumpah tak akan ada dendam terhadap musuh-musuh lama mereka.

Namun, banyak pejabat pemerintahan yang mereka gulingkan telah meninggalkan negara itu atau bersembunyi.

Tiga anggota staf FinTRACA mengatakan dari sekitar 60 karyawan, beberapa di antaranya telah meninggalkan Afghanistan atau bersembunyi dalam beberapa pekan terakhir.

Seorang anggota staf yang masih berada di Afghanistan mengeluh bahwa mitra internasional gagal mengeluarkan mereka dan keluarga mereka selama evakuasi besar-besaran dari Kabul akhir Agustus.

Seorang juru bicara Taliban belum menanggapi permintaan untuk memberi komentar tentang status staf FinTRACA dan apakah unit itu akan beroperasi kembali.

Departemen Keuangan AS, yang memberikan bantuan teknis kepada unit tersebut bersama badan nasional dan internasional lainnya, menolak berkomentar tentang staf FinTRACA yang masih berada di Afghanistan.

Sejumlah anggota staf FinTRACA kembali ke kantor pekan lalu setelah ada permintaan dari penjabat gubernur bank sentral Haji Mohammad Idris, seorang loyalis Taliban, kata seorang pegawai.

Karyawan tersebut menambahkan bahwa manajemen senior FinTRACA tidak hadir dan masih belum bertugas.

Beberapa bagian dari bank sentral telah beroperasi.

Idris telah bertemu dengan bank-bank komersial dan bank sentral telah memasok likuiditas terbatas ke bank-bank tersebut.

Dia memberi arahan kepada mereka untuk mengendalikan pasokan dolar AS yang langka, kata para bankir.

FinTRACA memberikan data intelijen kepada komunitas internasional lewat perjanjian dengan unit serupa di banyak negara, termasuk Inggris dan AS.

Mereka juga bergabung dalam Egmont Group, kelompok pertukaran informasi tentang aliran dana ilegal di antara lebih dari 160 unit intelijen dan para mitra untuk memerangi pencucian uang dan pendanaan terorisme.

FinTRACA terputus dari server global Egmont Group pada 15 Agustus, bertepatan dengan perebutan Kabul oleh Taliban, kata Egmont Group pada 2 September.

Egmont Group mengatakan kelompok itu berdiri "dalam solidaritas dengan rekan-rekan kami di FinTRACA dan berharap mereka dan keluarga mereka aman."

Seorang anggota staf FinTRACA mengatakan koneksi ke Egmont Group masih terputus pada Selasa (14/9).

Situs FinTRACA sepertinya tidak tersentuh sejak pengambilalihan oleh Taliban.

Situs itu masih mencantumkan Taliban sebagai entitas teroris yang dilarang menyimpan atau menarik uang dolar AS. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler